Arkandra membelalak sempurna tak kalah lengannya di pegang erat oleh telapak tangan besar dan sangat kasar nya, pria yang sangat menyeramkan bertubuh tinggi besar dan berambut gondrong, rentang usia yang tak jauh beda darinya.
"Sedang apa kau disini berandal kurang ajar lepaskan tanganku? Jangan sentuh tangan ku dengan tangan mu yang kotor itu" bentak sang nyonya.
"Hehe... sudah lama kita tidak berjumpa Arkandra, kau sudah kaya raya sekarang, hidup mu semakin sempurna saja, tapi kau melupakan jasaku haha..." Oceh pria itu dengan nada lambat berirama ke angkuhan, lalu membanting kasar tangan nyonya Dhanda.
Pekikan halus terdengar dari bibir seksi wanita matang bertubuh sintal yang masih terlihat sangat muda tersebut, sangat berbanding terbalik dengan umurnya yang hendak menjelang setengah abad.
Arkandra memang sangat pandai merawat badan, bagaimana tidak dahulunya dia adalah seorang Ratu, Ratu di kalangan para pria pria hidung belang, Ratu rumah bordil, namun terdampar pada cinta butanya Abrar Dhanda yang kala itu depresi akibat kematian istri.
Keberuntungan memang sangat berpihak pada wanita ini kehinaan nya berubah menjadi kehormatan setelah derajat nya di angkat tinggi oleh seorang tuan Abrar Dhanda yang dalam sekejap tergila gila padanya.
Satu hal yang menyakitkan sebagai bentuk hukuman dari dosanya selama ini karna telah melakukan hal yang tabu, Arkandra di vonis dokter sebagai wanita mandul tidak bisa memiliki keturunan, namun Abrar Dhanda tidak peduli hal itu, pria itu terlanjur terpikat sangat jauh padanya.
Selain itu Abrar sudah memiliki seorang putri yang tak tergantikan yang ternyata semenjak kematian sang istri, putri yang dulunya berbelas kasih, lemah lembut kini berubah menjadi wanita sombong angkuh dan kadang suka melakukan penindasan terhadap orang lain.
Sadar betul itu bentuk keputusasaan nya terhadap takdir, dia tidak menerima takdirnya dengan ikhlas setelah tumor otak yang di derita sang ibu berhasil merenggut wanita yang paling berharga tersebut dari dalam hidupnya bahkan dia meninggal di pelukan nya, pantas saja putri itu depresi dan lebih memilih jalan yang mengingkari prinsip sang ibu.
"Apa mau mu?" Ketus Arkandra kemudian.
"Tidak banyak hanya satu milyar rupiah saja" jawab pria itu sambil tersenyum seringai.
"Kau hendak memerasku lagi?"
"Tidak hanya jika sebuah kebenaran terungkap mungkin kau akan mendekam di balik jeruji besi, namun pasti putri tirimu akan menyayangi mu setulus hati sebagai balasannya, kau pilih yang mana? Kasih sayang putri sambung mu? Atau panas dan pengap nya dinding penjara hm?" Oceh pria itu, senyum licik tak lepas dari bibir tebalnya yang menghitam, sangat jelas dia adalah pria yang di perbudak oleh Rokok.
"Dasar kau memang berandal yang tidak tau diri" ketus sang nyonya lagi lewat raut judesnya.
"Setuju satu milyar hm?" Ucap pria itu lagi, tatapan bak elang nya membuat Arkandra sangat jijik untuk lebih berlama lama berhadapan dengan nya.
"Ok, segera aku transfer" tegasnya kemudian.
"Nah gitu, hm baru Arkandra yang terhormat haha..." pria itu kemudian berlalu, menyisakan sang nyonya yang menggerutuk geram bersamaan dengan bola mata yang nyaris keluar dari kelopak nya.
Rupanya nyonya Arkandra memiliki sebuah rahasia besar yang kini berada dalam genggaman pria sangar itu, membuat nya sampai tidak berkutik, bahkan sepertinya satu milyar rasanya nominal yang rendah untuk menutupi partikelir nya tersebut.
Setelah menghela nafas dengan kasarnya, dia kembali melanjutkan langkahnya untuk memborong isi mall tempat nya berada saat ini.
*
Pare wanita matang berparas tegas yang suka mengenakan pakaian ketat itu datang menjumpai Nona Dhanda di kantor nya.
"Kau berhasil Pare?" Tanya sang nona dengan wajah seriusnya.
"Yah sekian lama akhirnya aku menemukan di mana kekasihnya Rindu berada, dia tinggal tidak jauh dari rumah kedua orang tuanya Rindu, selain menemukan pria itu kau juga bisa mengunjungi ibunya Rindu, dia merupakan single mother suaminya telah pergi meninggalkan dirinya, beberapa tahun lalu, sekarang wanita itu hidup sebatang kara semenjak kepergian putrinya" jelas Pare.
"Kasihan ibunya Rindu Pare, semua gara gara aku Pare hiks..." Tanisha pun kini terisak-isak di dada Pare yang merupakan wanita yang paling di percayai nya. Mantan sekretaris sang ayah yang sekarang bertugas untuk menjaga dirinya, meski seorang perempuan, Pare adalah wanita yang tangguh sangat ahli bela diri.
Perasaan Tanisha juga khusus terhadap nya sudah seperti kakak nya sendiri, yang menjaga dan melindungi dirinya.
"Sudahlah takdir, semua bukan salah mu, ayo kita pergi kesana, akan ku antar kau hm" nasehat Pare seraya membelai rambut kecoklatan nya sang nona.
"Tidak Pare aku pergi sendiri, aku mau privasi dengan ibunya Rindu, aku mau bicara dengan hati padanya"
"Kau yakin?"
"Iya Pare" sang nona kembali merangkul lehernya pare dan menenggelamkan wajah di pundaknya.
*
"Rud, kau tidak tersiksa di sini kan Rud? Berapa lama lagi kau akan mendekam dengan kesalahan yang tidak kau lakukan?" Ucap sang nona kepada seorang pria berseragam hijau mereka di tengahi oleh meja persegi, Pare terlihat serius di samping nona Dhanda saat ini.
"Tidak nona, kau adalah prioritas ku, aku ikhlas menjalani hukuman ini, yang terpenting kau baik baik saja ok!" Jawab pria tersebut.
pria yang bernama asli Ruzain Rafidan memiliki lesung pipi dia sangat manis dan pemilik gurat ramah, rasanya untuk melakukan sebuah kejahatan dari gurat nya yang tampan itu sangat lah tidak mungkin, tidak mencerminkan kejahatan sama sekali justru dia terlihat penuh kasih dan hangat.
"Aku akan membebaskan mu dari sini Rud, secepat nya, aku janji Rud" ucap sang nona kemudian bersamaan dengan wajah sendu nya.
"Berjanji lah jangan pernah akui apapun jangan buat perjuangan ku selama ini menjadi sia sia, ingat itu nona" tegas Rud.
Sang nona mengangguk pilu, lantas menatap Pare yang kini masih berdiam di samping nya.
"Pare ayo kita pergi" Oceh sang nona kemudian.
"Jaga dirimu Rud, kami akan melakukan yang terbaik untuk membebaskan mu dari sini, jangan berfikir macam macam ok!" Tegas Pare. Rud tersenyum sambil mengangguk. Tanisha pun berhamburan memeluk pria tersebut di balas hangat oleh Rud sambil mengusap punggung nya.
"Is okay, aku pasti baik baik saja setelah kunjungan mu ini hm" Rud memegang puncak kepala sang nona.
"Pamit ya Rud" gumam manjanya, Rud pun mengangguk, senyum indah tak lepas dari lengkungan bibir nya.
Sang nona tampak lain disini, dia terlihat begitu akrab dengan para pelindung nya, tidak songong sama sekali justru lembut bahkan condong manja dengan mereka semua, sikap apa sih sebenarnya yang ada pada diri nona Dhanda ini?