Retta berpikir dengan cukup serius akan apa yang sudah Rey ucapkan. Selama Retta berpikir, Rey begitu santai memperhatikan Retta yang cukup menunjukkan sebuah ketertarikan di dalamnya.
"Hm ... gue bingung."
Masih ada sebuah kebingungan yang menyelimuti diri Retta sekarang dan kebingungan itu tidak bisa dia hilangkan begitu saja. Simplenya dia bingung karena hal yang baru saja terjadi.
Tidak bisa dibohongi kalau Retta itu masih takut masuk dan terjebak di dalam toxic relationship seperti kemarin, terlebih waktu antara mereka menjalin hubungan dengan waktu di mana Rey mengajak menjalin hubungan begitu dekat.
"Kalau lo suka sama gue, tinggal terima. Gue gak menerima kebingungan lo." Rey berucap sambil terus memperhatikan keindahan wajah Retta.
Kening Retta mengernyit setelah mendengar kalimat tersebut. "Agak maksa ya kalimatnya?" Retta berucap menggunakan nada bicara yang ragu.
"Terserah," jawab Rey menggunakan nada yang begitu acuh.
Nih orang ngajak pacaran sama gue, tapi secara terang-terangan dia menunjukkan sifat cueknya? Gue baru kali ini nemuin cowok kayak dia.
Memang Retta begitu memikirkan hal ini, karena memang selama dia dekat dengan cowok, mereka itu terbilang begitu perhatian pada dirinya, meski saat bersama dengan yang lain terbilang biasa saja, bahkan cuek.
Di sini dari awal dia bertemu dengan Rey, dia sudah merasa kalau Rey itu begitu cuek dan acuh, sampai sekarang mengajaknya pacaran, sifat itu begitu melekat dalam diri Rey.
"Asal lo tahu, gue punya ..." ucap Retta yang agak menggantung.
Alis Rey terangkat menunggu sebuah kelanjutan dari kalimat yang sudah Retta ucapkan. Rey ingin tahu apa yang Retta miliki sampai dia berucap seperti itu pada dirinya, karena tidak mungkin kalau Retta mengatakan dia mempunyai cowok.
"Gue punya sepupu cowok," jawab Retta dengan penuh kejujuran.
"Masalahnya?" Rey sama sekali tidak mengerti dengan semua hal ini.
Di sini Retta malah dibuat kebingungan dengan hal ini. "Hm ... lo tahu kan bagaimana gue dengan mantan gue yang kemarin?" tanya Retta dengan cukup serius.
"Ya." Rey cukup tahu bagaimana hubungan Retta dengan Arkan.
"Gue menjalin hubungan sama dia itu lebih tepatnya membantah apa yang sudah dia ucapkan. Dengan kata lain, sepupu gue gak setuju gue sama dia. Begonya gue memilih dia sampai akhirnya gue malas membuka hati gue sama lo dan gu—
Kalimat Retta terhenti sebab Rey yang langsung berucap. "Intinya?" Rey tidak ingin mendengar hal yang sudah tertebak ke mana arah pembicaraannya.
Retta begitu membelalakkan matanya saat mengetahui kalau Rey memotong kalimatnya. Retta juga dibuat kebingugan, karena baru kali ini dia bertemu dengan cowok yang mengatakan perasaannya, tapi dengan sikap yang tidak dia tutupi sama sekali.
Sejenak Retta berpikir sambil memperhatikan wajah Rey dengan cukup serius. Melihat ekspresi yang Rey pasang, Retta yakin kalau Rey bukan orang yang sudah berbasa-basi.
Nih orang to the point banget sih pengennya?
"Kalau lo emang serius sama gue, gak berniat untuk mempermainkan atau menyakiti gue, lo temuin sepupu gue. Berani gak?" tanya Retta yang langsung pada inti dari kalimat yang semula sedang dia ucapkan.
"Kapan?" tanya Rey dengan nada bicara yang begitu enteng.
"Hah?!" Retta cukup kaget saat Rey dengan enteng menerima apa yang sudah dia bicarakan yang berarti dirinya cukup berani untuk menemui sepupunya.
"Kapan?" sahut menggunakan nada yang begitu enteng.
"Terserah," jawab Retta yang tidak akan memberikan sebuah waktu kapan Rey harus menemui sepupunya.
Semua itu kembali pada Rey dan juga sepupunya tersebut, karena bisa saja ada sebuah kesibukan dari masing-masing pihak, maka Retta tidak akan terlalu memikirkan hal tersebut.
"Setelah gue menemui dia, jawaban lo?" Rey ingin sebuah kepastian terlebih dahulu akan jawaban yang nanti Retta berikan, karena yang Rey butuhkan juga jawaban dari Retta.
Rey sebenarnya sama sekali tidak peduli dengan jawaban yang akan Sepupunya berikan kalau Retta sudah setuju, untuk apa dia ribet-ribet menemui Sepupunya?
"Apa yang sepupu gue ucapkan akan menjadi jawabannya," jelas Retta.
Di sini Retta begitu yakin dengan jawaban yang akan sepupunya berikan, karena memang dia percaya apa yang sepupunya ucapkan adalah sebuah jawaban yang kemungkinan satu pemikiran dengannya.
"Termasuk kalau dia menerima gue?" tanya Rey sambil menatap Retta dengan tatapan yang cukup serius.
Retta terdiam sejenak dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Ya. Gue akan menjadi pacar lo, tapi begitu juga kalau sebaliknya."
"Ok." Sekarang Rey sudah paham dengan semuanya.
"Lo yakin ingin menemui sepupu gue, secara dia belum kembali mengizinkan gue pacaran setelah kejadian itu."
Retta mampu berucap seperti ini, karena memang jarak putusnya juga masih begitu dekat dan terlebih dirinya sudah tahu bagaimana karakter dari sepupunya tersebut.
Dengan penuh keseriusan, Rey menganggukkan kepalanya. "Cukup yakin untuk mengubah status lo sebagai cewek gue."
Kenapa dia begitu yakin dengan semua ini, apakah dia benar-benar ingin serius pacaran sama gue?
Retta begitu tanda tanya akan hal ini, karena selama berbincang membahas hal ini sampai dirinya mengatakan harus menemui sepupunya terlebih dahulu, Rey masih terlihat begitu serius.
"Sebelumnya gue mau kasih tahu satu hal," ucap Retta.
"Apa?" tanya Rey yang terlihat sedikit kebingungan di sini.
"Dia Leader," ucap Retta yang begitu serius menatap Rey.
Di sini Retta sengaja mengucapkan ini, karena dia lebih memilih memberikan sebuah keyakinan terlebih dahulu pada Rey untuk tetap menemui sepupunya atau memilih untuk mundur.
"No problem," jawab Rey dengan begitu enteng.
Gue sama sekali gak yakin dan juga gak percaya dengan apa yang sudah lo ucapkan, tapi entahlah. Biarkan nanti semuanya terjawab.
Apakah Rey bisa mendapatkan izin dari sepupunya Retta?