Chereads / Kill My Beloved Wife / Chapter 18 - Ketulusan yang tersembunyi pada diri nona Dhanda.

Chapter 18 - Ketulusan yang tersembunyi pada diri nona Dhanda.

Tuan muda Dravinda tersenyum miring setelah mendapati sebuah pesan singkat lewat ponselnya, entah itu pesan dari siapa yang jelas terlihat senyumannya itu cukup licik penuh arti serta tatapan yang menajam seperti silet siap menyayat mangsa nya.

"Baiklah mari let's go, kita refreshing hm?" Ucapnya kemudian.

Dia meninggal kan pesan pada asisten kesayangan nya sebelum keluar dari gedung kantor nya yang sudah seperti  bangunan pencakar langit saja, sangat luas, besar dan bertingkat tingkat serta menjulang tinggi.

"Tujuanku semakin dekat Asha, kau pasti bahagia kan aku mau menjenguk mu, tenanglah sebentar lagi kita ketemu" batinnya seraya mengendarai mobil mewahnya dalam kecepatan penuh.

*

Sementara nona Tanisha yang terhormat telah sampai pada sebuah tempat yang cukup sangat asing baginya, tempat yang belum pernah ia jejaki sekalipun.

Sebuah pedesaan yang tergeletak di pinggiran pantai, sebenarnya jika memandang dari view yang ada itu cukup menakjubkan, pemandangan alami milik alam ciptaan sang mahapasti, hamparan lautan biru jernih, pantai yang bersih, pasir nya yang putih mengkristal, menyemangati mata, serta membuai angan bersama deburan ombak dan kesejukan anginnya.

Rumah para warganya juga terbilang cukup sederhana kebanyakan terbuat dari kayu, meski begitu bentuk dan design nya cukup unik, cukup nyaman untuk di tempati dan di pandang mata, kebersihan nya cukup terjaga, lebih terkesan seperti homestay namun itu rumah pribadi, beranda nya cukup luas di berdecorasi dengan bunga bunga segar, sedikit senyuman bisa melengkung di bibir sang nona kala mendapati tempat unik dan menyejukkan mata seperti ini.

Namun di samping itu, agak sedikit ada kecanggungan yang mana fasilitas seperti yang dia inginkan itu sangat lah minim disini, maklum dia songong manja dan terbiasa dengan segala bentuk kemewahan dunia, sampai di tempat seperti itu cukup membuat nya sedikit merasa syok.

"Not Bad" Gumamnya sambil tersenyum lantas melangkah.

Bayangkan dia hanya membawa sehelai pakaian yang melekat sangat sempurna pada tubuhnya saat ini, serta clutch kecil tentengannya, tidak berbekal apapun selain sumpah tekad kuatnya, padahal dirinya hendak menginap cukup lebih dari sehari.

Bagaimana nanti jadinya? Seorang nona songong tidak biasanya tidak serempong ini, sedangkan menginap sehari di desa Pare saja rempong nya setengah mati membawa bejibun bekal, mulai dari hiasan solek nya, pakaian nya, selimut nya, baju hangat nya, dan peralatan lainnya bahkan bantal sekalipun dia membawa sendiri milik nya dari rumah, tidak mau menggunakan sembarangan milik orang lain. Apa bisa sang nona berkecimpung dengan outfit murahan selama disini?

Ini cukup menantang seorang nona sombong dan angkuh seperti Tanisha Dhanda, Desa yang cukup jauh dari perkotaan, jangankan toko branded penjual sayur pun datang nya hanya sekali seminggu, waduh duh?

"Desamu sesuai dengan namamu Rindu, aku takjub" ucapnya sambil tersenyum.

Dia melangkah dengan pasti ke arah sebuah rumah kayu berwarna kecoklatan di hiasi dengan Mawar berwarna warni, cukup menarik.

Dengan sikap sopan dan ramah nya yang mencuak ke permukaan terbilang lain dari biasanya, dia mengucapkan salam lalu mengetuk pintu dari rumah sederhana tersebut.

Senyuman nya langsung merekah seorang wanita paruh baya, berdaster biru muda, bermata sendu, berparas sangat lembut, keluar dari gubuk tersebut.

"Siapa yah nak?" Tanya wanita tersebut.

"Saya Tanisha Bu, saya dari kota, saya kesini tujuannya ingin mengunjungi ibu!" Jawabnya dengan nada lembut serta senyuman yang ramah.

Si ibu pun mempersilahkan sang nona untuk masuk, bola mata yang  indah itupun tak tinggal diam ketika memasuki rumah tersebut, dia berkeliling di sepanjang ruang tamu nya yang hanya beberapa meter persegi namun sangat bersih terawat dan semua perabotan nya tertata dengan sangat rapi, namun bukan itu yang membuat sang nona berwajah sendu tapi deretan potret potret seorang gadis cantik yang terbingkai indah pada dinding dan juga meja yang ada di ruang tamu rumah itu.

"Silahkan duduk dulu nak, ibu buatin kamu minum dulu" ucap wanita paruh baya tersebut.

Tanisha melangkah ke arah sebuah meja mengambil pigura photo seorang wanita cantik yang tersenyum indah di dalam nya tergeletak dengan sangat manis nya di meja itu.

"Kamu cantik banget Rindu, maafin aku Rindu" ucap nya kemudian lalu memeluk pigura tersebut, sang ibu pun mengkerut kan dahinya.

"Kau memanggilnya Rindu nak?"

"Iya dia Rindu, dia gadis terbaik dan sangat tulus, dia putri ibu kan?" Sang nona pun menitikkan air matanya.

"Dia sudah tiada nak?" Lirih sang ibu lalu mengusap lembut punggung Tanisha.

Gadis itu pun menggenggam tangan kasar nya wanita setengah abad tersebut.

"Karna itu saya ada disini Bu, ini sudah begitu lama, sayangnya saya  baru sekarang mendapatkan kabar tentang keberadaan ibu, maafkan atas kesalahan di masa itu Bu, asisten saya yang telah menabrak putri ibu, dia sekarang sudah mendekam di penjara, ibu masih ingat kan?"

"Kejadian nya sudah begitu lama nak, kenapa kamu masih belum melupakan nya? Kamu putrinya tuan Dhanda kan? Yang melimpah kan kesalahan asisten mu kepada dirimu sendiri waktu itu?"

"Yah saya gadis itu, saya Tanisha Dhanda, Rud adalah asisten saya" jawab sang nona sembari berurai air mata.

"Sudahlah untuk apa kamu minta maaf atas kesalahan yang tidak kamu lakukan, jika pun benar pengakuan kamu kala itu, ibu tidak benci ataupun menaruh dendam sama kamu nak, karna ibu tau semua sudah kehendak takdir, hanya saja cara Tuhan memanggil dia dari ibu itu lewat kesalahan kalian, sudahlah kamu jangan di hantui rasa bersalah begini, sampai jauh jauh datang kesini hanya untuk meminta maaf dari kesalahan yang sudah berlalu, ibu sudah mengubur nya nak bersama Rindu, gadis yang kau panggil Rindu sudah bahagia di pangkuan nya nak" ucap wanita tua tersebut sembari menghapus air mata sang nona.

"Pantas Rindu begitu mulia, dia di besarkan oleh seorang ibu berhati malaikat seperti ini" sang nona pun berhamburan memeluk wanita setengah abad yang terlihat lusuh tersebut, sang nona tidak canggung sama sekali untuk menyatukan wangi tubuhnya bersama aroma peluh lelah nya sang ibu.

"Sudah lah nak, dendam dan kemarahan juga tidak akan mengembalikan putri ibu kembali" mereka pun merenggangkan pelukannya, sang nona pun menatap wanita tua itu dengan butiran bening yang memenuhi seluruh bola mata indahnya.

"Jadikanlah saya putri ibu, meski tidak mungkin saya bisa menggantikan Rindu di hati ibu, tapi setidaknya ibu jangan merasa kesepian lagi, ibu kembali punya putri yaitu saya" lirih nya.

"Hati kamu tulus nak, tuan Dhanda sangat beruntung punya putri secantik dan semanis ini, kau putriku sekarang, bukan pengganti Rindu tapi adiknya Rindu" sang ibu pun tersenyum sambil membelai rambut indah terawatnya sang nona.

"Panggil saya Tan, semua orang yang sayang pada saya memanggil saya begitu tidak terkecuali ibu juga harus" ocehnya dan kembali memeluk sang ibu.