Sepulang dari kediaman Ximena, Sopia tampak murung.
Dia melamun di depan jendela kamar.
Dia menatap halaman rumah yang tidak terlalu luas.
Namun di sana ada beberpa pohon tangan hias yang berjajar. Sehingga memberikan kesan sejuk.
Pikiran Sopia pun mulai melambung.
Dalam pandangannya, di taman itu terdapat gadis kecil yang sedang berlari-lari.
Itu adalah Pamela beberapa tahun lalu. Yang masih terlihat polos dengan senyuman khasnya.
Saat itu, Sopia belum membuka Toko Sovenir.
Dia masih menjadi ibu rumah tangga yang fokus mengurus putrinya.
Waktunya habis hanya untuk Pamela. Dia begitu menyanyangi gadis itu.
Namun rasa sayang itu kian memudar, begitu pula dengan perhatiannya. Di saat Pamela mulai beranjak dewasa, Sopia dan Devian mulai membuka bisnis Toko Sovenir.
Dan pada saat itulah, perhatian Sopia terhadap putrinya mulai berkurang sedikit demi sedikit. Hingga nyaris tak tersisa lagi.
Sampai saat ini Sopia masih menyayangkan hal itu.