"Untung anak buah gue tahu kalau emak sama wanita itu pergi, dan kamu sendirian di rumah. Ha ha." Bram tertawa puas, sedangkan Mira menatap penuh benci laki-laki di sampingnya.
Tangan Mira bergerak-gerak, mencoba melepas ikatan di saat Bram sibuk mengagumi sendiri keberhasilan rencananya. Namun tetap saja, gadis itu tak berhasil.
Geram, putus asa, takut, semua bercampur aduk. Mira tak tahu akan bagaimana nasibnya nanti. Hatinya terus berdoa dan berzikir. Hanya itu yang yang dapat dilakukan. Dia pasrah. Jika memang sesuatu yang buruk harus terjadi, anggap saja itu sebagai penebus dosanya di masa lalu, pikirnya.
Mobil hitam mulai memasuki area Kampung Rawa-Rawa. Lajunya semakin pelan ketika memasuki gang yang menuju ke rumah si bujang lapuk.
Mira menatap ke luar jendela mobil, berharap melihat Laksmana yang sedang pulang untuk menjemput ibunya.