"Sialan!" makiku pada seorang pengedara motor yang hampir menyerempetku.
Jemarinya yang lentik bergerak lincah di layar ponselnya. Sementara matanya seperti memancarkan harapan. Akhirnya, harapannya yang muncul dan tenggelam berulang kali bisa terkabulkan. Dia bisa bertemu dengan Rian walaupun sebentar. Sepertinya itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali bukan? Meskipun rencana awalnya adalah Mereka pergi ke pasar malam bersama, namun Helena harus mengatakan secara langsung kepada Rian bahwa dirinya tidak bisa pergi bersama lelaki itu.
Degup jantungku semakin cepat saat aku tiba di depan meja resepsionis. "Saya keluarga dari Datria Winata, saya mendapatkan telpon beberapa menit yang lalu," ucapku cepat, dan berpacu dengan napasku akibat aku berlari dari halte yang berjarak sekitar 200 meter.
"Baik Pak, silahkan langsung kelantai dua, kamar melati ya pak, posisinya paling ujung."
