Bu Ayang mengantar Mira ke rumah Laksmana. Tante Mae bahagia tak terkira saat melihat Mira berada di hadapannya. Dipeluknya sang calon menantu dengan erat dan deraian air mata.
"Kamu nggak apa-apa, Mira?" tanya Tante Mae.
Mira menggeleng pelan. Semua yang ada di ruang tamu itu terharu. Tika yang paling baper melihat pemandangan yang mengharu biru. Bahunya berguncang, tangisnya begitu kencang, air matanya berlinang.
"Mari silakan duduk, Bu," ucap Tante Mae, mempersilakan Bu Ayang.
Permintaan maaf terlontar dari mulut sang kepala sekolah berkali-kali atas tindakan keponakannya yang kurang ajar. Bu Ayang sangat menyesalkan hal itu.
"Sekali lagi, maafkan keponakan saya, Mir, Laksmana, Tika, dan Bu Mae. Saya sungguh sangat menyesal," ucap Bu Ayang, lirih.
Air mata sang kepala sekolah mulai menitik, meleleh di kedua pipi, dan bercampur dengan cairan hidung yang tak dapat dibendung. Wajahnya menyiratkan penyesalan yang mendalam. Padahal, bukan dirinya yang melakukan kesalahan.