Kay tersenyum sangat manis saat telah berhadap-hadapan dengan si bujang lapuk. Demi apa jika bukan demi segepok uang yang dijanjikan oleh Bu Ayang.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Bram, yang dijawab oleh Kay dengan anggukan kepala, kemudian lelaki itu segera mengambil sepeda motor, dan meminta gadis itu untuk duduk di jok belakang.
Bram mengajak Kay makan malam di sebuah restoran yang letaknya cukup tersembunyi dari jalan raya. Restoran itu cukup ramai. Sebagian besar pengunjungnya dari kalangan anak muda.
Mata gadis itu berbinar saat baru masuk ke dalam restoran. Yang pertama dia lihat adalah dindingnya yang dipenuhi dengan lukisan pepohonan, dan kelopak-kelopak bunganya yang seolah-olah beterbangan. Kay duduk di kursi yang terletak di sudut. Tak berapa lama kemudian, seorang pelayan muda datang menghampiri.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Bram, sopan.
"Apa aja boleh," sahut Kay sambil memasang senyum.