"Lo tahu dari mana kalau gue dikejar banyak cowok?"
"Harus gue mengejar lo?" tanya Rey santai. Tatapan Rey saat berucap seperti itu begitu intens, dia begitu fokus menatap netra indah lawan bicaranya.
Mendapatkan pertanyaan yang seperti itu membuat Retta dengan seketika terdiam seribu pemikiran, pasalanya karena dia yang sama sekali tidak mengerti ke mana arah pemikiran Rey.
"Maksud lo?" tanya Retta yang tidak ingin memperlama dirinya memikirkan hal ini.
Rey terkekeh pelan melihat ekspresi Retta yang begitu syok bercampur dengan tanda tanya, entah kenapa bersama dengan Retta bisa dengan mudah membuatnya tersenyum, bahkan terkekeh.
"Sedang menertawakan apa dengan cewek gue?" tanya Arkan yang membuat Rey tidak jadi menjawab pertanyaan yang sudah Retta lontarkan.
Ekspresi Rey berubah dengan drastis saat dia ditatap oleh Arkan, Rey menatap balik Arkan dengan ekspresi yang tidak suka. "Kalau gue jawab lo bagaimana?"
Lagi-lagi Retta dibuat terdiam setelah dirinya mendengar sebuah jawaban yang Rey ucapkan, semakin ke sini Retta semakin tanda tanya seberapa besar nyali dari seorang Rey sampai dia berani menjawab seperti itu.
"Maksud lo? Ngapain lo menertawakan gue?" tanya Arkan yang begitu tidak paham dengan semua hal ini.
"Karena lo bego."
Kalimat itu keluar dengan begitu enteng dari mulut Rey yang membuat Retta ingin ngakak, tapi dia teringat ada siapa sekarang di hadapannya.
Retta hanya mencoba untuk menahan tawanya, terlebih saat dia melihat ekspresi pacarnya yang begitu tidak suka dengan apa yang baru saja Rey ucapkan.
"Lo semakin ke sini semakin ngelunjak ya sama gue, maksud lo apa mengatakan kalau gue bego?!" tanya Arkan yang benar-benar merasa tidak terima.
"Cuma cowok bego yang merendahkan ceweknya sendiri di depan umum."
Bukan tanpa alasan Rey mengatakan kalau Arkan bego, meski sebelumnya mereka bukan sedang menertawakan kebegoan Arkan. Namun, semuanya sudah terlanjur.
Rey sengaja menjawab dengan kalimat itu agar Arkan kembali mengingat moment di mana awal mula mereka mempunyai masalah. Rey masih tidak terima dengan hal tersebut.
Kenapa gue merasa begitu dibela sama dia?
Mendadak Retta merasakan hal itu, karena setelah beberapa kali dia bertengkar bersama dengan Arkan, memang Rey selalu datang dan kalimat yang Rey ucapkan seolah membela dirinya.
"Gue gak perlu merendahkan dia, karena dia lebih rendah jika dibandingkan dengan gue."
Sret
Mendadak terasa ada sebuah benda tajam yang sudah menggores hatinya dan membuat sebuah luka yang begitu besar di hatinya sampai membuat dadanya mendadak terasa sesak.
"Dasar bego!" umpat Rey dengan begitu jelas di hadapan Arkan.
Dengan seketika Arkan menarik kerah kemeja Rey yang membuatnya berdiri dengan seketika. Arkan menatap Rey dengan tatapan yang tajam sambil menggenggam kuat kemejanya.
Tidak berucap apa pun, Rey menarik tangan Arkan dari kerah kemejanya dan kemudian dia hempaskan kasar, setelah itu Rey seolah merapikan kemejanya. Namun, tidak sampai terlihat sangat rapi.
"Gue bukan cowok yang sabar, apalagi menghadapi semua umpatan lo." Arkan membeberkan sedikit tentang dirinya dengan sebuah harapan kalau Rey bisa lebih menjada dirinya.
"Gue gak mengatakan kalau lo cowok sabar, karena lo jelas cowok bego."
Glek
Saliva Retta tertelan dengan sendirinya saat dia mendengar sebuah penuturan yang begitu jelas dari mulut Rey yang begitu merendahkan Arkan, apalagi dengan tatapan Rey yang tidak terlihat bahwa dia merasa takut berhadapan dengan Arkan.
"Gue gak terima dengan apa yang sudah lo ucapkan!" ujar Arkan dengan cukup serius.
Sebuah senyuman miring Rey tercetak dengan begitu jelas yang tak lama kemudian menatap Arkan dan memperhatikan penampilannya dari atas sampai ke bawah.
"Lo merendahkan dia, padahal yang rendah adalah lo sendiri."
Sampai saat ini sudah cukup terlihat dengan begitu jelas kalau Rey sama sekali tidak suka dan juga tidak terima saat mendengar Arkan yang begitu merendahkan Retta.
Direndahkan sama cowok sendiri, dibanggakan sama cowok baru. Ya Tuhan, ini cobaan atau godaan?
Retta mendadak mempertanyakan hal itu dalam hatinya, karena memang dia merasa cukup kebingungan akan hal ini. Semuanya jauh di luar nalarnya.
Ingin rasanya tukar tambah.
"Lo terus-terusan membela cewek gue di depannya langsung, karena lo suka sama cewek gue dan berharap kalau dia bisa berpaling dari gue sama lo bukan?"
Arkan begitu yakin dengan hal ini, karena memang tidak ada sebuah hal lain yang kemungkinan adalah alasan yang Rey miliki, di balik Rey yang selalu membela Retta.
"Sebentar lagi cewek lo akan sadar kalau cowok yang sekarang bersama dengannya tidak pantas untuk dia pertahankan," ucap Rey Putra sambil melirik ke arah di mana Retta berada.
*****
"Gue tantang lo by one main basket sama gue setelah pulang sekolah, lo barani tidak?" tanya Arkan yang tak lama dari itu mengukirkan senyumannya.
"Taruhannya?" Dengan begitu ringan Rey menanyakan apa taruhan dari pertandingan mereka.
Mendengar sebuah taruhan di dalamnya, membuat Retta membelalakkan matanya dan menjadi cukup deg-degan akan sebuah taruhan yang akan mereka janjikan.
"Kalau gue menang, stop ikut campur urusan gue dengan cewek gue. Kalau lo yang menang, lo bebas mau minta apa pun dari gue." Arkan berucap dengan begitu santai.
"Kalian putus."
Deg
Retta serta Arkan dengan seketika merasa kaget setelah mendengar kalimat yang baru saja Rey ucapkan. Di saat mereka terdiam sebab merasa begitu kaget, Rey malah tersenyum kecil penuh dengan kepuasan.
"Takut?" tanya Rey sambil menatap Arkan dengan penuh keseriusan.
Arkan menggelengkan kepalanya. "Gue gak takut. Nanti pulang sekolah, di sini!" tekan Arkan. Emosinya sudah cukup terkuras.
Kenapa Rey sampai mengatakan kalau dia menang adalah mereka putus?
Apakah Rey sebegitu tidak suka dengan cara Arkan memperlakukan Retta atau karena Rey begitu suka pada Retta?