"Seseorang hendak membunuhku, dia mau menggorok leherku?" Lirih nya dengan suara serak, berbarengan dengan luapan tangisnya yang keras.
"Tidak ada, semuanya baik baik saja, hanya aku disini dengan ku tidak akan ada siapapun yang menyakiti kamu ok!" Bujuk pria tersebut.
Dia lantas melepaskan pelukannya, menyeka air mata, lantas bertatapan berbagi netra yang teramat pekat.
"Papi dan mami pergi tanpa pamitan, Ningtam tiba tiba mondok di pesantren, Tin yang kemaren menginap di kamar sebelah tiba tiba menghilang juga, aku di tinggal sendirian di rumah ini, sementara suami ku jam segini baru saja kembali, apa kau memiliki hati hah?" Tegasnya, nada yang semula ketakutan kini ngegas nyaris gak ada remnya.
"Maafin aku Tan, kamu seharusnya tau sendiri urusan kantor itu bagaimana sekarang, kerjaan menumpuk, please mengerti kamu seorang CEO kamu seharusnya ngerti urusan pekerjaan bagaimana sibuk nya aku dan kamu" jelasnya.