Bulan! Apa ada makhluk yang tinggal di sana? Bagaimana mereka hidup? Apa yang mereka makan di sana? Apa Alien bisa disebut Hantu?!
Tulis Marisa dalam catatan kecilnya. Dia pun menutup catatan kecil itu, melihat semua rekan kerja pada sibuk berlalu lalang sedangkan dia hanya duduk dan mulai fokus pada layar komputernya saja. Namun pikirannya tetap saja memikirkan pria yang aneh itu.
"Hiks! Sial! Kenapa aku masih memikirkan pria itu, bagiamana dia bisa makan tidak? Kemana perginya dia?" batin Marisa bertanya-tanya dan masih tak mempercayai hal yang mustahil itu.
Tiba-tiba rekan kerjanya yang ada di sebelahnya pun mengejutkannya, dengan menepuk pundaknya dengan keras membuat Marisa kesakitan.
"Plak!"
"Awh. Sial!
"He... Kau. Bilang aku sial! Dasar teman jahat!." Lala cemberut kesal dengan Marisa yang mengatainya sial.
"Maaf aku sungguh kaget, bukan mengataimu. Jadi jangan berpikir seperti itu. Mana ada aku mengataimu Lala." Marisa langsung menjelaskan sambil tersenyum melihatnya.
"Barusan kau sendiri yang mengatakannya." Lala mengernyitkan bibirnya.
"Ah. Kau ini selalu saja mudah kesal. Nanti kau darah tinggi loh!" Marisa meledek Lala yang sedang mengambek padanya.
"Hiks menyebalkan sekali kau ini," Lala menepak lengan Marisa. "Plak!."
"Awh. Sakit!" Marisa membalasnya dengan memukul lengannya juga. "Plak..." Mereka pun bercanda gurau.
Pak Roy yang baru keluar dari dalam ruangannya pun langsung menegur mereka. Membuat Marisa menghentikannya saat Pak Roy menegur mereka.
"Kalian bukannya bekerja malah main-main seperti itu! Tugas bagaimana? Sudah selesai memangnya?" bentak Pak Roy merasa kesal sekali dengan kelakuan karyawannya.
"Belum Pak." Mereka dengan serentak pun kembali fokus pada layar komputernya.
"Ini untuk semua ya. Siapa yang berani bercanda saat bekerja, aku akan memotong gaji kalian tanpa basa-basi! Jangan kalian pikir kalian bisa bekerja seenaknya!" Bentak pak Roy kepada semua karyawannya membuat mereka yang tadinya gaduh langsung duduk di tempatnya masing-masing.
Setelah itu pak Roy pun pergi meninggalkan kantor, melihat Bos mereka yang sudah pergi para karyawan itu pun menyalahkan Marissa dan Lala yang suka bercanda dalam menjalankan pekerjaan.
"Kalian untuk apa sih bercanda seperti itu kayak anak kecil saja...
"Tahu bukannya kerja malah bercanda terus. Memangnya pekerjaan kalian sudah selesai...
"Gara-gara kalian kan kita jadi diomeli kayak gini, pikirlah jangan kerjanya bercanda saja, lakukan pekerjaan dengan baik. Memangnya kau mau kalau gaji kita semua ini dipotong oleh pak Roy," omel salah satu senior yang berambut panjang memakai kacamata wajahnya begitu judes sekali bernama Bela.
Lala dan Marissa pun hanya terdiam tidak melawan perkataan dari para senior yang mengomeli mereka, tahu kalau mereka salah karena telah bercanda di saat jam bekerja.
***
Dua bulan kemudian.....
Pagi hari Marisa sangat sibuk sekali dia habis membersihkan kamarnya setelah selesai berpakaian rapi untuk bekerja. Setelah itu dia keluar dari kamarnya lalu mengambil makanan kucing di dalam bok untuk diberikan kepada Bulan di tempat makan yang sudah disediakan.
"Bulan kau jaga diri baik-baik di rumah ya, Kakak akan pergi bekerja untuk mencari uang dan membeli makananmu yang semakin hari semakin mahal, maka itu kau makanlah yang banyak dan tetap sehat," ucap Marisa sebelum pergi berangkat bekerja.
Selesai dengan semua tugasnya. Marisa pun memakai sepatu lalu dia berdiri dan bersiap keluar dari kamar kosnya. Sebelum menutup pintunya lagi, dia pun melambaikan tangan ke arah bulan yang seolah ingin mengantarnya pergi.
"Bulan dadah sampai ketemu nanti malam," ucap Marisa lalu menutup kembali pintu kamar kosnya.
Marisa pun menuruni tangga dengan senyum di bibirnya yang sumringah bersemangat sekali. Hari ini merupakan hari gajian, membuat dia sudah tidak sabar untuk menikmati gajinya itu.
"Yes! Hari ini gajian, aku akan makan enak malam ini, sudah begitu besoknya libur. Wah pas banget. Pokoknya aku mau menikmati hari liburku dengan nonton drama seharian," ucap Marisa menghibur dirinya sendiri lalu berjalan untuk keluar dari kosnya.
Saat membuka gerbang dia terkejut melihat pria aneh itu dengan tampilan yang luar biasa tampan, memakai setelan jas berwarna abu-abu dengan dasi yang serasi berdiri di samping mobil lalu melambaikan tangan ke arahnya seolah mereka kenal dekat.
"Kau." Marisa menuju ke arah Joy.
Joy tersenyum melambaikan tangan ke arah Marissa lalu dia melangkahkan kaki untuk mendekatinya.
"Hai apa kabarmu?" tanya Joy dengan senyum sumringah di bibirnya.
Marissa yang tidak percaya langsung mengucek-ngucek matanya, takut dia salah lihat karena terlalu sering memikirkan perkataan pria itu dulu yang mengatakan bahwa dirinya tinggal di bulan.
"Ini aku. Kau tidak perlu mengucek-ngucek mata seperti itu nanti matamu sakit," ucap Joy sambil memegang tangan Marissa untuk menghentikannya.
Marisa pun takut dan menampik langsung pangan Joy mundur selangkah menjauhi pria aneh itu.
"Kau kenapa datang kemari penampilanmu berubah sekali." Marisa terbata-bata takut berhadapan langsung dengan Joy.
"Aku ingin berbalas budi padamu, kau telah menolongku dan memberi makan ketika aku kelaparan. Jadi aku akan mengantarmu bekerja dengan mobilku." Joy menunjukkan mobil di belakangnya.
Mobil sedan berwarna hitam mewah dan begitu elegan sekali membuat Marisa kebingungan dan bertanya-tanya dalam benaknya.
"Bagaimana pria miskin ini memiliki mobil mewah? Bukankah dia gelandangan bahkan dulu saja makan dia tidak mampu untuk membelinya," batin Marisa terheran-heran melihat mobil yang ada di belakang Joy.
"Hei kenapa kau diam saja, ayo masuk aku akan mengantarmu berangkat bekerja." Joy menyentuh lengan Marisa sambil tersenyum.
"Tidak aku bisa berangkat sendiri. Kau tidak perlu mengantarku, lagi pula aku tidak pernah pergi dengan pria asing," tegas Marisa lalu melangkahkan kaki untuk melanjutkan perjalanannya tapi Joy yang tidak menyerah itu langsung mengejarnya dan berdiri di hadapannya menghalangi Marissa untuk berjalan.
"Menyingkirlah dari hadapanku jangan halangiku!" pinta Marisa dengan tatapan tegas menyembunyikan rasa takutnya di hadapan Joy.
"Marisa aku masih mengenalmu. Apa kau lupa denganku?" ucap Joy dengan lembut lalu menyodorkan tangannya untuk berkenalan lagi. "Jangan takut denganku mari kita berkenalan lagi agar kita saling kenal dan aku bukan orang asing bagimu," ucap Joy dengan tulus ingin dekat dengan Marisa.
Marisa hanya melihat tangan Joy yang disodorkan ke arahnya untuk berjabat tangan, dia masih ragu dan takut apalagi memikirkan bahwa Joy bukan berasal dari bumi melainkan dari planet lain.
"Tidak~ aku tidak mau berkenalan denganmu. Kau bukan makhluk yang tinggal di bumi aku takut." Marissa menggelengkan kepalanya tidak mau berjabat tangan dengan Joy.
"Aku memang tinggal di planet lain, tapi sekarang aku di sini kita di planet yang sama, anggap saja aku manusia sama sepertimu," jawab Joy mencoba meyakinkan Marisa yang ketakutan melihatnya.
Melihat senyuman tulus Joy yang memaksanya untuk berkenalan lagi membuat. Marisa pun terpaksa menyodorkan tangannya sehingga mereka berjabat tangan.
"Baiklah namaku Marisa, kau sudah tahu itu kan dan aku juga masih ingat namamu Joy." Marisa melihat Joy yang tersenyum padanya.
Bumi bukan satu-satunya tempat tinggal manusia, ada banyak rahasia yang kita tidak ketauhi, termasuk adanya Alien yang turun ke bumi dengan sebuah tujuan seperti Joy.