Chapter 36 - Curious 8

Keesokan paginya, Esmee merenggangkan tubuhnya ketika ia mendengar bunyi alarm pada ponselnya. Tangannya kemudian meraba-raba sekitar tempat tidurnya untuk mencari ponsel tersebut. Begitu menemukan ponselnya, Esmee segera membuka matanya.

Mata Esmee langsung membulat ketika ia melihat jam pada ponselnya. Ia lantas segera terduduk di tempat tidurnya.

"Aku lupa aku harus berbelanja bahan makanan," gumam Esmee sambil berdiri dari tempat tidurnya. Ia lalu segera bergerak menuju kamar mandinya untuk bersiap-siap.

Tidak lama kemudian, Esmee berjalan keluar dari kamar mandi sambil menguncir rambut pirangnya ke belakang. Setelah itu ia mengenakan mantel coklat miliknya dan segera turun ke restoran.

Esmee terdiam ketika ia tiba di anak tangga terakhir. Ia berjalan sambil mengendap-endap ketika mendengar suara berisik dari arah dapur restoran. Sebelum membuka pintu dapur, Esmee mencari sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai senjata untuk berjaga-jaga jika ia bertemu dengan pencuri.

Perhatiannya tertuju pada payung hitam panjang yang ada di dekat pintu masuk. Esmee segera mengambil payung hitam tersebut dan kembali ke pintu dapur. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Angkat tangan!" seru Esmee sambil mendorong pintu dapur. Ia mengacungkan payung hitam panjang yang ia bawa.

William mengerjap-ngerjapkan matanya ketika Esmee masuk ke dalam dapur dengan mengacungkan payung hitam ke arahnya. "Kenapa kau sudah bangun? Aku sudah mengatakan padamu untuk bangun lebih siang."

"William?" gumam Esmee. Ia menatap William dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa kau sudah ada di sini?" Esmee kembali bertanya pada William.

"Kau lupa apa yang aku katakan semalam. Aku sudah bilang, aku yang akan membeli semua bahan makanan," jawab William.

Esmee mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia kemudian menurunkan payung yang ia bawa dan meletakkannya di dekat pintu dapur. Setelah itu, Esmee berjalan menghampiri William.

Esmee bergumam tidak percaya ketika ia melihat bahan makanan yang sudah dibeli oleh William. "Kau yang membeli ini semua?"

"Apa kau lihat Sven atau Marie di sini? Lagipula aku yang memegang catatan itu," jawab William.

Esmee mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia kemudian menatap William sambil tertawa pelan. "Rasanya aku tidak menyesal sudah menerimamu bekerja di sini. Aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa membayarmu dengan nominal yang besar. Aku tidak menyangka kau sangat bisa diandalkan."

"Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan," sahut William bangga.

Esmee berdecak pelan. "Ya, kau bahkan bisa mengancamku karena hanya kau yang mengetahui bahwa aku bekerja paruh waktu."

William terkekeh mendengar ucapan Esmee. Ia kemudian mengeluarkan bahan-bahan makanan yang sudah ia beli. "Kau bisa memeriksanya sebelum aku langsung membersihkannya."

Esmee menganggukkan kepalanya sambil memperhatikan bahan-bahan yang sudah dikeluarkan William dari kantong belanjanya. Semua bahan-bahan itu nampak bagus hingga Esmee tidak henti-hentinya memuji William.

"Semuanya sudah sesuai," ujar Esmee.

"Tidak ada yang terlewat, kan?" Tanya William.

Esmee langsung menggelengkan kepalanya. "Kau bekerja dengan sangat baik. Aku janji akan menaikkan upahku jika pendapatan bulan ini lebih baik dari bulan kemarin."

"Kau tidak perlu seperti itu. Aku hanya melakukan tugasku. Oh, ya. Aku juga membelikanmu sarapan." William menunjukkan sebuah kantong kertas kecil yang belum ia buka dan memberikannya pada Esmee.

"Apa ini?" tanya Esmee seraya membuka kantong kertas yang diberikan oleh William.

Begitu Esmee membuka kantong kertas tersebut, aroma roti yang baru dipanggang langsung menguar di udara. Esmee memejamkan matanya sambil menghirup aroma butter yang khas. William tersenyum melihat Esmee yang menghirup dalam-dalam aroma roti hangat yang ia bawakan.

Esmee langsung tersenyum lebar ketika ia kembali membuka matanya. "Apa kau membelinya di toko roti yang ada di dekat toko milik Anne?"

"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya William.

Esmee terkekeh. "Aku mengenal aromanya. Tapi sudah lama aku tidak mampir dan membeli roti di situ."

"Ya sudah, kau nikmati sarapanmu di atas. Aku akan merapikan ini," ujar William sambil menunjuk bahan makanan yang berserakan di meja dapur.

"Kau tidak ingin ikut sarapan bersamaku?" sahut Esmee.

"Kau duluan saja. Aku akan menemanimu setelah aku merapikan ini kembali," timpal William.

"Baiklah kalau begitu. Aku tunggu di atas." Esmee kemudian segera keluar dari dapur dan bergegas naik ke kamarnya.

William mengintip dari pintu dapur untuk memastikan apakah Esmee sudah naik ke kamarnya atau belum. Setelah memastikannya, William dengan cepat merapikan bahan-bahan makanan yang ada di meja dapur. Di luar pintu belakang restoran D'Amelie, Charles sudah menunggu dengan bahan makanan lain yang sudah mereka siapkan.

----

Begitu tiba di kamarnya, Esmee segera meletakkan kantung kertas berisi roti yang dibawa William di atas meja kecil yang ada di kamarnya. Ia lantas segera merapikan kamarnya dan memeriksa apakah ada barang pribadinya yang berserakan.

Esmee juga mengatur posisi meja makan yang ada di kamarnya agar terlihat lebih nyaman. Tidak lupa, ia menyembunyikan amplop-amplop berisi tagihan dan surat dari pengadilan yang ada di atas meja tersebut.

Setelah memastikan kamarnya sudah terlihat lebih rapi, Esmee segera mengambil piring dan perlengkapan makan. Ia kemudian menata roti-roti yang sudah dibeli oleh William. Ia juga merebus dua buah telur yang ia ambil dari kulkasnya dan menyiapkan air putih.

Sambil menunggu telur rebusnya, Esmee bercermin di dalam kamar mandinya. Esmee menghela nafas panjang ketika melihat wajahnya.

"Wajahku terlihat sangat berantakan," gumam Esmee. Ia kemudian merapikan kunciran rambutnya dan memulaskan sedikit pelembab bibir ke bibirnya.

Setelah selesai, Esmee kembali ke dapur kecilnya untuk melihat telur rebus yang sedang ia buat. Ketika ia sedang menunggu telur rebusnya, ia mendengar suara langkah seseorang yang menaiki tangga.

Esmee menghela nafas panjang begitu ia melihat William muncul di kamarnya. William tertawa pelan sambil menunjukkan dia buah mug yang ia bawa dari lantai bawah.

"Sepertinya kita membutuhkan kafein hari ini," ujar William seraya berjalan menuju meja kecil yang ada di kamar Esmee. Ia kemudian meletakkan kedua mug tersebut di atas meja.

"Kau sedang membuat apa?" tanya William setelah ia duduk di kursi meja makan kecil yang ada di kamar Esmee. Ia memperhatikan Esmee yang masih berdiri di dapurnya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya merebus telur," jawab Esmee. Tidak lama kemudian, ia mematikan kompornya dan segera mengangkat telur rebusnya.

Esmee meletakkan kedua telur tersebut pada tatakan khusus telur lalu membawanya ke meja makan. Setelah itu Esmee segera duduk di hadapan William.

William tersenyum simpul pada Esmee. "Kenapa kau seperti orang baru selesai berlari?"

Esmee menggelengkan kepalanya dan tertawa pelan. "Entahlah. Kau mau aku bantu mengupas telurnya?"

"Boleh saja kalau itu tidak merepotkan," sahut William.

Esmee segera mengambil salah satu telur rebus buatannya. Ia mengetuk pelan bagian atas telur tersebut dengan sendok kecil. Setelah itu ia melepaskan cangkangnya dengan perlahan-lahan agar cangkang tersebut tidak hancur.

William memperhatikan Esmee yang sedang mengupaskan telur untuknya. Memakan telur rebus setengah matang yang masih memiliki cangkang memang sedikit merepotkan baginya. Ia selalu berakhir dengan memecahkan cangkangnya dan membuat isi di dalam telur tersebut berceceran keluar.

Namun Esmee bisa melakukannya dengan sangat rapi. William tersenyum lebar ketika Esmee menyorongkan telur yang sudah terbuka cangkang bagian atasnya tersebut.

"Merci," ujar William.

"De rien," sahut Esmee dengan senyum yang tak kalah lebarnya.

Setelah itu, Esmee mulai memecahkan telur untuk dirinya sendiri. William dan Esmee lalu menikmati makan pagi di dalam kamar Esmee seperti sepasang muda-mudi yang sedang menunjukkan ketertarikan satu sama lain.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.