"Aku mau tahu, dong, cerita saat pesta pernikahan Ustadz," pinta Mira.
"Eh, itu ... anu, Mir ... ng ...." Ustadz Azzami tergagap, tak tahu harus bicara apa.
"Biar aku yang ceritain, Mir!" sela Bram, bersemangat.
Ustadz Azzami menatap Bram dengan mata melebar. Beberapa kali lelaki itu menelan ludah. Haruskah Mira tahu tentang cerita hari pernikahannya? Sementara dia sudah sangat bersyukur saat Mira tidak bisa hadir.
Bukan senang karena Mira sakit, tetapi bahagia sebab wanita itu tak harus menyaksikannya dipermalukan. Jika saja saat itu Mira hadir, sudah pasti rasa malunya berlapis-lapis.
Satu Minggu yang lalu ....
Ustadz Azzami gelisah. Dia berjalan bolak balik di dalam kafe, dari belakang ke depan, dari depan ke belakang, begitu terus sampai Bram dan Kay merasa pusing tujuh keliling.
"Ustadz ... udah, dong, mondar mandirnya. Saya capek liatinnya," keluh Kay sembari bertopang dagu.