Silas sambangi tempat rahasianya. Matanya beredar di lorong menara timur. Memastikan tiap detil dan segala sesuatunya ada di tempatnya. "Padahal kau pergi sudah lama sekali, Astraea. Ratusan tahun lamanya, begitu cepat sampai-sampai aku merasa baru kemarin kau melahirkan putri kita."
Silas menghela napas penuh kepedihan. Jemarinya memetik setangkai bunga Golden Bridge yang hanya bisa mekar di tempat suci ini. "Ini bunga favoritmu. Masih kujaga dengan baik." Sambungnya tersenyum manis, membayangkan Astraea semasa hidupnya dulu.
Astraea membangun menara timur sebagai tempat tersuci setelah desa kelahirannya Holmfirth.
Bunga Golden Bridge punya bentuk fisik yang indah. Kelopaknya menyerupai teratai namun dia keluarkan warna keemasan bertaburan bintang, selama kuncupnya mekar. Stardust seindah emas bertebaran di udara.
Silas ingat ketika Astraea tiada – Golden Bridge layu berbulan-bulan lamanya.