Di dalam mobil Marisa diam saja melirik ke arah Joy yang sedang mengendarai mobilnya dengan mahir sekali, tidak pernah terbayangkan oleh Marisa sebelumnya kalau Joy yang pertama kali dia temui bisa menjadi seperti sekarang, dia pun memperhatikan pergelangan tangan Joy, tidak ada jam tangan yang waktu itu dia lihat muncul sendiri.
Joy sesekali melihat Marisa yang memperhatikannya dengan begitu rinci, membuatnya tersenyum lucu. Dia pun langsung meminta Marisa berbicara, jangan memperhatikannya dengan tatapan aneh.
"Bicaralah, jangan diam saja. Kalau kau ingin menanyakan sesuatu. Tanyakan saja, jangan kau melihatku seperti itu," ucap Joy sambil mengendarai mobilnya tersenyum sesekali melihat Marisa.
"Eh~ euhm~ apakah terlihat ya?" Marisa malu jadinya tak enak dengan Joy.
"Sangat. Kau membuatku seakan-akan aku ini orang aneh," jawab Joy meledek Marisa yang terlihat tidak enak dengannya.
"Maaf ya. Tapi, tak bisa kuungkiri kalau aku benar-benar masih bingung sekali dengan semua ini. Kau kemana saja selama dua bulan ini?" tanya Marisa dengan tatapan penasaran melihat Joy.
"Aku ingin bercerita padamu, tapi tidak mungkin sekarang juga kan, mungkin bisa besok. Minggu kau libur tidak? Kalau libur, aku akan menjemputmu lagi dan aku akan menceritakan semuanya," jawab Joy sambil sesekali melihat Marisa.
"Euhm~ Tapi," Marisa memikirkan serial drama yang biasa ditonton olehnya.
"Kenapa? Tidak libur ya?" tanya Joy melihat Marisa yang ragu sekali. "Tidak apa-apa kalau kau tidak bisa besok. Masih ada hari yang lainnya kok," lanjut Joy sambil tersenyum.
"Tidak! Aku bisa kok, besok." Marisa melihat Joy sambil mengangguk-angguk kepalanya.
"Oke. Kalau begitu besok aku akan menjemputmu ya," Joy tersenyum lalu fokus lagi menyetirnya untuk mengantar Marisa ke kantornya.
Setibanya di kantor mobil mewah Joy menyilaukan beberapa karyawan yang melihatnya. Termasuk Lala dan Bela yang baru saja mau masuk ke dalam gedung.
"Mobil siapa ya mewah sekali," ucap Lala terheran-heran dan takjub melihat mobil mewah yang terparkir di depan gedung.
"Tentu saja milik Pak Roy, memang karyawan ada yang mampu membeli mobil mahal keluaran terbaru seperti itu," jawab sinis Bela sambil melihat mobil yang ada di hadapannya.
Melihat karyawan lain pun ikut takjub melihatnya. Marisa pun keluar dari dalam sambil melambaikan tangan ke arah Joy yang ada di dalamnya. Tak lama Joy pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat kerja Marisa.
Setelah itu para karyawan lain pun pergi masuk ke dalam. Tersisa Lala dan Bela yang terkejut melihat Marisa keluar dari dalam mobil mewah itu.
"Kau...!" Bela yang tak suka melihat Marisa tak menyangka kalau dia yang baru saja keluar dari mobil mewah itu.
"Siapa itu? Pacarmu?" tanya Lala penasaran sambil tersenyum melihat Marisa.
"Mana mungkin! Kau salah bertanya! Kau habis open boking dengan pria kaya?" Bela menyilangkan kedua tangannya tatapan matanya begitu sinis sekali.
"Astaga... Ka Bela. Apa yang kau katakan barusan?" Marisa memegang dadanya yang begitu tersinggung dengan perkataan seniornya barusan.
Lala hanya menggelengkan kepalanya saja sambil berkata. "Kasar sekali ucapannya kak!"
"Mana mungkin kau bisa mendapatkan pacar yang kaya, kalau bukan dengan hasil menjual tubuhmu! Dasar munafik!" ucap Bela lalu pergi meninggalkan mereka berdua untuk masuk ke dalam.
Marisa sakit hati sekali mendengar hinaan dari seniornya itu, membuat Lala langsung menenangkannya.
"Sudahlah, jangan dimasukkan hati perkataan dari mulut kotornya itu." Lala langsung merangkul Marisa untuk masuk ke dalam. "Jadi siapa pria yang ada di dalam mobil itu?" tanya Lala masih saja penasaran.
"Dia~ (Marisa bingung harus menjelaskannya) "Dia teman kuliahku dulu, tadi kita bertemu di jalan dan dia menawariku tumpangan," jelas Marisa tersenyum paksa berbohong kepada Lala.
"Wah temanmu itu baik sekali, tampan lagi. Jangan-jangan dia suka padamu lagi," ledek Lala dengan melihat Marisa.
"Eh~ mana mungkin. Jangan seperti itu, kita hanya teman saja." Marisa menyangkalnya sambil berjalan masuk menaiki lift bersama Lala.
Di dalam kantor semua lagi bergunjing tentang Marisa yang keluar dari mobil mewah itu, seketika Bela masuk dan memperkeruh suasana menjadi semakin panas.
"Eh Marisa hebat ya punya pacar mobilnya mewah seperti itu, sudah begitu tampan lagi," ucap wanita yang satu ruangan dengan Marisa.
"Iya iri sekali aku, kapan aku punya pacar seperti itu..." sahut wanita lainnya.
"He'eh....
"Mobilnya keren sekali, harus berapa tahun aku menabungnya..." Pria memakai kacamata yang mendambakan memiliki mobil sedan seperti itu.
Brak!
"Kalian pasti sedang membicarakan tentang Marissa yang keluar dari mobil sedan hitam itu ya." Bela sambil berjalan lalu menarik kursinya dan duduk melihat semua rekan-rekan membicarakan tentang Marisa.
"Iya benar Kak Bela beruntung sekali ya Marisa itu, padahal dari segi wajah dia tidak cantik-cantik banget, tapi bisa loh mendapatkan pria kaya yang mobilnya sedan seperti itu, mana keluaran terbaru lagi harganya pasti M-M." jawab wanita yang tadi iri dengan Marissa.
"Aku kasih tahu ya pada kalian semua. Marisa itu OPEN BOOKING! Pria itu bukan pacarnya, pikir deh dengan logika kalau kalian menjadi pria yang menaiki mobil sedan itu. Apakah kalian mau memiliki pacar seorang Marissa," ucap Bela dengan sinis sambil melirik ke arah teman-temannya yang memikirkan perkataannya.
"Ha~ serius Marissa open booking? Mana mungkin," ucap salah satu wanita yang tidak menyangka kalau Marissa akan melakukan hal buruk seperti itu.
"Terserah kalian saja mau percaya padaku atau tidak, tapi kalau kalian bisa berpikir coba kalian menjadi pria tampan itu, apa kalian mau menjadi pacar Marisa?" tanya Bela mengompori semua rekannya itu.
"Kalau aku sih sepertinya tidak akan memilih Marissa menjadi pacarku, tapi aku memilih Kak Bela untuk naik mobil mewah itu bersamaku, dari segi penampilan Kak Bela luar biasa cantiknya, badannya juga seksi, sedangkan Marissa kalian tahu sendiri kan tanpa harus kusebut lagi," jawab pria yang berkacamata itu bernama Faris.
"Iya juga ya, aku juga tidak akan mau memiliki wanita seperti Marisa," sahut wanita yang tadi memuji Marissa bernama Aurel.
"Benar-benar kata Kak Bela tadi aku juga tidak percaya," jawab wanita yang tadi iri dengan Marissa bernama Susan.
Semua karyawan pun mempercayai perkataan Bela, tiba-tiba saja Marisa dan Lala baru saja masuk ke dalam ruangan melihat semua rekan kerjanya menatap sinis ke arah Marisa membuatnya tidak nyaman dengan tatapan semua rekannya itu.
"Ada apa ya? Kok mereka menatapku dengan jijik seperti itu?" bisik Marisa sambil berjalan pelan ditelinga Lala.