Ais tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Mira. Bagaimana bisa dia mengaku-ngaku telah menikah dengan pemuda tampan itu? Seketika, acara perpisahan yang seharusnya meriah, terasa begitu sepi bagi Ais.
Kecewa? Tentu saja Ais kecewa. Pikirnya, apa dia akan menyimpan rahasia Mira untuk dirinya sendiri, atau membeberkan saja pada semua penghuni pesantren agar Mira dikeluarkan.
"Kamu ngapain di sini? Aku cari-cari dari tadi, Is." Lina datang dan membuyarkan lamunan Ais.
Ais bergeming. Wajahnya tampak lesu, tak bergairah. Apakah dia harus mengatakan pada sahabatnya itu tentang Laksmana? Gadis itu merasa bingung menentukan sikap.
"Kamu sakit?" Melihat Ais diam saja dengan wajah lesu, Lina menyentuh dahinya.
"Nggak panas, kok," sambung Lina.
Hingga acara perpisahan selesai, Ais dan Lina tak beranjak sedikit pun dari tempatnya duduk. Mereka hanya mengamati acara itu dari taman, melihat mereka yang berada di kursi-kursi depan panggung yang tampak bahagia.
