Wajah ayah Kay sontak memucat saat melihat juragan tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Ketakutan tampak jelas tercetak di wajah lelaki itu.
"Ju-juragan," panggilnya, dengan suara terbata.
Anak buah Bram langsung sigap berdiri, menghalangi juragan itu agar tidak merangsek masuk. Sementara ayah Kay membeku di tempatnya, tak dapat bergerak, atau pun berkata-kata.
"Nggak tahu diuntung! Kau dan keluargamu akan hidup sejahtera jika Kay menjadi istriku." Juragan itu terus meracau. Detik berikutnya, segala umpatan dan sumpah serapah meluncur deras dari mulutnya.
Mendengar ribut-ribut di luar, Bram tak mau tinggal diam. Bergegas dia keluar untuk melihat siapa yang telah berbuat onar di rumah calon istrinya. Bu Ayang hendak turut serta, namun makanan di perutnya belum tercerna dengan sempurna. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk diam, dan membiarkan keponakannya menyelesaikan masalah di luar. Sementara Kay hanya bisa mengintip dari kaca jendela dengan perasaan was was.