Mira tetap mencoba berbaik sangka, tapi akan tetap selalu waspada dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Apa pun yang akan Ais lakukan terhadapnya, Mira tidak akan menghindar.
'Gue nggak takut. Gue mantan ketua geng!' batin Mira, menyemangati diri sendiri.
Saat makan malam, Mira menemui Ais sesuai permintaan. Berdua, mereka duduk di taman depan kantin. Mira melihat sikap senior itu benar-benar berbeda. Walau penasaran, Mira tetap diam dan menunggu sang senior mengungkapkan maksudnya yang sebenarnya.
"Rumah kamu di mana, Mir?" tanya Ais. basa basi.
"Aku nggak punya rumah, Kak," jawab Mira.
Kening Ais berkerut mendengar jawaban dari Mira. Tak punya rumah, lantas tinggal di mana? Pertanyaan mengusik pikiran Ais, namun ditepisnya untuk mencaritahu lebih dalam. Dia tak butuh informasi mengenai kehidupan Mira, melainkan pria tampan yang mengantarnya ke pesantren tempo hari.
"Owh ... maaf, ya." Hanya itu yang terucap dari bibirnya.
