Shayna Majendra. Perempuan dewasa dengan usia hampir dua puluh tujuh tahun. Dan di usianya saat ini, dia ditimpa sebuah masalah besar.
Yaitu, masalah teror.
Entah siapa yang melakukannya, Shayna yakin siapapun itu pasti mengincar sesuatu dalam diri Shayna. Entah itu jabatan, atau Sagara.
Dan dia memilih pilihan keduanya. Merebut Sagara darinya.
Jabatan yang Shayna emban memang cukup menyita perhatian orang. Dan tentunya banyak pula orang menginginkannya. Namun begitu, Shayna mengenyahkan pikiran tersebut dari otaknya. Karena jika ditanya siapa yang seharusnya paling menginginkan jabatan Shayna saat ini, jawabannya tidak jauh-jauh dari orang di sekitar Shayna.
Dan itu adalah Sagara.
Ya, Sagara Alther Najendra. Suami sah Shayna di mata hukum maupun agama.
Shayna sempat mencurigai sang suami. Rasa curiganya ini yang membuat Shayna saat itu sempat enggan untuk ikut dengan Sagara.
Ingat saat hari penembakan terjadi dan Shayna sedikit mengabaikan Sagara malah mencari Abi? Itu yang terjadi.
Shayna sempat berpikir Sagara yang melakukannya sehingga dia tidak ingin ceroboh.
Akan tetapi, saat pikiran Shayna sedikit lebih jernih, gadis itu mendadak menyadari satu hal.
"Kalau Mas Saga menginginkan jabatan aku… dia bisa memintanya dengan mudah karena sejak awal aku sudah mengatakan itu padanya. Aku udah bilang kalau aku bakal serahkan jabatan aku secara sukarela." Gumam Shayna, sang wanita mandiri yang kini duduk di kursi kerja dalam apartemennya.
Seharian ini, setelah dua hari yang lalu keluar dari rumah sakit, Shayna hanya diam dan memikirkan tentang siapa sebenarnya pelaku dibalik semua ini. Dan satu-satunya hal yang dia dapat melalui otak cerdasnya hanya Herlina.
Bukankah dia berniat merebut Sagara darinya? Meski di surat perjanjian yang ada Herlina bersedia untuk menyerahkan bayinya dengan imbalan uang, tetap saja dia pasti masih menginginkan Sagara. Wanita itu licik dan angkuh. Sedikit menyebalkan dan tentunya keras kepala. Jadi, tidak menutup kemungkinan Herlina yang melakukan ini demi mendapatkan Sagara.
Akan tetapi, seberapa dalam Shayna mencari tau tentang Herlina, menyuruh seseorang untuk mengikutinya, dan mencari sedikit celah, dia tidak mendapatkan apapun.
Yang Herlina lakukan hanya sibuk dengan kandungannya sendiri serta bertengkar dengan kedua orang tuanya karena Herlina menerima tawaran dari Kakek Dome.
"Ay?" Shayna mengerjapkan matanya mendengar suara Sagara.
Dia memutar kursinya, menoleh ke arah sang suami yang baru pulang…
Balapan.
"Eh suami aku yang paling berguna udah pulang. Gimana Mas? Menang? Kalah dong pasti?" Shayna menyambut sang suami dengan sedikit sarkas.
Mendengar sindiran Shayna, wajah Sagara seketika datar. "Anak gue cewek masa Ay?" Kata Sagara, lesu.
Mendengar itu, Shayna mengerjapkan mata bingung. "Ya terus kenapa?"
"Ish! Gak suka. Gak bisa gue ajakin main bola." Sagara merajuk. Dia duduk lantai, berdecak kesal.
"Ish! Kesel banget sumpah! Gue pengennya cowok!" Sagara kembali merengek.
Mendengar itu, Shayna semakin kebingungan. Dia bukan bingung apa yang terjadi pada suaminya. Dia bingung harus merespon apa. Karena itu bukan anaknya. Tetapi anak suaminya.
Situasi yang sedikit lucu dan membingungkan.
"Gue harus respon gimana Mas?"
Sagara mendongak, menatap sang istri. "Ck! Gak usah respon. Udahlah, pasrah gue." Pria itu melenggang pergi meninggalkannya. Menyisakan Shayna yang diliputi kebingungan.
Di tengah rasa bingung yang mendera, ponsel Shayna tiba-tiba saja berdering.
Abi. Sekretarisnya.
Tanpa pikir panjang, Shayna segera menjawab panggilan dari sekretarisnya tersebut.
"Gimana? Ada perkembangan dari kasus ini?" Tanya Shayna langsung.
Bisa Shayna dengar, deru nafas Abi terdengar berat. "Pelakunya sudah tertangkap, Mbak."
***
***
Setelah selesai mandi dan berpakaian yang rapi, Shayna kini menyambar mobilnya untuk pergi ke kantor polisi. Gadis cantik itu mengenakan celana jeans berwarna hitam yang dipadukan dengan kaos berwarna senada. Sederhana namun tampak mewah di tubuh Shayna.
Sesaat sepatu berwarna putih miliknya sampai di ruang keluarga, Shayna mendapati sang suami yang menatapnya bingung.
"Kemana Ay?" Tanya Sagara.
"Pelakunya udah tertangkap."
Uhuk!
Sagara tersedak makanannya mendengar hal itu. Matanya sedikit melotot bingung. Selama sepersekian detik, Sagara sempat panik. Tetapi tidak lama karena dia harus terus menjalankan perannya.
Peran sebagai seorang suami yang bodoh dan tak berguna.
"Pelakunya? Serius Ay?"
"Gak tau itu bener apa enggak. Ini aku mau ke kantor polisi buat ngecek." Ucap Shayna.
Sagara meletakkan makanannya, meminum segelas es teh miliknya. Kemudian beranjak. "Gue ikut ya? Soalnya waktu itu gue sedikit ngeliat perawakan pelakunya. Barangkali gue bisa jadi saksi?" Tanya Sagara.
Tak ada kecurigaan dalam diri Shayna. Dia justru mengiyakan ucapan Sagara. Tak lama menunggu Sagara bersiap sampai akhirnya mereka kini sudah berada di dalam mobil.
Selama mobil melaju, Shayna sesekali menelpon Abi untuk menanyakan apa yang terjadi di kantor polisi. Apalah pelaku mengakui kejahatannya atau mengelak.
Hingga di satu titik, Shayna menanyakan sesuatu yang membuat Sagara memalingkan wajahnya.
"Kamu udah tanya dia siapa dalang dibalik semua ini?"
'Gue Ay. Dalang dari semua ini itu gue.'