Selamat Membaca
.
.
Kehidupan Helena setelah hari itu berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Meski ada rumor yang mulai beredar mengenai dirinya dan sang bos Sebastian, Helena melewatinya dengan mudah.
Entah bagaimana caranya, yang jelas Helena selalu berhasil menghindar agar tidak bertemu atau sekedar berpapasan di jalan seperti drama klise yang ada drama kebanyakan. Helena benar-benar berharap kehidupan di kantornya akan kembali seperti 6 bulan yang lalu. Damai.
Seperti biasa kegiatan Helna akan semakin sibuk di akhir bulan. Meski bukan akhir tahun yang sangat sibuk, akhir bulan juga tak kalah sibuknya untuk tim Administrasi. Tapi menjadi waktu yang senggang untuk data keuangan, karena mereka akan kembali sibuk di awal bulan.
Ketidak seimbanga itu membuat Helena dan Nina jarang bertemu di awal atau akhir bulan, tapi mereka tetap menyempatkan diri untuk makan siang bersama, selain itu mereka akan kembali pada aktivitas masing masing.
Sejauh ini, Helena belum mendengar cerita mengenai kejadian di antara Nina dan Alan, padahal ia sudah sangat penasaran. Namun sepenasaran apapun dirinya, ia tidak akan bertanya lebih jauh karena ia tidak mau ikut campur dalam urusan asmara orang lain, termasuk itu asmara sahabatnya. Kecuali orang yang bersangkutan yang memintanya.
Beberapa waktu belakangan, kesibukan Helena bertambah dengan mempelajari teknik menjadi sekretaris yang baik dan benar, dia juga mendapatkan beberapa arahan secara langsung oleh Delima.
Tentu saja itu mereka lakukan di kos karena tidak ini menimbulkan kecurigaan dan fitnah dari orang lain jika saja ia lulus seleksi tersebut.
Berita tentang Helena dan Sebastian perlahan tenggelam di gantikan oleh rumor lainya, karena memang tidak ada yang melihat secara nyata Helena bersama Sebastian. Hanya bermodalkan foto Helena hendak memasuki mobil tidak menjadi alasan yang kuat bahwa mereka menjalin hubungan.
Beruntungnya pula, Helena memberikan alasan bahwa ia terpaksa menumpang karena hari sudah larut malam dan cuaca masih saja hujan. Meskipun faktanya, foto itu merupakan foto saat Sebastian mengantar Helena pulang dari hotel.
Helena menduga ada impostor di antara kepala departemen atau ada yang iseng dan ingin memberikan pengaruh buruk.
"Helena, nanti siang bisa bantu saya?" tanya Sonia berdiri pada sisi kubikel Helena.
"Ga liat ya orang sibuk?" kesal Helena memutar matanya malas.
"Ihh… sok banget padahal baru dapet kontrak per tahun aja udah belagu!" kesal Sonia mendengar respon Helena yang tidak sesuai keinginan.
"Memangnya kenapa dengan pegawai kontrak tahunan?" tanya kepala Humas 1, dia terlihat sangat kesal mendengar ucapan Sonia.
Sangking Kesalnya lelaki yang memiliki paras tegas dan kaku itu sampai harus bangkit dari posisi duduknya. Dia menatap Sonia dengan tatapan tajam dan menghunus bak tombak pemburu.
"Bukankah dia dikontrak untuk bekerja? Tidak peduli satu tahun, 2 tahun, atau lima tahun sekali pun, mereka dibayar untuk bekerja. Dan kau Sonia, berhenti bertindak seenaknya jika jabatan yang kau miliki itu hanya hasil melebarkan kaki!" Caranya membela Helan sekaligus menghina Sonia dalam satu kalimat.
Secara serempak, mereka yang memperhatikan langsung menghela nafas kemudian membatin. 'Ah ini dia, si garam.' Keluh mereka di dalam hati mereka masing masing.
Lelaki itu bernama Alfi. Tidak banyak bicara dan tergolong sangat pendiam. Meski memiliki wajah yang tergolong tampan, banyak wanita yang tidak berani mendekatinya, karena sekali bibirnya bergerak untuk urusan selain pekerjaan adalah hinaan. Terutama jika dia sudah memperingati orang tersebut.
"Apa apaan kamu! jangan memfitnah sembarangan!" teriak Sonia dengan wajah memerah karena malu dengan apa yang dikatakan oleh Alfi terhadap dirinya.
"Kenapa tidak terima? Hah, jangan kira bisa menyembunyikan kebusukan itu, bahkan Helena yang anak baru aja tahu."
Sonia langsung menoleh pada Helena yang pura pura fokus pada layar komputernya. Mata Sonia menatap tajam ke arah gadis itu selama beberapa menit, sebelum akhirnya memutar tubuh sambil berkata.
"Tidak ada gunanya menjelaskan pada orang bodoh dan gila!" balas Sonia mengibas rambutnya dan melangkah meninggalkan kubikel Helena.
"Ya,ya, setidaknya kami bukan pelacur!"
"Sialan!"
***
"Dek pulanglah lebih awal, kamu sudah lembur sejak kemarin!" kata Adam memperingati Helena untuk tidak lembur hari ini.
"Iya,"
"Jangan Cuma iya, tapi dilaksanakan. Kesehatan kamu itu no satu, jika terjadi hal buruk padamu, perusahaan tinggal mencari penggantimu, mengerti!" tegas Adam kepada Helena yang masih saja fokus pada layar komputer.
"Give me five minutes. Kak Delima minta data pengeluaran yang bermasalah secara terpisah," kata Helena memberitahu.
"Dia minta secara terpisah?"
"Iya,"
"Mungkin pak bos mau cek," kata Adam mengangguk paham. "Masih banyak?" tanya adam yang merujuk pada pekerjaan Helena.
"Enggak, udah mau selesai kok, tinggal di print dan selesai!" Jawab Helena enteng.
"Yasudah, saya mau beli kopi sebentar," pamit Adam melambai pada Helena.
Sesuai janji, Helena menyelesaikan pekerjaanya sebelum lima menit, dia menyatukan data tersebut dan klip binder yang berwarna hitam pada sudut kiri atas file yang sudah di print.
Helena segera membereskan barang barangnya, agar tidak perlu balik ke ruangan hanya untuk mengambil tas.
Setelah semuanya siap, Helena bergegas mengisi absen pulang, lalu melangkah menuju lift. Tidak perlu menunggu waktu yang lama, Helena tiba di depan ruangan Delima.
"Uh, kamu sangat gesit," puji Delima menutup mulutnya terkejut.
"Berkat tips yang kakak bilang waktu itu, aku jadi terbantu," jawab Helena sedikit terkekeh.
"Haha, kalau begitu saya antar ini ke ruangan pak bos ya!" kata Delima.
Helena mengangguk kemudian menjawab. "Iya, aku juga ingin segera pulang, beberapa hari ini selalu lembur," keluh Helena.
"Jaga kesehatanmu Helena, kesehatanmu yang utama," Nasehatnya.
"Pak Adam juga bilang begitu." Kekeh Helena. Senyum gadis itu sedikit lebih lebar hingga matanya hampir terpejam.
Sebenarnya Delima sangat suka dengan Helena, selain kepribadian yang menyenangkan, dia juga tipe pekerja keras dan bisa bekerja di bawah tekanan. Terlebih gadis itu sangat cepat memahami apa yang sedang diajarkan, pasti tidak akan sulit ketika ia mengajari mengenai sekretaris lebih detail.
Karena pekerjaan menjadi sekretaris bukan hanya perkara membacakan mengatur jadwal dan membacakanya, atau menerima dokumen atau menginputnya. Tugas sekretaris sangat besar dan rumit, itulah kenapa tidak sembarangan yang bisa menduduki pekerjaan itu.
Karena tugas mereka adalah menyokong sang pemimpin, bukan sekedar mendampingi apalagi sampai menjadi hiasan. tidak, peran mereka bahkan sangat penting.
Karena itu, Delima merasa Helena adalah orang yang tepat, karena nalurinya sebagai sekretaris selama 15 tahun berkata demikian. Bukankah firasat wanita adalah yang terbaik dari ramalan apapun?
"Aku pamit ya kak!" ucap Helena melambai.
"Iya, hati hatilah," Nasehat Delima lagi, kemudian balas melambai.
"Aku benar benar ingin merekrutnya langsung," Gumam delima melangkah masuk kedalam ruangan Sang Bos.
Beberapa saat di dalam ruangan tersebut, tiba tiba terdengar sebuah teriakan nyaring.
"Aghh!"
.
.
TBC