Shasya membenamkan wajahnya pada bantal. Gadis manja itu sangat kecewa dengan sikap sang kakak. Sungguh, gadis itu sangat kesal sebab kakaknya itu tidak tahu mode sama sekali.
Mengapa kakaknya marah saat dia keluar rumah menggunakan celana pendek, yang menurutnya tak terlalu pendek. Hanya sedikit di atas lutut, juga kaus lengan pendek yang menurutnya masih kebesaran.
"Masuk!" Shasya kembali teringat dengan suara Ustadz Azzami begitu tegas dan penuh penekanan.
"Sya, kakak boleh masuk?" tanya Cindy, lantas memasuki kamar adik iparnya tanpa menunggu izin.
Cindy duduk di tepi tempat tidur. Diusapnya kepala Shasya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Shasya dapat merasakan itu. Dada gadis itu bergetar. Ada rasa haru yang memaksa untuk keluar.
Namun, dia tetap diam, berpura-pura tak peduli.
"Sya ... kamu tahu nggak, kenapa kakak kamu tadi marah?" tanya Cindy. Tangannya masih sibuk mengusap kepala adik iparnya.
"Itu karena, kakak kamu sangat sayang padamu," lanjut Cindy.