Chereads / REY: POSSESSIVE BOYFRIEND / Chapter 3 - POSSESSIVE - Rey Putra

Chapter 3 - POSSESSIVE - Rey Putra

"Tunggu!" teriak Retta dengan cukup jelas saat dirinya melihat seorang cowok yang memiliki rambut warna dark blue dengan style under cut.

Merasa ada yang memanggilnya, membuat cowok itu menghentikan langkah kakinya dan melirik ke arah di mana cewek yang tinggi badannya sekitar 1,63m tengah melangkahkan kaki mulusnya.

Kakinya terlihat begitu indah dengan rok yang panjangnya di atas lutut. Tidak menjawab atau berucap apa pun, cowok itu hanya menunggu orang yang sudah menyuruhnya menunggu sampai berdiri di hadapannya.

"Gue mau ngomong sama lo, lo free?" tanya Retta menggunakan nada yang begitu santai sambil memperhatikan cowok yang ada di hadapannya.

"Free for you." Menggunakan nada yang begitu lembut, cowok itu berucap menggunakan suara yang begitu serak dan begitu Retta sukai.

Sejenak Retta terdiam sambil berpikir. "Gak usah memperlakukan gue selembut itu, karena gue gak mau kalau nantinya gue malah jatuh hati sama lo," ujar Retta dengan penuh kejujuran.

Alasan yang membuat Retta tidak ingin jatuh hati pada cowok di hadapannya, sebab dia masih sadar diri kalau sekarang statusnya masih mempunyai cowok.

Akan ribet urusan nantinya kalau sampai dia merasa nyaman dan sampai akhirnya jatuh hati pada cowok di hadapannya, karena dia yang hanya dianggap teman saja bisa membuat Arkan marah besar.

Cowok itu dengan begitu santai melangkahkan kaki menuju ke arah pinggir lapangan dan kemudian duduk santai di sana, dia melirik ke arah Retta yang tak lama dari itu duduk di sampingnya.

"Lo itu murid baru ya?" tanya Retta yang ingin tahu apakah hal yang sudah dia ketahui adalah hal yang sebenarnya atau bukan.

Dengan santai cowok itu menganggukkan kepalanya. "Kenapa?"

Retta menggelengkan kepalanya. "Gak papa. Gue cuma tanya aja, katanya ada anak Retronix yang baru masuk dan jadi perbincangan cewek." Retta bercerita dengan singkat.

"Oh." Jawaban yang begitu singkat dan terkesan tidak peduli dengan hal yang sudah Retta ucapkan.

"Gue ada hal yang ingin ditanyakan sama lo," ujar Retta sambil menatap cowok yang ada di sampingnya dengan tatapan yang menunggu sebuah izin untuk menanyakannya.

"Tanya aja," ucap cowok itu dengan begitu ringan.

"Emh ... sebelum gue tanya akan hal itu. Gue mau tanya nama lo dulu, lo siapa?" tanya Retta sambil memperhatikan kemeja putih yang cowok itu gunakan tanpa ada sebuah nama yang tertera di sana.

Dengan santai Retta mengulurkan tangannya ke arah cowok itu. "Nama gue Retta Angelistha, lo bisa panggil gue Retta." Sebuah senyuman menjadi pengiring perkenalan Retta.

Jari tangan cowok itu yang terlihat begitu panjang dengan beberapa urat yang terlihat jelas akhirnya menjabat tangan Retta yang dirasa begitu halus, senyuman kecil terukir di bibir cowok itu.

"Gue Rey ... Rey Putra Anggara."

Glek!

Dengan seketika Retta menelan salivanya saat mendengar cowok itu memperkenalkan dirinya menggunakan suara yang terdengar begitu indah dengan suara serak yang begitu jelas.

Pandangan Retta begitu menyeluruh memperhatikan detail wajah Rey Putra. Alis yang terukir jelas dengan ujungnya yang menukik, menjadi pelengkap ekspresi tajamnya.

Bulu mata Rey terlihat begitu panjang serta lentik seperti bulu mata palsu, garis tulang pipinya terlihat begitu jelas dengan hidung yang terlihat begitu mancung dan bentuk bibir indah dengan warna yang cukup cerah di kalangan bibir cowok pada umumnya.

Demi Tuhan, gue kembali merasakan speechless saat menatap cowok dengan tatapan yang seintens ini.

Posisinya menjadi terbalik.

Di mana biasanya banyak cowok yang dibuat terdiam sebab melihat wajah cantiknya, sekarang dia dibuat terdiam saat memeperhatikan wajah cowok di hadapannya.

*****

"Gue masih tanda tanya sama awal ketemu dengan lo, kenapa lo dengan seenaknya menahan gue, bahkan membuat gue jalan mundur sebelum akhirnya gue berjalan benar dengan lo?"

Retta bertanya dengan menggunakan kalimat yang begitu lengkap. Apa yang sudah terjadi waktu itu benar-benar Retta ucapkan. Sampai saat ini Retta masih penasaran.

Sebuah senyuman terukir dengan begitu jelas di bibir Rey Putra. Penyebab dia tersenyum begitu sederhana, yaitu melihat ekspresi penasaran Retta yang terlihat seperti anak kecil menggemaskan di matanya.

"Di mata gue, cewek kayak lo gak pantas mengejar cowok berengsek kayak dia."

Jawabannya tidak terlalu panjang, tapi hal itu memang alasan yang sebenarnya. Dengan apa yang sudah Arkan lakukan pada Retta, memang Arkan pantas dikatakan sebagai cowok berengsek.

"Di mata lo, gue gak pantas mengejar cowok berengsek, memangnya gue di mata lo seperti apa?" tanya Retta menggunakan nada yang begitu polos.

Retta tidak tahu bagaimana Rey memandang dirinya sampai Rey berani mengatakan bahwa dia tidak pantas mengejar cowok berengsek seperti Arkan.

"Banyak cowok mengejar lo, tapi lo memilih untuk mengejar cowok tidak tahu diri?" tanya balik Rey menggunakan nada yang teramat datar.

Kening Retta terangkat, dia cukup dibuat terdiam dan juga merasa heran setelah mendengar kalimat yang mengatakan bahwa dirinya dikejar oleh banyak cowok.

"Lo tahu dari mana kalau gue dikejar banyak cowok?"

Kalimat yang sudah Rey ucapkan memang terasa membingungan untuk Retta. Rey itu baru anak baru, tapi kenapa dia sudah mengetahui kalau Retta dikejar oleh banyak cowok?

Hal itu yang membuat Retta tanda tanya, jika Rey bukan anak baru ada kemungkinan kalau dia melihat banyak cowok yang mengejar dirinya, sementara sekarang?

Dalam jangka waktu satu bulan ke belakang tidak banyak cowok yang mengejarnya, karena sudah banyak yang tahu bahwa dia sudah menjadi pacar dari seorang Arkan Maheswara.

Cowok yang menjadi pusat perhatian para siswi SMA Garuda, baik itu teman sebaya atau adik kelas, bahkan sampai pada Kakak kelas. Tidak heran jika saat Arkan mempunyai pacar, berita itu menyebar dengan cepat.

"Harus gue mengejar lo?" tanya Rey santai. Tatapan Rey saat berucap seperti itu begitu intens, dia begitu fokus menatap netra indah lawan bicaranya.

Kening Retta dengan seketika terangkat, dia tidak mengerti, apalagi saat melihat bagaimana Rey menatapnya. "Maksud lo?"