Chereads / Terikat Takdir Dengan Sang Alpha / Chapter 28 - TWENTY EIGHT

Chapter 28 - TWENTY EIGHT

Dan setelah itu, kedua orang yang memang jarang sekali berbicara selain melalui sentuhan tiap kali bertemu itu hanya saling diam dan membiarkan sepi menyapa. Meski dalam hati Ava cukup kesal dengan situasinya kali ini, dia benci ketika Akira tidak berbicara apapun. Tapi dia juga bingung topik apa yang harus dibahas, saat dia pun tak ingin banyak bicara.

Sedangkan Akira, pria itu menahan diri untuk tetap tegak dan menatap ke depan pintu kamar Lucas. Dalam hati ingin segera menyelesaikan tugasnya dan membawa Ava untuk memeluk dan mencium tubuh sang mate, sudah beberapa hari dia sibuk dan tak bertemu Ava. Begitupun sebaliknya, tugas yang diberikan alpha membuat keduanya sibuk satu sama lain.

"Apa kau sudah makan?"Akira tiba-tiba saja bertanya pada Ava yang membuat perempuan itu terkejut sedikit karenanya.

"Belum."

"Aku juga belum, mau makan bersama setelah hari ini?"

"Boleh."

Setelah itu keduanya kembali terdiam, dan dalam hati Akira merasa gelisah karena dia tak tau harus bertanya apalagi sebab jawaban yang Ava berikan terkesan tak ingin memperpanjang perbincangan mereka.

Sedangkan Ava tengah merutuki diri karena menjawab singkat pertanyaan dari Akira, kedua jenderal yang memiliki sikap kaku dan dingin kebingungan untuk membuka topik pembicaraan satu sama lain dan akhirnya diam satu sama lain memperbesar kesalahpahaman di antara keduanya.

Meski jenderal Akira dan Jenderal Ava di barak sangat terkenal dengan ketekunan dan keahlian mereka, juga ada rumor kontroversi tentang keduanya karena bersikap dingin pada pasangan masing-masing. Berbeda dengan serigala lain yang sudah bertemu dengan matenya, padahal mereka tidak tahu jika Akira dan Ava kesulitan karena tidak biasa membuka pembicaraan jika bukan tentang latihan dan atas perintah sang alpha.

"Apa pekerjaanmu baik-baik saja?" Kini gantian Ava yang bertanya pada Akira.

Pria itu sampai menoleh lagi untuk melihat sisi wajah matenya, cukup terkejut karena Ava mau memulai pembicaraan dan bertanya padanya.

"Semuanya baik-baik saja, meski agak kesulitan karena semuanya belum transparan." Jawab Akira kemudian bertanya kembali. "Dan apakah tugasmu lancar?"

"Yeah, kemarin aku membuat kesalahan dengan melanggar perintah luna. Aku hanya tidak terima ketika para serigala lemah itu, meremehkan luna yang bahkan tak bisa disamakan dengan mereka. Apalagi kaum peri yang satu ras dengan luna, mereka tidak seharusnya bersikap diskriminasi hanya karena luna adalah peri darah campuran. Sedangkan hidup mereka masih di berikan oleh alpha atas permintaan luna, aku kesal."

Jenderal Akira terperangah mendengar cerita Ava, bukan karena kondisi yang dialami. Tapi ini pertama kalinya perempuan itu berbicara begitu panjang dengannya, rasanya begitu aneh sekaligus disukai olehnya.

"Lalu, apa Luna menghukummu?"

"Tidak, meski aku memohon untuk hukuman, tapi kekuatan yang luna miliki begitu mengerikan meskipun terasa bar-bar karena ini adalah pertama kalinya kekuatan milik luna dirasakan. Itu bisa membunuh kupu-kupu yang bahkan hanya terbang untuk lewat di hadapannya." Ava tanpa sadar menceritakan hal yang paling disukai dari pekerjaannya.

"Baguslah kalau kau tidak dihukum, setidaknya luna memiliki hati yang besar." Jenderal Akira menghembuskan napas diam-diam karena matenya tak mendapatkan hukuman dari sang luna.

"Yah, tapi waktu itu tetap menunggu sampai luna yang menyampaikan langsung. Kemudian aku diberi perintah oleh alpha, untuk menangkap dua omega yang merasakan kekuatan luna. Aura itu, sungguh mengerikan. Andai tidak berlatih sebagai seorang prajurit, mungkin aku sudah tak sadarkan diri selama beberapa hari. Karena aura itu, luna tujukan padaku..." Ujar Ava dengan nada rendah di akhir kalimatnya.

....

Di Dalam kamar sang raja penyihir setelah mengakhiri komunikasi melalui bola sihir, semua orang terdiam karena archmage muda itu akan datang ke balck pack untuk menjemput sang raja. Tapi Matthias masihlah terguncang karena dengan apa yang baru saja Alexa katakan.

'Aku terlihat lebih tua daripada si penyihir cantik ini?!'

Wajahnya terlihat kosong, Lucas menahan tawanya. Bersamaan dengan Draco yang merasa puas karena Matthias terlihat tersiksa, Rudolf sendiri masih seperti tadi. Diam tak berkomentar banyak, hanya memperhatikan saja.

"Matthias, jangan seperti ini. Kamu terlihat seperti akan mati dan aku mungkin akan mencari pasangan lain." Kata Alexa tak berhenti menggoda matenya.

"Tak akan ku ijinkan meski mati sekalipun!!" Matthias langsung menanggapinya cepat dan menarik Alexa ke dalam pelukan.

Tubuh besarnya menutupi tubuh kecil Alexa, Matthias memunggungi semua orang dan menghirup aroma tubuh istrinya dengan rakus. Dia suka sekali, ototnya yang tadi kejang akibat terkejut kini terasa lebih ringan. Punggungnya tanpa sadar menurun, memperlihatkan wajah Alexa yang memerah malu di balik pundak lebar itu.

"Oh, ayolah jangan mulai lagi alpha Matthias!!" itu adalah Draco yang kesal melihat tingkah serigala besar itu.

"Baiklah, kalian bisa pergi keluar dari kamarku kalau begitu." Usir Lucas dengan percaya diri dengan memberikan senyum paling tulus untuk mengusir semua orang karena dia ingin tidur. "Dan untuk Luna Alexa, tolong tetap datang besok pagi pukul delapan. Saya akan tetap memberikan pengajaran terakhir sebelum archmage muda itu datang untuk membawaku pulang."

"Ah, baiklah. Maaf untuk hari ini dan terima kasih..."

"Sama-sama, jadi semuanya!" Lucas mengangkat salah satu tangannya menunjuk ke arah pintu dengan kernyitan kesal. "Silahkan kalian keluar, karena pasien ini ingin beristirahat dengan tenang!"

....

Malam tiba, langit begitu terang dengan bintang yang tersebar begitu indah. Alexa berdiri di luar kamarnya, teras yang luas itu tepat mengarah ke taman bunga dan air mancur yang megah. Itu terlihat menenangkan, tapi tidak lagi terasa tenang saat tangan kekar itu merayap dari belakang tubuhnya dan menariknya ke dalam pelukan hangat yang tak bisa ia lepaskan sedari sampai dikamar.

"Oh, ayolah. Aku hanya berdiri disini, jangan terlalu berlebihan!"

"Kau tidak suka dipeluk olehku?"

"Aku suka pelukanmu! Tapi tidak sampai mengganggu aktifitas, kamu terus saja memeluk bahkan saat aku makan Matthias!!"

Udara dingin berhembus, gemerisik daun yang saling bertabrakan terdengar merdu menemani kedua insan yang tengah menatap langit yang sama.