Gadis itu sontak tersipu malu. Bram benar-benar mengatakan pada Bu Ayang? Batin Kay bertanya-tanya. Berbagai prasangka mulai menari-nari lagi di dalam kepalanya. Prasangka yang terburuk, Kay takut Bu Ayang akan memintanya untuk pulang ke desa.
'Duh! Mati saya kalau sampai disuruh balik ke desa,' gumamnya, dalam hati.
"Pacar? Apa dia gadis yang sesuai dengan persyaratan yang dulu pernah tante berikan?" tanya Bu Ayang lagi.
"Iya, dong. Sesuai dengan syarat. Wanita asli, bukan wanita jadi-jadian, baik, dan bernapas dengan paru-paru," beber Bram dengan senang.
Bu Ayang menatap Bram dengan tajam, lalu beralih kepada Kay yang ketakutan. Keringat dingin bahkan tampak merembes dari pori-pori wajahnya.
'Apa Bu Bos akan marah dan maki-maki saya, ya?' batin Kay, takut.
Tatapan tajam Bu Ayang perlahan berubah menjadi lembut. Dengan senyuman hangat, sang kepala sekolah lalu mengucapkan rasa syukur.
"Alhamdulillah. Akhirnya kamu menemukan cinta, Bram. Tante ikut senang," ucap Bu Ayang.