Chereads / Kill My Beloved Wife / Chapter 20 - Rasa yang gagal.

Chapter 20 - Rasa yang gagal.

"Amber nona ini ingin bertemu dengan Gavin?" Ucap sang penjaga dengan wajah menunduk di hadapan wanita tersebut.

"Iya, buk, saya Tanisha, saya dari kota sengaja kesini ingin bertemu dengan Gavin? Apa ibuk tau di mana dia sekarang?" Tanya nona Dhanda kemudian dengan sedikit ragu ragu.

"Pergilah pak, saya akan bicara dengan nya" titah wanita paruh baya tersebut, pria itupun mengangguk dan segera pamit.

"Mau apa dengan Gavin nak?" Tanya wanita itu kemudian, sang nona memberanikan diri untuk mendekat dan menyalami nya dengan sopan.

"Saya Tanisha, Tanisha Dhanda, saya putri tunggal keluarga Dhanda, saya pewaris sah dari keluarga Dhanda, saya CEO Dhanda Development, Dravinda Corp adalah bagian dari perusahaan saya kami memiliki kerjasama bisnis yang cukup kuat, tujuan saya kesini saya hanya ingin mencari Gavin, yang dulu bertunangan dengan putri ibu Asih, dia pemilik bungalow ini, bisa ibuk tunjukkan di mana dia sekarang? Dia ada disini atau di kota?" Ungkapnya dengan tegas, sang ibuk pun termangu sesaat.

"Untuk apa kamu ingin bertemu dengan Gavin?"

"Ibuk tau soal kematian Putri ibu Asih? Asisten saya yang sudah menabrak nya hingga meninggal, saya kesini untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, saya ingin meminta maaf pada tunangan gadis itu, Gavin"

Tegas sang nona yang mulai berani menatap mata wanita paruh baya tersebut.

"Ayo saya tunjukkan di mana Gavin sekarang" ucap nya, sembari menarik tangan sang nona membawanya duduk di depan sebuah laptop yang memperlihatkan beberapa artikel mengenai sebuah kecelakaan pesawat pada bulan lalu, yang telah menewaskan seluruh penumpang nya, tanpa bersisa.

"Sepertinya kamu belum mengetahui tentang hal ini?" Ucap wanita tersebut, sang nona pun mengerinyit bingung.

"Maksud nya apa? Apa hubungannya Gavin dengan kecelakaan pesawat ini? Saya juga sudah tau beritanya ngapain di sodorin lagi?" Ocehnya dengan dahi yang berkerut.

"Lihat data penumpang nya" wanita paruh baya itupun mengarah kan mata sang nona untuk membuka data dari korban kecelakaan pesawat tersebut.

Mata bulat indahnya sang nona Dhanda seketika membelalak sempurna bersama mulutnya yang terbuka lebar nyaris seperti O besar, tak kala mendapati nama pria yang tengah di carinya ada pada daftar para korban jatuhnya pesawat tersebut.

"Tidak ini tidak mungkin" teriaknya kemudian.

"Ini nyata dan Gavin sudah tiada nak, dia sudah kembali bersatu dengan putri ibu Asih di sana"

"Hiks.. tidak itu berita pasti bohong, hiks.." sang nona tersungkur di lantai, terisak isak meratapi diri serta penyesalan besarnya. Wanita paruh baya itupun mengharu lantas memegang lembut tengkuk nya sang nona.

"Ini cukup berat tapi ini kenyataan nya nak, dia sudah tiada bersatu kembali bersama calon istri nya disana"

"Tidak... Hiks.. apa ini Tuhan? Apa yang harus aku lakukan sekarang" raungan sang nona beradu dengan isak tangisnya yang semakin menggebu-gebu.

"Apa hubungannya kamu dengan Gavin nak? Kenapa sampai terpukul seperti ini?"

"Saya menghabiskan seluruh hidup saya, menolak jutaan pria di luar sana hanya demi menanti dirinya, selama ini saya berusaha mencari nya tapi baru ketemu alamat ini sekarang, dan cobaan apalagi ini? Dia sudah mati begitu saja hah? Tidak..." Pekik sang nona semakin menjadi hingga seluruh pandangan itu kabur lalu menggelap dan akhirnya tergolek lemas di lantai, Tanisha akhirnya jatuh pingsan.

*

Ketika Mata kebiruan yang begitu indah itu terbuka Tanisha sontak tersentak, langsung terjingkat nyaris akan melompat dari ranjang kayu klasik yang cukup mewah dan mengesankan, namun pinggang nya keburu di lingkari oleh lengan kokoh yang akan mencegahnya untuk beranjak dari ranjang tersebut.

"Eits tenang dulu, tarik nafas, lepaskan pelan pelan, ok!" Oceh seseorang tersebut. Sang nona yang baru saja sadar kaget masih syok itu hanya mengikut saja, ketika nafasnya di rasa sudah aman, mata itu kemudian terbuka lebar selebar lebarnya nya, melotot tajam pada sosok yang kini duduk persis di ranjang itu menghadap dirinya dengan tangan yang masih melingkar pada pinggang ramping nya.

"Hah? Kau, sialan? Lepaskan aku, kenapa kau ada disini? Terkutuk, ihh jangan sentuh aku?" Teriakan dan ronta nya yang menggebu gebu kuat.

"Harusnya aku yang nanya, kau ngapain disini? Kau mencari ku hm? Kau kangen aku, tinggal telepon saja apa susah nya, maka aku yang akan datang ke rumahmu hm?" Oceh pria tersebut dengan rasa percaya dirinya dan senyum nya yang menawan.

Namun sang nona malah bergidik ngeri dengan tatapan dan wajah tampannya itu.

"Kau gila? Tidak Sudi, pria Anjing, enyah kau dari hadapan ku, aku membencimu, kenapa selalu ada dirimu di mana mana, kapan hidupku akan tenang tanpa bayang bayang mu hah?" Teriak nya dengan semangat.

Pria itu semakin terkekeh gak karuan, lantas mencubit manja hidung mancung milik sang nona.

"Kau sadar? Kau telah mengungkapkan perasaan mu padaku barusan itu, jadi kau melihat ku ada di mana mana hah? Apa kepalamu hanya di penuhi oleh ku?" Goda pria itu lagi. Dia malah semakin melingkari kedua lengan kokoh nya dengan kuat pada pinggang langsing itu dan menyandar kan tubuhnya di dada sang nona

"Hei apa yang kau lakukan ini? Dasar gila, let me go" ronta gadis tersebut, namun entah perasaan apa tiba tiba jantung sang nona berdetak lebih kencang, berdegup tak karuan, rasa aneh itu seperti menerkam nya secara tiba-tiba dan menggelayangi seluruh tubuhnya.

"Lepaskan..." Teriaknya lagi bersamaan dengan wajah yang sudah memerah.

Pria itu pun melepaskan pelukannya, lalu tersenyum seringai kembali menatap sang nona.

"Sedang apa kau di sini hah?" Tanya gadis itu dengan ketus.

"Seharusnya aku yang nanya, ini tempat ku, aku sedang mengurusi proyek ku disini"

"Kau bohong, kau mengikuti ku?"

"Haha.. terlalu percaya diri, jangan mengelak, wajah polosmu hari ini membuat ku rasanya bukan berhadapan dengan Tan yang terhormat tapi entahlah, kau rasanya terlihat sangat berbeda, tapi aku tetap suka sih" oceh pria tersebut sambil tersenyum manis.

Sang nona semakin merona saja, mendadak kikuk dan salah tingkah.

"Bukan urusan mu" ketusnya sembari memalingkan wajahnya.

"Ini lah Tan yang sesungguhnya, polos, lugu, ceria, tidak sombong, ramah, lembut penuh kasih sayang, aku sih liat itu dari wajah mu sekarang, dandanan apa ini nona Tanisha yang terhormat, kau kenakan gaun murahan, tapi tetap cantik sih?"

"Jaga mulutmu ini bukan gaun murahan, kau sok tau, aku tetap nona Dhanda yang terhormat, hanya saja aku mengganti sedikit dandanan ku disini, dan itu semua bukan urusan mu" ketus nya.

"Owh jelas sekarang jadi urusan ku, kau tiba tiba pingsan di bungalow ku, dan Pertanyaan nya tetap sama hendak mengapa anda kesini nona Dhanda yang manis tapi jutek hm?"

"Sudah ku bilang bukan urusan mu, keluar kau dari sini, aku masih mau istirahat" ucapan ketusnya di barengin dengan wajah lugu yang semakin merona bak Kepiting Rebus.

"Baiklah aku akan keluar, walaupun aku sadar ini semua milikku, ini kamar ku, tapi demi kamu biarkan aku rela, ambil lah semua milikku, untuk mu tidak ada kata tidak kan?" Oceh pria tersebut, lantas dia berdiri membenarkan kemejanya lalu melangkah secara perlahan.

"Tunggu Vin??" Cegah sang nona, pria itu tersenyum manis lantas berbalik badan dengan segera.

"What? Mau jujur kalau sebenarnya kau kesini mencari ku?"

"Heh? Muak banget dengan sikap percaya diri mu yang terlalu itu" gumam nya dalam mata yang menggerutuk kesal

"Apa?" Sahut pria itu lagi.

"Gak ada, lupakan saja" Jawabnya lalu menunduk kan kepala dan berpaling, pria itu hanya tersenyum seringai lantas kembali menerus kan ayunan kakinya untuk segera keluar dari kamar tersebut.