"Kenapa gue lupa, ya? Padahal waktu ke tempat si Kasto, dia juga bilang kalau Mira udah nikah," gumam Bram.
"Bang! Hellooow!" Tika menjentikkan jarinya di depan wajah si bujang lapuk. Bram pun tersadar dari lamunannya, lalu beranjak pergi dari rumah Tika.
Laki-laki itu berhenti di pos ronda, tempat yang dulu menjadi tempat nongkrong Mira dan teman-temannya. Di tempat itu, Bram kembali merenung, dan meratapi nasibnya yang selalu sial, menurutnya.
"Kenapa gue sampe lupa, ya. Kasto juga bilang kalau Mira udah nikah. Ngapain gue masih nanya-nanya ke yang lain? Goblok banget gue!" umpat Bram, mengutuk diri sendiri dan kebodohannya.
Bram benar-benar gila oleh cinta Mira. Di pos ronda, laki-laki itu termenung sangat lama. Pikirannya mengembara ke mana-mana.
Hingga tengah hari, Bram masih saja bengong di pos ronda. Bu Ayang yang kebetulan melintas di tempat itu, menepikan mobilnya dan menghampiri sang keponakan yang wajahnya tampak memprihatinkan.