Mira mengaduk-aduk es doger, sedang pikirannya sibuk berkelana, memikirkan tentang pendidikannya. Setelah hampir satu Minggu di rumah, Mira sudah tidak terlalu berambisi untuk meneruskan pendidikan di pesantren.
Pandangannya telah berubah. Baginya, belajar tak melulu harus di tempat formal. Belajar bisa di mana saja. Dan itu yang akan Mira lakukan. Dia tak lagi memaksakan diri untuk bersekolah. Sebab pada kenyataannya, dirinya sudah menjadi seorang istri.
Tak jauh dari tempat Laksmana dan Mira duduk, Kay memperhatikan mereka dengan perasaan bersalah. Gadis bertubuh mungil itu sudah mengetahui cerita tentang Mira dan Laksmana, mulai dari saat menjadi ketua geng yang suka membuat ulah, hingga kejadian saat dia disekap oleh Bram di kamar belakang rumahnya.
"Kamu lihat apa, Kay?" tanya Bram, mengagetkan.
"Jangan suka muncul tiba-tiba begitu, Bram! Macam siluman aja," gerutu Kay.