Kedua mata Nirmala mulai mengerjakan Lalu dia tidak Sadarkah diri dalam waktu beberapa jam. Dia menatap jam sudah pukul 05.00 sore. Dia melihat tubuhnya hanya tertutup sebuah selimut. Ia perlahan-lahan menengok ke samping. Dia melihat sosok pria dengan tubuh kekar dan dada bidang. Lalu dia pun berteriak dengan histeris. "Ahhh!"
"Ada apa sih?" Tanya Anton itu sedikit menggumam. Lalu menatap wajah Nirmala yang terlihat begitu sangat tegang.
"Kamu apa-apaan sih?" Protes Nirmala dengan rasa dongkol dan kesal. "Kamu habis ngapain aku?!"
"Melakukan sesuatu yang sudah sepatutnya menjadi hakku sebagai seorang suami." jawab Anton dengan nada yang cukup santai. Lalu dia mulai menutup kedua kelopak matanya kembali dan tangannya mulai merangkul tubuh Nirmala. Dengan sigap terlihat Nirmala langsung saja mengkibatkan tangan Anton dengan rasa kesal.
"Hey! Singkirkan tangan kamu itu! Aku nggak bisa nafas gara-gara tanganmu itu! "Nirmala terlihat marah-marah sambil menatap wajah Anton dengan kesal. Kedua kakinya berusaha untuk menendang Anton agar menjauh dari dia. Namun sayangnya pemberontakan kecilnya tidak membuahkan hasil. Anton semakin mengeratkan pelukannya ke dia.
Nirmala putus asa bahkan dia tidak dapat untuk melakukan pemberontakan kecilnya. Namun dia menggumam dan menggerutu dengan kesal. "Ya Tuhan, kenapa aku harus terjebak di dunia pararel ini?!" Dia menggerutu sambil melirik ke arah Anton. "Sial banget hidup aku!" Dia mendengus dengan sangat kesal sekali.
*
"Bagaimana Sayang, apa kan tanda-tanda Nirmala sudah ditemukan? "Tanya Mia sambil menatap kedua manik mata suaminya. Dia sangat khawatir sekali dengan kondisi putrinya sampai sekarang. Dia berharap jika ada sebuah kabar baik setiap harinya.
*
Di kamar terlihat Nirmala sedang mondar-mandir tidak jelas sama sekali. Dia berusaha untuk berpikir keras untuk keluar dari Masalahnya.
Nirmala merasa sangat kesal sekali dengan perilaku yang ditunjukkan oleh Anton. Dia ingin sekali kembali ke dunia tempat asalnya. Dia ingin segera untuk terlepaskan dari belenggu yang telah dilakukan oleh Anton.
Nirmala juga mencoba untuk menggunakan ponselnya tapi tidak ada sinyal sama sekali bahkan ponselnya sekarang sudah tidak berfungsi lagi. Dia tidak bisa menghubungi beberapa orang-orang terdekatnya bahwa dirinya telah baik-baik saja. "Apa yang harus aku lakukan agar bisa keluar dari dunia ini?" Dia mulai menggumam dalam hati kecilnya. Bahkan dia mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamarnya.
Mendadak terdengar suara tangisan bayi. Hingga membuat Nirmala cukup kesal sekali karena suara tangisan bayi itu terus saja mengusiknya. "Astaga kenapa anak itu nangis lagi?" Dia menggumam dalam hatinya dengan sangat kesal sekali. Dia berharap mimpi buruk itu segera berakhir. Tatapan kedua matanya terlihat begitu sangat jelas sekali. Bahwa dia ingin sekali untuk segera pergi dari dunia pararel tempat dia sekarang tinggal.
Kehidupan Nirmala di dunia pararel jungkir balik tidak seperti di dunia tempat asalnya. Dia merasa tidak betah sama sekali untuk tetap tinggal di dunia pararel meskipun dia tinggal di sebuah rumah mewah sekali.
Nirmala pun langsung menghampiri sebuah box bayi lalu dia segera untuk menggendong bayi laki-laki itu ke dalam dekapannya. Seketika bayi itu pun langsung saja terdiam dan tenang dalam pelukannya. Dia berharap jika semua ini akan segera berakhir.
Nirmala berusaha untuk mengontrol emosinya. Dia berusaha untuk melakukan segala cara agar bisa keluar dari rumah mewah itu dan terlepas dari belenggu Anton. Karena dia sama sekali belum merasakan pernikahan itu. Dia bahkan mengelak kalau dia bukanlah istri dari Anton dan ibu dari seorang bayi laki-laki yang telah digendong saat ini.
*
Anton mulai duduk di sebuah kursi singgasananya. Dia mulai mengecek beberapa laporan perusahaan tempat ia bekerja. Dia mulai memanggil salah satu asistennya untuk segera menyiapkan meeting bersama kliennya. Dia juga meminta agar seluruh karyawan didefinisi keuangan dan pemasaran segera untuk mengumpulkan laporan yang telah dia minta selama ini setiap tahunnya.
Satu jam kemudian ruangan meeting sudah siap. Anton segera untuk pergi ke sana bersama dengan asisten pribadinya. Dia adalah Diana. Seorang perempuan yang memiliki paras begitu sangat cantik sekali serta memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. Sebenarnya dia juga sudah mengincar Anton sejak dulu. Dia ingin sekali untuk memiliki Anton sebagai suaminya. Namun dia selalu saja mendapatkan penolakan dari Anton karena Anton sangat menyayangi istrinya.
"Bagaimana klien sudah kamu hubungi? "Tanya Anton sambil menatap wajah Diana yang terlihat berseri-seri.
"Klien sudah saya hubungi. Nanti sekitar pukul 02.00 siang mereka akan datang untuk melakukan meeting bersama dengan kita. Bapak Anton tidak usah khawatir untuk hal itu karena saya sudah mempersiapkan meeting tersebut dengan sangat sempurna. Bahkan saya juga sudah menagih beberapa laporan keuangan dan penjualan dari perusahaan kita kepada divisi keuangan dan penjualan." Jawab Diana sambil menatap wajah Anton lalu dia menyerahkan sebuah map yang berisi bahan presentasi. "Saya juga sudah mempelajari semua materi-materi dan sudah merapikannya ke dalam map berwarna biru ini. Saya juga sudah mempersiapkan materi untuk presentasi bersama dengan klien menggunakan PowerPoint. "
Pukul 02.00 siang. Anton segera keluar dari ruangan kerjanya. Lalu dia pun berhenti di depan meja kerja Diana. Lalu dia mulai berkata, "Buruan kita harus segera meeting hari ini. " tegasnya.
"Baik Pak Anton. Saya juga sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. " kata Diana.
Anton dan Diana mulai berjalan beriringan menuju ke ruangan meeting. Sementara Anton terlihat sedang memeriksa map materi yang telah diberikan oleh Diana.
"Baiklah semuanya sudah oke." Kata Anton sambil tersenyum. Lalu dia segera Untuk menghentikan kedua langkah kakinya di depan pintu ruangan meeting. Dia segera untuk membuka pintu tersebut dengan tangan kanannya lalu dia masuk ke dalamnya bersama-sama dengan Diana.
Kemudian Anton duduk di kursi singgasananya. Sementara Diana duduk di samping Anton. Mereka berdua sedang menunggu klien datang. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 siang.
Sepuluh menit kemudian klien pun datang. Lalu Anton dan Diana pun mulai menyambut Mereka. Kemudian Anton meminta untuk menghubungi beberapa divisi yang berkaitan dalam project yang akan mereka lakukan.
Lima orang kliennya pun datang secara bergerombolan. Mereka membawa masing-masing dua orang untuk melakukan presentasi di hadapan Anton. Karena Anton hanya memilih kerjasama bersama dengan klien yang memiliki kompeten dalam bidangnya.
*
Nirmala merasa sangat bosan sekali berada di dalam rumah kediaman Anton. Dia mulai berpikir untuk pergi ke taman kota sambil membawa bocah laki-laki itu. Karena dia tahu jika Anton sangat marah ketika dia akan meninggalkan bocah laki-laki itu yang jelas bukan putranya. Sebenarnya dia merasa sangat kesal sekali dengan peraturan-peraturan yang tidak jelas diberikan oleh Anton.
Kedua mata Nirmala terlihat begitu sangat merah. Lalu dia mulai mematikan jarinya untuk membuka pintu kamarnya. Hingga pintu kamar tersebut pun akhirnya terbuka. Dia menggendong bocah laki-laki itu sambil melangkahkan kedua kakinya keluar dari ruang kamarnya.
"Nyonya Nirmala mau ke mana? "Tanya seorang pelayan yang berpapasan dengan Nirmala.
"Mau keluar cari angin. "Kata Nirmala sedikit sewot. Lalu dia segera untuk mematikan jarinya hingga dia bisa berada di pintu keluar. Dia merasa sangat lega sekali bisa keluar dari rumah yang membelenggunya selama ini. Tapi dia harus berpikir keras agar bisa kembali ke dunianya dan berkumpul dengan keluarganya.