Chereads / Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 21 - Ch 22 Mari Pulang Bersama-sama

Chapter 21 - Ch 22 Mari Pulang Bersama-sama

Selamat membaca

.

.

Nina pun berbalik hendak bergegas menemui Helena, namun sesuatu mengusiknya. Seorang lelaki berdiri dengan kepala tertunduk di dekat pintu.

"Nina!" sapa orang itu saat Nina mendekat.

"Bang Alan? Ada apa? Nyari Helena?" tanya Nina secara beruntun.

Alan menyunggingkan senyumnya, kemudian ngebleng. "Tidak, saya tidak mencari gadis nakal itu, tapi saya mencari kamu!" kata Alan kepada Nina.

"Ada yang ingin dibicarakan? Apakah itu sangat penting dan urgen?" tanya Nina pula.

"Aku rasa penting, tapi tidak urgen," Jawab Alan dengan suara lembut dan penuh kasih pada setiap katanya.

"Kalau begitu bagaimana jika kita bicara nanti sore sepulang kerja? Saat ini Aku ada urusan, ini soal Helena. Bisa mengamuk dia jika aku pergi terlalu lama," kata Nina mengulas senyumnya ramah.

"Boleh, mari bicara di 'O2 Cafe' sepulang kerja," kata Alan menerima penawaran Nina tadi.

Ketika Nina bilang bahwa Helena sedang menunggu gadis di hadapannya ini, Alan pun mengalah, lagi pula urusannya tidak begitu urgen. Di tambah ia tidak ingin mendengar berita bahwa Helena mengamuk di kantor.

"Sepertinya dia haid, apakah dia tembus lagi?" tanya Alan kepada Nina seraya melangkah bersama.

"Ya seperti itulah. Sampai aku heran dengannya,"kata Nina mengedikkan bahunya merasa acuh dan Heran dengan tingkah Helena.

"Sepertinya dia tidak sadar sedang haid!" jawab Alan membayangkan jawaban yang selalu terlontar oleh Helena.

"Haha, aku rasa begitu. Dia selalu tidak menyadari haid di hari pertamanya, tapi dia akan seperti orang sakaratul maut di hari kedua dan ketiga," kata Nina terkekeh.

Mereka tiba di tempat yang memisahkan arah mereka. Alan memasuki Lift sedangkan Nina melewati pintu sebelah kanan lift, di mana itu pintu tangga darurat.

Di dalam ruangan tangga darurat itu masih ada satu pintu yang menghubungkan mereka ke taman belakang, atau RTH kantor.

"Lama sekali!" kesal Helena.

"Aku bukan superhero yang punya kekuatan teleportasi," kata Nina menyerahkan jaket tersebut kepada Helena.

"Selalu saja beralasan," Kata Helena meraih jaket tersebut, kemudian mengikat ke pinggang.

"Haha, kamu punya celana cadangan bukan di loker?" tanya Nina kepada Helena.

"Punya, pembalut juga punya," Jawab Helena memberitahu sebelum Nina bertanya.

Keduanya bergegas meninggalkan RTH kantor, mereka kembali ke ruangan masing masing untuk melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda karena jam makan siang.

Meski jam Istirahat makan siang masih ada, mereka yang telah menyelesaikan makan melanjutkan kerja lebih awal agar bisa pulang tepat waktu. Selain karena mengejar target, beberapa di antara mereka ada yang tidak ingin membawa pulang pekerjaan.

***

"Agh… akhirnya pulang …," teriak Helena menekan jempolnya pada absen kerja.

Helena berjalan dengan enjoy sambil sedikit menari ala ala anak Tk, dengan mulut yang bersenandung.

"Mari pulang … marilah pulang … marilah pulang bersama sama …,"

"tapi kamu sendirian!"

"hah?"

Helena terperanjat karena teguran seseorang yang keluar dari salah satu ruangan. Di tambah, saat ini situasi lorong yang terbilang sepi membuat Helena kaget setengah mati dengan orang yang berbicaranya. Tapi setidaknya Helena merasa lega karena orang itu benar benar manusia.

"Santai saja, tidak perlu kaget begitu!" kata orang tersebut terkekeh.

Tak lama ada seseorang yang muncul dari belakang tersebut. Seorang lelaki bertubuh gempal dengan kepala plontos yang membuatnya terlihat seperti karakter bos mesum yang ada di komik kebanyakan.

"Anda bicara dengan siapa pak?" tanya lelaki plontos itu.

"Dengan bawahan saya," jawab orang yang menyapa Helena secara tiba tiba tadi.

"Pak Sebastian orang yang sangat ramah." Puji orang itu saat melihat kearah Helena yang memeluk tote bagnya karena efek dari terkejut beberapa saat yang lalu.

Orang yang menyapa Helena beberapa saat yang lalu itu adalah si bos, alias Sebastian.

'Demi neptunus yang ada di film spongebob, kenapa beberapa hari ini ketemu pak Bastian mulu sih?' batin Helena mengerang karena merasa frustasi.

'Ini kalo di jadiin novel, klise banget ceritanya astaga!'-, Lanjut Helena dalam hatinya.

"Pak saya mau lanjutin kerjaan dulu," pamit lelaki berkepala plontos tadi, dia kembali masuk kedalam ruangan setelah melihat Helena.

Helena memperhatikan kedua lelaki tersebut dalam posisi yang sama untuk beberapa saat, kemudian setelah hanya tersisa mereka berdua, dirinya dan Bastian, Helena pun berpamitan.

"Kalau begitu saya pamit duluan pak!" ucap Helena menundukkan sedikit kepalanya dengan sopan.

"Bukankah tadi kamu mengajak untuk pulang bersama sama?" tanya Bastian memiringkan sedikit kepalanya.

Helena yang melihat ekspresi Bastian saat memiringkan kepala, seketika berteriak di dalam hatinya. 'Wah … apa apaan ini, kenapa dia memiringkan kepalanya seperti itu? Apakah dia tidak tahu bahwa ekspresi seperti itu membuatnya semakin tampan?'

"Ada apa?" tanya Bastian masih di posisi yang sama, namun dia mengerutkan sedikit keningnya melihat Helena yang memelototi-nya.

'Lihat Bukankah itu tidak adil? Dia hanya memiringkan kepalanya membuatnya menjadi semakin tampan, dan sekarang … bahkan saat keningnya berkerut pun masih saja tampan! Ini benar benar sudah gawat!' Teriak Batin Helena melolong.

Bastian masih tidak mengerti kenapa dirinya dipelototi oleh Helena sedemikian parah, bahkan posisi gadis itu tidak beralih sejak beberapa saat yang lalu.

'Aku harus kabur jika tetap ingin berumur panjang!'-, Batin Helena.

"Apakah-,"

"Saya permisi dulu pak, saya harus memberi anjing saya makan …" teriak Helena menundukkan kepalanya dengan cepat, kemudian berlari meninggalkan bastian menuju lift.

Bastian tidak mengejar gadis itu, dia hanya mengerutkan keningnya heran dengan tingkah Helena yang terlihat aneh.

"Anjing? Bukankah tidak boleh memelihara anjing? Atau Indomaret memelihara anjing penjaga?" Bastian bergumam sendiri di muka pintu.

"Sudahlah, aku rasa itu hanya alasan gadis itu saja untuk kabur!" kekeh Bastian kembali masuk kedalam ruangan yang ia tempati beberapa waktu yang lalu.

Bastian berjalan ke arah kursi yang sebelumnya ia duduki, lalu meraih salah satu mamp untuk ia baca dan ia periksa sebagaimana yang ia lakukan beberapa saat yang lalu.

Tadi itu, Bastian sedang sedang asik memeriksa beberapa map dari tim personalia bersama para departemen, namun dia mendengar suara teriakan yang sedikit samar samar dari lorong. Karena penasaran, ia pun berniat melihat apa yang sedang terjadi, barangkali ada yang terjatuh atau membutuhkan bantuan.

Saat ia berada di ambang pintu, ia melihat seorang gadis yang berjalan sambil melompat lompat sedikit, dia juga terlihat menari nari sedikit sambil bernyanyi.

Entah bagaimana, akhirnya tanpa sadar ia menyapa gadis itu.

Bastian mengulas senyumnya sedikit ketika mengingat tingkah Helena tadi, kemudian ia duduk di kursinya. Setelah duduk, Bastian kembali bergumam pelan.

"Tapi kenapa? Apakah dia takut diberikan pekerjaan tambahan?"

.

.

TBC