"Oh, iya. Bener rumahnya di sini. Kalau boleh tahu, Mbak siapa, dan ada perlu apa, ya?" tanya Murni.
"Saya anaknya."
Murni terperangah. Untuk beberapa saat, waktu seolah berhenti berputar. Bagaimana bisa gadis itu mengaku sebagai anak suaminya?
"Bu, Bapak Kasto ada, kan?" tanya gadis itu lagi, membuyarkan lamunan Murni.
"Oh, iya. Sebentar saya panggilkan, ya," ucap Murni.
"Mau minum apa?" imbuhnya.
Gadis itu tersenyum, lalu dengan halus menolak tawaran Murni, "Nggak usah repot-repot, Bu. Saya nggak bisa lama-lama."
Murni mengangguk, lantas masuk dan memanggil sang suami. Perasaannya saat ini tak dapat digambarkan. Kacau balau. Namun, wanita itu berusaha tetap tenang, dan mencoba berpikir dengan jernih. Dia akan mencari tahu lebih jelas lagi tentang gadis itu sebelum bertindak lebih jauh.
Dihampirinya Kasto yang sedang merebahkan diri di kamar. Dengan suara bergetar, Murni memberitahu tentang tamu yang sedang menunggunya di luar.
"Pak, ada tamu."
