"Mas, ayo ke tempat Bapak!" Laksmana memandang heran Mira. Permintaannya sedikit aneh, menurutnya.
"Sekarang?" tanya Laksmana, memastikan.
Mira memutar bola mata. Dengan malas dia berkata, "Tahun depan!"
"Oh ... masih lama, ya," ucap Laksmana, dan cubitan pun mendarat di pinggangnya.
"Iya ... iya ... ayo berangkat sekarang!" pekik Laksmana sambil menahan sakit di pinggang.
Sepeda motor Laksmana melaju cepat di jalanan, menuju dermaga. Mira telah menyadari, ayahnya begitu kesepian. Walau luka yang lelaki itu torehkan belum sembuh sepenuhnya, namun sisi hati Mira yang lain mengatakan, 'Luka akan sembuh seiring waktu. Tapi, berbakti kepada orang tua harus, selagi masih ada waktu.'
Mira melihat ayahnya sedang duduk sendiri, menatap laut lepas. Rambutnya telah banyak yang memutih. Tubuhnya kurus, bak tulang dibalut dengan kulit. Jarinya menjepit sepuntung rokok yang menyala pada ujungnya, dan asap mengepul di depan wajahnya.