Bram duduk dengan gelisah. Pandangannya terus tertuju pada pintu masuk kafe. Sesekali, disedotnya jus alpukat buatan sang istri yang tak bisa dia nikmati sebab pikirannya sedang bercabang.
"Santai aja, Yang! Nanti juga datang." Kay menepuk pelan pundak Bram.
Lelaki itu menoleh, lalu tersenyum kaku.
"Aku gugup, Kay," desah Bram.
Kay duduk di samping Bram, lalu menggenggam jemarinya agar lelaki itu bisa sedikit lebih tenang.
"Gugup banget? Tangan kamu sampai dingin begini," tanya Kay sambil tersenyum tipis.
Bram hanya mengangguk. Ya, dia begitu gugup. Setelah sekian lama, dia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Mereka telah membuat janji untuk bertemu di kafe milik Bram saat bertemu di pesta pernikahan Bu Ayang.
"Tante sama juragan ikut nggak?" tanya Kay lagi.
Bram menggeleng, lalu menjawab, "Nggak tahu, Kay. Mungkin ikut, mungkin enggak."