'Kenapa juga selalu dapat kursi hadap-hadapan sama dia, sih? Gue curiga, semua orang udah sekongkol!' batin Mira, suudzon.
Rasa malu Mira semakin menjadi setiap kali tatapannya beradu dengan pemuda di hadapannya. Sedangkan Laksmana memilih pura-pura lupa dengan kejadian semalam.
"Mak, Budhe, Pakdhe, habis sarapan saya mau pinjam Mira boleh? Ada perlu di kampus. Dari pada Mira bete di hari Minggu, mending ikut saya aja. Ya, kan?" ujar Laksmana.
Mira menatap pemuda itu dengan mata melebar. Ke kampus untuk apa? Pikirnya.
Tentu saja sang ibu dan keluarga yang lain mengizinkan. Secara Laksmana adalah menantu idaman mereka.
Mira hendak menolak, tapi semua orang di rumah itu mendukung Laksmana. Dia bisa apa? Terpaksa, gadis itu pun mengikuti saja ke mana sang tunangan membawanya.