Chereads / MISI DIBALIK PERNIKAHAN TN. ALIEN / Chapter 8 - Beradaptasi dengan Bumi

Chapter 8 - Beradaptasi dengan Bumi

Bela masuk ke ruangannya Pak Roy, dia dengan genit memamerkan tubuhnya yang seksi dengan menggunakan rok mini dia menarik kursi dan duduk di hadapan atasannya itu.

"Bos ini dokumennya." Bela dengan nada manja sambil tersenyum menggoda sekali menunjukkan bola dadanya yang besar.

"Kau semakin hari semakin cantik saja Bela," puji Pak Roy merayu dengan wajah hidung belangnya. "Eh iya ngomong-ngomong ada gosip apa memangnya tadi pagi?" tanya Pak Roy kepada Bela yang duduk di hadapannya.

"Biasa Pak Marisa diantar pria yang menggunakan mobil sedan hitam, jadi mereka tak percaya kalau itu pacarnya Marisa.

Marisa duduk tidak nyaman sekali, melihat tatapan rekan-rekannya melihatnya. Dia pun menanyakannya kembali kepada Lala yang duduk di sampingnya.

"Pada kenapa sih? Kok menatapku seperti itu," tanya Marisa sambil melihat Lala yang sedang fokus pada layar komputernya.

"Tidak usah kau hiraukan pandangan mereka, lanjutkan saja pekerjaanmu. Wajarlah kalau mereka iri denganmu, kau diantar oleh mobil mewah yang dibawa oleh pria tampan. Tentu saja mereka iri sekali," jawab Lala sambil mengetik di papan ketiknya.

Marisa pun tak melanjutkan pembicaraannya lagi, dalam benaknya menyesal telah diantar oleh Joy. Kalau dirinya tahu akan menjadi gosip di kantor seperti itu.

"Ah menyesal sekali aku kalau tahunya akan menjadi gosip di kantor seperti ini. Mana mungkin aku mau diantar olehnya," batin Marisa menggerutu kesal sekali.

Di universitas swasta terkenal di Jakarta...

Joy sedang mengajar sebagai asisten dosen yang mengajar tentang astronomi menggantikan dosen yang sebenarnya tidak masuk. Ada salah satu mahasiswi cantik begitu serius memperhatikan Joy mengajar di depan kelas. Dia tersenyum-senyum memperhatikan dosennya itu, membuat kedua temannya yang ada di samping kanan dan kirinya.

"Kau bukannya memperhatikan malah tersenyum-senyum seperti itu sih?" tanya salah satu temannya yang duduk di samping kirinya.

"Aku tidak senyum-senyum kok. Kau mengada-ngada saja," jawab siswi itu mengelak sambil tersenyum melihat Joy yang berdiri di depan.

"Terlihat sekali kok, kau begitu menyukai asisten dosen yang ini?" sindir temannya yang duduk di samping kanan sambil tersenyum meledek.

(Suara bel kampus)

Joy yang bersiap untuk pergi meninggalkan kelas sambil membawa tasnya dan berpamitan dengan mahasiswanya.

"Waktu pelajaran sepertinya sudah berakhir, jangan lupakan tugas kalian dan besok harus segera dikumpulkan. Terima kasih, selamat sore," Joy melangkah pergi meninggalkan ruang kelas.

Di luar Joy berjalan dengan begitu gagah sekali, membuat orang yang melihatnya terpana dan tidak bisa memejamkan matanya. Melihat senyumnya saja membuat salah satu dosen matematika dibuat tak bisa bernafas lagi.

"Awh... Awh...." dosen berusia 35 tahun bernama Fatin menghentikan langkah Joy.

"Bu dosen kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Joy terkejut lalu memegang pundak Fatin.

"Tidak ada, kau menyilaukan pandanganku." Fatin langsung memegang tangan Joy yang mencemaskan dirinya.

Joy tersenyum terpaksa melihat Fatin yang menggodanya, lalu dia pun perlahan menarik tangannya lalu pergi meninggalkan Fatin yang genit padanya.

"Maaf ya Bu dosen, sepertinya saya akan pergi dulu." Pamit Joy menarik tangannya yang dipegang erat dengan Fatin.

"Mau kemana Dosen Joy?" tanya Fatin dengan wajah kecewa sekali melihat Joy.

"Ada yang harus kuselesaikan." Joy menarik tangannya dengan cepat lalu pergi meninggalkan Fatin yang harus mengajar di kelasnya.

***

Malam hari di rumah mewah tepatnya di meja makan, Shofie dan Maxim sedang makan malam bersama dengan Joy. Mereka bertiga telah menyelamatkan Joy waktu dirinya sakit pencernaan.

"Pak guru dan Tante Shofie terima kasih ya karena kalian aku bisa selamat dan beradaptasi tinggal di bumi. Jika tidak, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi denganku," ucap Joy sambil tersenyum memegang sendoknya.

"Itu memang sudah menjadi tugasku Joy, tidak menyangka bisa bertemu kau lagi," jawab Maxim sambil melihat Joy yang menikmati makanannya.

"Aku juga tak menyangka kalau aku akan diturunkan ke bumi dan kehilangan segalanya. Menyedihkan bukan," ucap Joy sambil menelan makanannya dengan sesak tak sengaja batuk.

"Uhuk...Uhuk....!

Shofie pun mengangkat segelas air dan diberikan langsung kepada Joy. Dia langsung mengambil segelas air putih yang disodorkan kepadanya lalu meminumnya sampai habis.

"Terima kasih ya Tante ucap Joy sambil meletakkan kembali gelas kosong itu di atas meja.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu karena aku pernah kehilangan kedua orang tuaku, bahkan orang yang kucintai dulu Tapi, percayalah lihatlah aku Tuhan menggantikannya dengan mendatangkan orang baik seperti Maxim. Dia sangat membantuku untuk bertahan hidup seperti sekarang aku bisa menemukan cintaku kembali yaitu dirinya," ucap Sofi sambil tersenyum sedih melihat Maxim yang ada di dekatnya.

"Kau harus kuat. Bagaimanapun caranya kau harus menemukan pelaku yang sengaja meninggalkan gas beracun di sana." Maxim meyakinkan Joy dengan tatapan wajah yang serius sekali.

"Kalau itu sudah pasti Pak Guru, aku akan menemukannya dan membalaskan dendamku padanya!" jawab Joy terlihat raut kesedihan di matanya.

"Bagus, kau tidak ada masalah kan dalam mengajar?" tanya Maxim kepada Joy.

"Tidak ada masalah kok pak guru. Terima kasih juga telah memberikanku pekerjaan yang biasa kulakukan di sana, sehingga aku tidak merasa canggung lagi hanya sedikit berbeda saja," jawab Joy sambil tersenyum melihat Maxim lalu Shofie.

"Syukurlah, pokoknya kalau ada apa-apa kau cerita saja. Nanti akan kuatasi segera," pesan Maxim kepada Joy.

"Baik Pak, aku pasti akan bercerita apa pun agar aku tak gegabah," jawab Joy sambil tersenyum melihatnya dan melanjutkan makan malam mereka.

Di kamar Marisa sedang duduk di atas sofanya sambil melamun, membayangkan besok Joy akan menjemputnya lagi. Membuat dia merasa tidak nyaman dan takut kalau orang akan membicarakan buruk tentangnya.

"Kalau besok Joy menjemputku, apa tidak akan ada yang membicarakan aku lagi. Bagaimana kalau besok aku bertemu dengan ibu kos! Astaga apa yang harus aku lakukan, nanti dia akan menuduhku tidak-tidak lagi," batin Marisa sambil menggigit ibu jarinya dengan wajah yang khawatir.

Tiba-tiba ponselnya berdering, membuatnya terkejut lalu mengambilnya. Tenyata panggilan itu dari April yang memanggilnya, dengan cepat dia pun mengangkat panggilan itu.

"Iya April. Tumben kau meneleponku?" tanya Marisa sambil menaikkan kakinya ke atas meja.

"APA BENAR KAU MENJUAL DIRIMU?!" TERIAK APRIL MENGEJUTKAN MARISA.

"KAU GILA!"

Marisa kesal lalu mematikannya begitu saja, seharian sudah dia mendengarkan perkataan itu, dan kini sahabatnya malah menanyakan hal itu lagi seolah tidak mempercayai dirinya.

"Bagaimana bisa dia tidak mempercayaiku! Padahal aku ini sahabatnya, walaupun jarang bertemu," gerutu kesal Marisa sambil melihat ponsel ditangannya.