Kedua omega itu berjalan beriringan sambil berpegangan tangan, mereka baru saja diberikan peringatan oleh alpha sebelum serigala besar itu berlari dengan kencang merusak dinding kamar keluar. Bersamaan aura mengerikan yang dapat dirasakan semua orang, karena peringatan dari penghalang wilayah berubah menjadi merah. semua orang bersiaga sambil melihat situasi, kedua perempuan itu yang sebelumnya ditangkap oleh Ava atas perintah alpha akhirnya mengerti.
Mereka tak bisa lagi hanya melihat orang lain dari tingkah lakunya saja, apalagi yang dilakukan keduanya adalah sebuah perundungan karena dihasut oleh Victoria setelah mendengar perkataan buruk tentang Alexa selama berada di hutan peri. Nyatanya Victoria yang memiliki kecantikan yang halus dan lembut adalah iblis itu sendiri, tadi itu sangatlah menegangkan karena melihat alpha secara langsung yang tak menutupi kehadirannya pada sang omega.
"Kita harus meminta maaf pada luna, Molly. Dan berhenti mengikuti peri sialan itu, aku ingin pindah ke bagian dapur warrior saja. Berdekatan dengan Victoria hanya akan membawa petaka lebih besar lagi, dan kita harus jaga rahasia ini sampai alpha dan luna sendiri yang membongkarnya." Ujar Lily yang berjalan memegangi lengan Molly akibat reaksi alami yang serigala lemah yang melihat sosok serigala besar yang kuat.
"Iya, aku akan ikut denganmu saja. Kita harus benar-benar menyembunyikan fakta ini, rasanya aku mau pensiun dini saja." Kata Molly dengan wajah memelas.
Dan saat itulah didepan mereka, ada tiga orang teman mereka yang terlihat memegangi kepala mereka sembari mengeluh sesuatu yang baru saja terjadi. Mereka juga merasakan kengerian itu, tetapi tak begitu mempengaruhi karena serigala itu memiliki fisik yang kuat.
Tetapi berbeda dengan bangsa peri hutan, seumur umur hidup berlindung di dalam hutan tak pernah terusik. Kemudian merasakan sebuah aura mengerikan, mereka akan ketakutan dan berakhir sesak napas karenanya.
"Lily! Molly, sedang apa kalian disana?" Teriak Megan yang melihat kedua teman serigala mereka tengah berduaan berjalan ke arah jalan yang sama.
Tetapi saat itu juga, keduanya langsung berlari dan berbalik untuk menjauhi ketiga orang teman perinya. Tidak akan bagus kalau sampai mereka banyak tanya, sedangkan mental kedua serigala itu masih terguncang akibat ancaman Alpha dan juga Ava. Perempuan itu ternyata adalah seorang warrior, jenderal perempuan pertama di dalam warrior yang alpha berikan tugas untuk melindungi luna.
"Eh! Kenapa kalian berlari begitu cepat, apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka berdua?" Tanya Julia pada sang kakak.
"Tidak tau, sudah kukatakan setelah kejadian malam dimana kita bertemu alpha. Kedua orang itu bersikap sangat aneh, apa insting serigala bertemu dengan sang alpha membuat mereka sakit atau apa?" Tanya Victoria ikut menimpali.
"Tidak tahu, tapi kita belum juga menemukan Alexa. Bahkan di dapur prajurit pun tak ada kehadiran Alexa, perempuan yang selalu mengikutinya juga tidak kita temukan. Sebenarnya bersembunyi dimana dia, ini bisa menjadi tambahan untuk hukuman Alexa karena lalai dalam bekerja!!" Megan berkata dengan kesal dan menghentakkan kakinya ke tanah dengan kesal.
"Tapi aku senang kita tidak harus melayani para serigala dan juga delegasi di dapur, rasanya sangat melelahkan hidup sebagai pelayan rendahan. Hidup kita jadi menyedihkan gara-gara prajurit naga merah itu!! Aku akan balas dendam pada mereka semua jika aku kuat,"
"Kenyataannya kamu sangat lemah!" Timpal Megan jengkel melihat tingkah adiknya.
"Habisnya aku capek sekali, tenaga kita berbeda dengan fisik kuat serigala disini! Mereka mengeksploitasi tenaga kita untuk wilayah mereka! Aku ingin kembali ke hutan peri saja."
"Kau juga harus ingat, hutan peri kita kini sudah disebut hutan kematian karena pohon smurni tertidur untuk melindungi hutan dengan kekuatan terakhir yang ia miliki dengan menolak siapapun untuk masuk ke dalam hutan. Tak peduli itu kaum kita sendiri, yang artinya. Pohon kehidupan smurni benar-benar tak berdaya, jika bukan karena kebaikan alpha dan juga luna dari ras kita. Mungkin kita sudah mati kelaparan, tidak semua wilayah mau menerima kita dengan baik." Victoria menatap kepada kedua temannya dengan lembut. "Lagipula sebelumnya alpha memberikan pilihan pada kita, bekerja di kastil atau tinggal di desa dengan pesangon yang akan dikirim secara berkala. Dan kita memilih bekerja di dalam kastil daripada hidup di desa yang bahkan kita tidak tahu bagaimana isinya."
Megan dan Julia akhirnya terdiam, yang dikatakan Victoria adalah kebenarannya. Agak kurang sopan mengeluhkan keadaan saat ini, karena mereka tak dapat memilih untuk menolak saat mereka membutuhkannya.
Sedangkan di lain tempat, Ava yang sempat terlambat mengikuti Matthias akhirnya bertemu dengan Akira. Pria itu, dia adalah matenya. Jenderal Akira, pria dingin yang berbanding terbalik dengan panggilan mate seharusnya. Pria itu dingin dan cukup tidak peka dengannya, tetapi Ava yang sudah di latih cukup dengan keringat dan rasa sakit di barak.
Tak memikirkan tentang hal itu, setidaknya mereka masih menghargai nilai satu sama selain sebagai pasangan hidup yang sudah ditakdirkan.
"Bagaimana dengan luna?" Tanya Ava pada sang mate.
Akira yang berdiri di depan pintu kamar Lucas menoleh perlahan, matanya bergetar saat melihat raut wajah Ava yang terlihat cemas. Karena hal itu, wajah putihnya memerah dan terlihat begitu menawan di matanya. Tetapi reaksi wajahnya di mata Ava berbanding terbalik dengan yang hatinya katakan, itu terlihat kaku dan lebih dingin dari biasanya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?!" Ava bertanya risih dengan jantung berdetak kencang.
Dua orang yang memiliki ikatan takdir memiliki sifat yang sama, kaku dan kurang peka sulit mengekspresikan perasaan mereka apalagi keduanya besar di dalam barak prajurit. Mereka dilatih tentang kekuatan, otot dan mempertahankan wilayah kerajaan mereka.
Akira yang mendengar ucapan Ava mengalihkan pandangannya perlahan ke depan pintu lagi, tadi dia dengar jika raja penyihir baru saja dimarahi oleh archmage muda di menara penyihir.
"Luna baik-baik saja, tetapi raja penyihir yang perlu banyak istirahat karena kehabisan mana."
"Syukurlah kalau begitu..."