"Mira ... aku datang!" teriak Bram di atas sepeda motornya.
Senyum tak pernah lepas dari bibirnya yang tebal. Si bujang lapuk sudah dapat membayangkan rencananya akan sukses. Saking senangnya, Bram bahkan menyapa semua orang yang ada di jalanan dengan senyum lebar, hingga giginya kering.
Saat sampai di rumah yang baru dia beli, orang suruhannya telah menunggu di depan pagar. Lelaki bertumbuh cungkring itu melambai-lambai, memanggil bosnya agar tidak kebablasan.
"Bos ... sini!" serunya.
Cepat-cepat Bram membelokkan stang dan menghampiri si cungkring. Awalnya, si bujang lapuk begitu semringah saat melihat anak buahnya. Namun, begitu melihat kondisi rumah, dia sontak kecewa.
"Ini rumah gue?" tanya Bram dengan tatapan kesal.
"Masa gue tinggal di rumah buluk begini? Lu yang bener aja, Kring!" imbuhnya dengan intonasi yang lebih tinggi.
"Iya, Bos. Cuma ini yang bisa saya dapat, Bos," dalih si cungkring.