Rey dan Ariela sedang berjalan di sekitar taman yang letaknya tidak jauh dari mobil Rey.
Ariela menatap ke bawah. Memerhatikan jalannya sambil memikirkan sesuatu yang tidak ia ketahui.
Rey melirik wanita yang ada di sampingnya. Rasanya sungguh aneh jika dirinya bisa sampai seperti ini. Jelas, ini bukan sifat Rey.
Pria itu mencoba untuk tetap tenang dan memasang wajah dinginnya seperti biasanya.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan setelah ini."
Rey berhasil memecahkan kesunyian yang terjadi di antara mereka berdua.
"Apa?"
"Nanti saja, sekarang kita pulang ke rumah saya."
GLEK!
Entah kenapa lidah Ariela menjadi kelu. Ia merasa sangat aneh saat mendengar ucapan Rey. Apa pria ini ingin membicarakan soal tawarannya?
Jujur saja jika Ariela belum siap. Ia masih ingin hidup dengan bebas. Tanpa ada ikatan. Mau jenis ikatan apa pun. Ariela masih belum siap.
Ariela tidak bisa berkata apa-apa selain mengikuti langkah kaki Rey untuk kembali masuk ke dalam mobil. Jika ia tidak mengikutinya, maka ia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti.
Hening …
Selama perjalanan menuju kediaman Rey, hanya ada keheningan di antara mereka. Baik Rey maupun Ariela tidak ada yang mengangkat suaranya. Mereka berdua sungguh seperti seorang patung yang tidak mengenal satu sama lain.
Ariela terus memerhatikan jalanan yang hanya diterangi oleh cahaya lampu saja. Ia merasa tenang jika melihat suasana sunyi seperti ini. Biasanya, jam segini. Ariela masih ada di club untuk menemani tamu-tamu yang akan berebut untuk bisa bermalam dengannya.
Tapi, tidak untuk malam ini. Ada sedikit rasa lega karena Rey membawanya. Walau ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi, hari ini. Ariela merasakan hatinya yang damai.
Setelah melewati jalan yang cukup menenangkan. Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah mewah yang cukup membuat Ariela terkejut.
"Seperti apa sebenarnya Rey ini?" Pertanyaan itu terus menghantui pikirannya. Apa Rey sungguh pengusaha sukses? Lantas kenapa dia mau bersama dengan wanita malam seperti dirinya? Rasanya Rey bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari dirinya. Tapi kenapa Rey sangat menginginkan dirinya?
Ariela merasa ada yang mengganjal di hatinya. Tapi ia sendiri juga tidak tahu apa itu?
Ariela mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak ingin berprasangka buruk lebih dulu. Lebih baik jika saat ini, ia mengikuti Rey untuk mengetahui semuanya.
Ariela mengikuti ke mana Rey melangkahkan kedua kakinya.
Ariela terpana saat melihat bagian dalam rumah Rey yang begitu mewah. Ia merasa jika dirinya tidak pantas berada di tempat ini. Apa lagi sampai bersanding dengan pria itu. Ariela merasa sangat rendah.
Bangunan yang terlihat klasik, desain yang unik juga mewah itu membuat Ariela merasa takjub.
Dominasi warna gold dan putih menjadi pilihan Rey. Padahal pria itu terlihat sangat menyeramkan. Tapi saat melihat dalam rumahnya. Entah kenapa rasa takut saat melihat wajah Rey itu seketika sirna.
Rey membuka sebuah pintu yang cukup besar. Ia masuk ke dalam dan Ariela semakin dibuat takjub saat melihat ruang kamar Rey yang ukurannya lebih besar dari rumah yang ia tempati bersama dengan ibunya saat ini.
"Apa bisnisnya? Kenapa dia bisa memiliki banyak senjata yang dipajang di dinding kamar ini," ucap Ariela di dalam hatinya.
"Kamu ingin minum apa?" tanya Rey.
Ariela membuyarkan lamunannya. Ia menatp punggung Rey yang sedang menyiapkan gelas dari meja bar yang ada di dalam kamarnya. Sungguh menarik sekali. Di dalam kamar ada sebuah mini bar.
"Apa saja."
Rey menganggukkan kepalanya. Kebetulan ia sedang ingin meminum wine. Rasanya tidak masalah jika ia meminumnya. Lagi pula, minuman seperti ini sudah menjadi minumannya sehari-hari.
"Wine tidak masalah?" tanya Rey memastikan.
Ariela menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah," ucap Ariela sambil duduk di depan meja bar itu.
Rey memberikannya. Dan ia juga menyiapkan sebuah camilan untuk Ariela. Sepertinya, pria itu sudah menyiapkan sebelum Ariela datang mengunjunginya.
Padahal mereka baru saja habis makan. Tapi entah kenapa saat mencium aroma pasta yang Rey berikan. Lidah Ariela jadi ingin mencicipinya.
"Kau menyukainya?" tanya Rey memastikannya.
"Kalau tahu kamu mau kasih makanan, tadi aku tidak perlu makan banyak."
Rey terkekeh. "Tidak masalah, lagi pula ini hanya sedikit."
Ariela jadi tidak enak. Dan tiba-tiba ia merasakan debaran yang begitu hebat
'Jantung, please kerjasamanya ya.'
Ariela mengatur napasnya. Ia masih tidak mengerti kenapa setiap dekat dengan Rey seperti ini, akan selalu seperti ini. Tapi dengan pria lain, ia sama sekali tidak pernah merasakan hal yang mendebarkan seperti ini.
Rey menyesap minumannya. Ia duduk di samping Ariela lalu menatap wajah cantik wanita yang ada di sampingnya. Entah kenapa, Rey sangat menyukai menatap wanita itu. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dan merasa hatinya sangat tenang saat berada di samping Ariela.
"Sebenarnya, apa yang ingin kamu bicarakan?"
Rey mengalihkan pandangannya. Ia memandangi wine yang ada di dalam gelas itu, memberikan putaran ringan pada gelas itu hingga membuat pergerakan pada air yang ada di dalam gelas.
Rey berdiri, ia menuju ruang kerja yang ada di samping mini bar kamarnya. Rey mengambil sesuatu dari dalam sana.
'Ish, dasar pria aneh! Ditanya malah melarikan diri! Tapi makin penasaran, dia mau bilang apa sih? Kadang enggak bisa ditebak gimana sifatnya.'
Ariela memilih menenggak wine itu hingga tandas. Mungkin dengan seperti ini, hatinya jauh merasa lebih tenang saat ini.
Rey keluar dengan membawa sebuah amplop cokelat. Ia menaruhnya di atas meja bar. Tepat di hadapan Ariela.
Ariela mengernyitkan dahinya. Lalu ia menatap pria yang ada di sampingnya. Rey sedang menuangkan wine ke dalam gelas Ariela lagi.
"Kau bisa membukanya," ucap Rey dingin. Ini baru Rey yang Ariela kenal. Ia yakin jika pria itu sudah kembali ke wujud aslinya. Ariela hanya merasa aneh saja dengan sikap pria yang ada di sampingnya yang selalu berubah-ubah.
Ariela memegang amplop berwarna cokelat itu. Tangannya terasa sangat dingin. Ia agak ragu untuk membukanya.
'Apa ini surat perjanjian? Atau ini surat pernikahan yang harus aku tandatangani?'
Berbagai pertanyaan mulai berbaris di kepala Ariela. Wanita itu sungguh tidak bisa menebaknya.
Ariela mencoba membukanya, meyakinkan hatinya jika yang dibacanya bukanlah semua yang ada di dalam pikirannya saat ini.
Ariela mencoba menata hatinya agar tenang. Ia tidak ingin sampai membuat Rey marah. Atau ia bisa melukai pria yang ada di sampingnya.
Apa lagi Ariela merasa banyak hutang pada Rey yang sudah mau membayar semua hutangnya pada Madam.
Ariela menggigitkan bibir bawahnya. Lalu kedua matanya membelalak saat membaca apa yang ada di dalam amplop tersebut.
Raut wajah Ariela tidak bisa ditebak sama sekali. Rey masih memerhatikannya. Ia akan melihat apa yang akan wanita itu katakan padanya.
Bersambung