Chereads / Princess Pamela / Chapter 32 - Suami Istri

Chapter 32 - Suami Istri

Pamela terdiam dan seakan lemas tak bertenaga.

Ucapan Drak membuat mulutnya terbungkam.

Karena kenyataannya ia memang bodoh, harusnya jika dia menyukai Drak, akan merasa bahagia ketika Drak menyentuhnya.

Tetapi ini malah kebalikannya, Pamela merasa risih jika Drak bertingkah sedikit nakal kepadanya.

Padahal mereka ini pasang suami istri.

Pamela juga heran, entah kapan dia merasa siap, dan bisa menikmati sentuhan itu tanpa harus merasa risih.

'Aku memang menyukai Drak, tapi aku belum siap? Aku tidak berpengalaman soal kemesraan,' batin Pamela.

"Kamu tinggal ikuti saja! Tidak perlu banyak melawan!" ucap Drak.

"Apa maksudnya?"

"Jangan berlagak bodoh, Pamela! Buktikan rasa cintamu kepadaku!" ucap Drak.

"Tapi, aku tidak tahu caranya—"

"Cukup ikuti saja, dan diam!" suruh Drak.

"Tapi—"

"Diam!"

Drak kembali melumat bibir mungil itu, tangannya mulai meraba di bagian yang lainnya.

Sedangkan Pamela masih terdiam sambil menahan rasa risih, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dan dia memejamkan matanya rapat-rapat.

Dia tidak tahan melihat wajah Drak terlalu dekat, jantungnya serasa ingin lompat.

Bagiannya menyukai seseorang itu hanya cukup memandang wajah tampannya saja, dan berpegangan tangan. Itu saja, tidak lebih!

Tidak sampai harus berhubungan badan.

Pamela yang memang seorang gadis polos belum paham hal yang seperti itu. Jangankan berhubungan badan, berciuman saja dia baru pertama kali melaluinya dengan Drak.

Drak satu-satunya orang yang pernah mendaratkan ciuman kepadanya.

Dia tak pernah membayangkan hal tentang adegan panas. Dia belum mendapat inspirasi soal itu.

Karena di rumahnya dia jarang menonton film romantis atau jenis film apapun.

Orang tuanya membatasi Pamela untuk menonton televisi.

Mereka selalu memastikan agar Pamela belajar dengan benar, selain itu, hal ini juga bertujuan agar lebih menghemat listrik di rumah mereka.

Sehingga Pamela tak pernah mengerti soal film atau drama, dan hanya mendengar tentang film romantis sekilas saja. Itu pun dari teman-temannya yang sedang bercerita di sekolah.

Dia tak pernah melihatnya secara langsung. Mungkin hal ini pula yang membuatnya terlalu kaku kepada pria.

Namun tidak dapat menonton film atau drama, tidak membuat Pamela merasa keberatan, lain hal soal musik. Pamela akan melakukan berbagai cara untuk menonton, atau mempelajarinya.

Dia menggunakan jaringan internet di rumahnya secara diam-diam, untuk melihat vidio tutorial atau konser para musisi ternama.

Bahkan dia mahir bermain musik dan bernyanyi hanya karen menonton Vidio dan belajar secara otodidak.

Mungkin ini yang disebut dengan bakat.

Belajar alat musik dan bernyanyi sangat mudah bagi Pamela, namun belajar semua mata pelajaran di sekolah terasa begitu sulit dan menyebalkan.

Pamela benar-benar merasa menjadi gadis yang malang, karena terlahir di keluarga yang tak memiliki ketertarikan pada musik. Dan lebih parahnya mereka sangat pelit.

Andai saja kakek dan neneknya masih hidup, mungkin Pamela akan menjadi gadis yang sedikit beruntung dari saat ini.

Karena sudah pasti mereka akan mendukung.

Bahkan Pamela merasa jika bakat yang ia miliki adalah keturunan neneknya yang dulunya seorang pemain harpa terkenal.

"Kenapa sih kamu itu hobi melamun? Tidak ada reaksi sedikitpun. Aku pikir aku sedang bercumbu dengan sebuah patung!" cerca Drak, "dan lihat wajahmu. Kau pikir saat memejamkan mata dengan bibir seperti itu terlihat seksi?" Drak mengangkat sudut bibirnya dengan sinis.

"Kau semakin jelek! Bahkan aku benci melihat wajah Ximena ini!" cerca Drak.

'Melihat wajah Ximena yang cantik saja dia bilang jelek, lalu bagaimana jika dia melihat wajah asliku? Apa dia akan langsung muntah?' bicara Pamela di dalam hati. Padahal Drak memang menyukai Pamela dengan wajah aslinya. Dan dia melihatnya lewat mimpi semalam.

"Kamu itu benar-benar gadis yang payah, Pamela! Bahkan untuk bermesraan saja tidak tahu caranya!" cerca Drak.

"Aku sudah bilang, jika aku memang tidak bisa melakukannya, Drak! Dan tadi kau juga bilang aku hanya perlu diam dan cukup mengikuti saja, 'kan?" sahut Pamela.

"Iya, sih! Tapi—"

"Tapi, apa?"

Tapi entah mengapa Drak merasa Pamela adalah gadis yang sangat payah dan tidak dapat membuatnya senang. Padahal mimpinya semalam itu sangat indah. Entah mengapa untuk mewujudkan di dunia nyata terasa sulit.

Akhirnya dia pun memilih untuk berhenti dan kembali melepaskan tubuh gadis itu.

Lagi pula wajah Pamela dalam pendangannya sudah berubah menjadi wajah Ximena lagi.

Sampai kapanpun Drak tidak pernah tertarik dengan Ximena.

Baginya Ximena adalah gadis yang sangat menyebalkan di dunia ini, dan dia tidak akan mungkin mencintainya. Apa lagi menyentuhnya. Kecuali jika membunuhnya, mungkin itu yang pantas dilakukan Drak kepada Ximena.

'Ah, syukurlah. Akhirnya aku bebas juga,' batin Pamela.

Dia juga bangkit dari atas ranjang. Kemudian Pamela merapikan rambutnya dan mulai membuka pintu.

"Mau ke mana?" tanya Drak.

"Sudah kubilang sejak tadi, 'kan? Jika aku akan turun ke bawah untuk menemui Ibu!" jawab Pamela.

Drak menghela napas jengah, namun dia malah menghampiri Pamela dan menggandeng tangannya.

"Ayo kita turun bersama, sekarang juga!" ujar Drak.

"Hah?" Pamela membuka mulutnya secara reflek.

Dia tak menyangka, Drak malah dengan sendirinya mau turun ke bawah bersamanya, untuk makan bersama Ratu Vivian.

Padahal tadi dia harus bersusah payah memaksa pria itu agar mau turun ke bawah.

"Kenapa malah melamun? Ayo!" sergah Drak.

"Ah, baik-baik! Mari!" sahut Pamela dengan sedikit tersentak.

Lalu mereka menuruni tangga dengan bergandengan tangan.

Mereka terlihat begitu mesra, selayaknya pengantin baru pada umumnya.

Pamela juga memasang senyuman menawannya, walau hanya senyuman terpaksa.

"Hai, akhirnya kalian turun juga! Kupikir kalian tidak akan menemuiku," tukas Ratu Vivian.

"Maaf, Bu. Tadi—" ucapan Pamela tiba-tiba dipotong oleh Drak.

"Kami telat karena baru saja ... ah ... pasti Ibu tahu, 'kan? Sebagai sepasang pengantin baru harus melakukan apa?" ucap Drak yang mengada-ada pada Ratu Vivian.

Pamela menajamkan kedua matanya kearah Drak. Tentu saja dia tidak suka pria itu bercerita bohong kepada ibunya.

"Nanti, Ibu berpikiran yang macam-macam, Drak," bisik Pamela di telinga suaminya.

"Biarkan saja. Memangnya kenapa? Kita, 'kan suami istri!" jawab Drak dengan santainya.

Dan seketika Pamela terdiam.

'Ah, benar juga, ya ...." Batinnya.

Ratu Vivian merasa heran melihat tingkah keduanya.

Sebenarnya dia tidak terlalu suka, jika apa yang diucapkan oleh Drak itu benar.

Namun dia tak bisa berbuat apa-apa, karena mereka memang suami istri. Itu hal yang sangat wajar.

Vivian juga bersyukur telah memberikan ramuan penunda kehamilan pada Pamela. Sehingga dia tidak akan perlu melihat keturunan Ratu Marigold bertambah lagi.

Yah ... setidaknya itu yang membuat Ratu Vivian sedikit lega.

"Bu, kenapa melamun, kenapa tidak menyantap hidangannya?" tanya Pamela.

'"Ah, iya, Sayang! Mari kita makan!" ajak Ratu Vivian.

Drak tersenyum licik melihat kegalau Ratu Vivian.

'Aku suka melihat wanita itu merasa gundah, tapi bukan berarti aku di pihak ibuku. Aku benci keduanya. Karena mereka terlalu bodoh telah memperebutkan pria seperti Sky?' batin Drak.

Bersambung ....