Chapter 30 - THIRTY

"Panggilkan healer! Luna sudah bangun cepat!!"

Alexa perlahan membuka matanya, dia melihat dengan agak sedikit sakit di kepala. Kemudian menoleh untuk menatap sosok Matthias yang mendekat ke arahnya dengan raut wajah cemas, sebenarnya apa yang terjadi padanya. Ini bukan hutan peri, sekarang dia sudah berada dikamarnya. Dia sudah kembali pulang ke rumah.

'Matthias...'

Alexa bertanya-tanya, dia ingin bersuara tapi tak ada yang terdengar. Matthias hanya bisa melihat gerakan bibir Alexa, segera mengambil gelas berisi air di sisi tempat tidur. Dia benar-benar hampir mati seketika, saat sadar jika Alexa tak sadarkan diri dengan kabut putih menyelubungi tubuhnya. Andaikan Archmage muda tak datang dan memberitahu kabut apa itu, mungkin dia sudah akan mengamuk dan mengeluarkan seluruh kekuatan penuh miliknya.

"Minum dulu, dan coba bicara perlahan saja. Jangan terlalu terburu-buru." Akta Matthias pada Alexa yang mengangguk perlahan.

Rasanya sakit saat dia meluruskan kembali punggungnya, apalagi bagian lehernya yang tadi sempat terbakar dan hampir patah. Perih sekali, bersamaan saat dia mendesis Matthias terkejut bukan main.

"Luka bakar apa ini!!! Kenapa bisa sampai ada luka bakar di leher luna?!! Pelayan!! Mana healer yang minta ku panggil!! Cepat!!" Matthias benar-benar murka.

Apalagi Alexa terus mendesis bahkan kini mulai mengeluarkan air mata, rasa perih di lehernya membuat dia benar-benar sakit. Pantas dia bahkan kesulitan untuk bersuara, karena luka yang disebabkan penyihir itu bukan sekedar mimpi belaka.

"Hikss... ini sakit... sakit sekali Matthias..." Suara Alexa mulai merengek bersamaan dengan tiga healer yang datang dengan wajah ketakutan.

Aura yang mengerikan mulai terasa menekan seluruh orang yang ada di kamar sang luna, semua orang mulai merasa resah. Mereka sudah tau bagaimana mengerikannya sang alpha mengamuk, satu desa pernah menjadi rata dengan tanah karena berani melakukan kontrak dengan iblis dan memakan satu sama lain seperti kanibal.

Alpha marah, karena mereka melakukan hal sesat itu dengan membawa nama kakek buyutnya yang mati. Itu adalah sebuah persembahan untuk menemukan dalan utama dari hilangnya artefak dan pecahnya perang dahulu, yang membuat dunia tidak berputar pada porosnya dengan baik.

"Tenang sayang, healer sudah ada disini. Kamu akan segera di sembuhkan, tolong tahan sebentar lagi." Matthias berbalik dan berteriak lebih keras dengan panik. "Sialan!! Apa yang kalian lakukan cepat sembuhkan luna segera!!!"

"M-maaf alpha, saya mohon anda untuk pindah ke sisi lain karena kami agak kesulitan untuk menyembuhkan luna..."

"Brengsek! Sembuhkan saja, apa sulitnya aku akan tetap disini—"

PAK!!

"Lanjutkan saja, alpha biar kami yang mengurusnya." Itu adalah suara Lucas yang berdiri di belakang alpha yang sudah tak sadarkan diri.

Dia hanya menyentuhkan jari di belakang kepalanya, menyalurkan semua mantra dan segera sang apha yang murka tertidur dengan cepat. Beberapa prajurit datang untuk membawa tubuh sang alpha dipindahkan ke ruangan lain, healer akan mengusahakan yang terbaik agar sang luna sembuh.

Luka bakar yang parah itu kemudian bersinar dengan ketiga healer yang mengangkat kedua tangan mereka ke arah tubuh sang luna.

"I-ini.. ini luka dari sihir api!!" Ujar salah satu dari healer disana, mereka sangat terkejut.

Padahal dari yang mereka dengar, sang luna hanya tak sadarkan diri karena kabut yang memindahkan jiwa sang luna ke tempat lain. Tapi kenapa sampai ada luka parah, apalagi lehernya mengalami keretakan yang membuat sang luna sulit untuk bersuara.

Dibelakang mereka, sang raja penyihir masih berdiri dengan archmage muda, menyaksikan bagaimana sihir api itu di dalam pandangan mereka memiliki aura hitam yang pekat. Itu adalah sihir api dari penyihir hitam, artinya entah di wilayah dan dunia mana Alexa di kirim sampai bisa bertemu dengan sang penyihir hitam.

"Ayah..." Sang archmage muda memanggil sang raja penyihir, Lucas menoleh untuk melihat putrinya.

"Semua akan baik-baik saja, bukan salahmu karena terlambat memberi tahu jika bahkan potongan masa depan itu baru kamu ketahui pagi ini..." Katanya menenangkan sang archmage muda yang merasa bersalah pada kejadian yang menimpa sang luna.

Potongan mimpi dari masa depan sulit untuk dia deskripsikan dan jelaskan, akhirnya butuh waktu lama sampai dia mengerti dan terlambat datang ke wilayah black pack. Saat datang semua orang dalam keadaan kacau dan ketakutan, aura yang menekan dapat dirasakan saat dia baru saja berada di depan gerbang pintu masuk.

Tidak, bahkan dalam perjalanan dia sudah merasakan aura berbeda yang sangat mengintimidasi dan siap untuk meledak kapan saja.

"Tapi ini cukup parah, jika dia tidak kembali sekarang mungkin dia sudah kehilangan nyawanya... melihat bagaimana dia sadar dengan luka yang parah."

"Ya, kita akan menebus semuanya. Itulah mengapa aku meminta kamu juga harus ikut andil memberikan kompensasi dari yang dilakukan olehnya pada luna..."

"Ya ayah..."