Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

deg!

Pandangan mereka bertemu... Damar mengedipkan mata agar dia kembali kealam sadar, sementara Kinanti mengulum senyum.

Kinanti mengingat pesan dari neneknya dulu, cara merebut hati seorang pria salah satunya dengan makanan.

"Perut yang kenyang akan mendatangkan cinta..." petuah neneknya

Hahaha... Kinanti terkadang terkekeh mendengar ucapan neneknya yang memang pandai masak dan selalu tidak membiarkan perut kakeknya diisi oleh masakan orang lain.

Sekarang, dia ingin mencoba tips ala neneknya, mengisi perut suami sampai tidak bisa melupakan masakannya dan menghasilkan cinta setelah itu.

"ada apa??" Damar terheran melihat Kinanti yang menatap dengan mata berbinar dan tersenyum sendiri.

Gadis itu menggeleng lalu menyuap sesendok nasi kemulutnya.

Yeah... cinta akan tumbuh seiring makanan yang masuk kedalam perut dan berubah jadi energi cinta.

Lagu-lagu bertema cinta pun seakan hilir mudik menemani makan siang mereka. Kinanti bahagia, dia bisa melupakan apapun asalkan bisa melihat Damar didekatnya.

Damar bisa bernafas lega setidaknya senyum Kinanti mewakili hatinya yang tidak rapuh. Ia hanya khawatir gosip miring, bisik-bisik warga kantor akan mempengaruhi istrinya.

akh! dia lupa, Kinanti adalah gadis mandiri, kemauannya sekuat baja. Dia tidak akan goyah.

Jauh didalam sana yang tidak diketahui Damar, Kinanti adalah gadis yang pintar menyimpan perasaannya sendiri.

Luka....

jika akan ada luka, dia akan taklukkan lalu di simpan dalam bilik hati terdalam hingga tak akan ada yang mampu untuk mengetahuinya.

Tak lama

Ting!

ponsel Damar berbunyi, sebuah pesan dari Miranda. Buru-buru Damar membacanya.

[mas .. maaf ya telat, aku sudah kirimkan makan siang mas, sama Kinanti juga sekalian... sebentar lagi mungkin sampe..]

Damar mengurut dahinya.

Tamatlah riwayatnya sekali ini.

"kenapa mas?" Kinanti bingung melihat ekspresi wajah yang tiba-tiba berubah.

Damar meringis... menunjukkan pesan singkat dari ratu pertama. Kinanti membelalak.

paket kotak makan siang??

.

Seorang sekretaris mengetuk pintu ruangan Kinanti, dia Nania.

"maaf Bu Kinan..." netranya mendapati Damar juga ada bersama Kinanti, "ada kiriman untuk pak Damar dan ibu..."

"terimakasih,,," Kinanti menyambut bingkisan yang dibawa oleh Nania.

Dua kotak makan pun datang..

astaghfirullah.

Mereka akan berubah jadi bola kalau begini terus. Miranda mengirimkan makanan yang cukup banyak.

[dihabiskan ya mas .... love you...] lanjutan pesan yang tak terbantahkan seperti mengandung makna 'aku tidak terima jika kotak makan siang ini masih bersisa!'

Kinanti ikut meringis.

Mba Miranda pasti tahu pagi-pagi sekali dia sudah sibuk memasak. Astaga.... pesaing handal yang tidak akan membiarkan lawannya menang dengan telak.

~gimana cinta untuknya bisa cepat datang,kalau ada cinta lain yang mengisi perut suamiku. ~gerutu Kinanti kesal.

dia pasti akan temukan cara lain!!!

Rule dalam kesepakatan harus ditambahkan lagi, agar mereka tidak bentrok seperti ini terus menerus.

Mirandaaaa... awas yaa!!!

---

Senja pun tiba.

Mobil yang dikendarai oleh Damar terparkir rapi di garasi. Langkah Kinanti gontai, dia sedikit mengantuk.

Wajah Miranda terlihat puas, ketika suaminya dan Kinanti pulang. Dia tahu, pasti sangat tersiksa harus menghabiskan makan siang yang banyak.

"capek ya mas...." Miranda melepaskan jas yang masih dikenakan Damar. pria itu tersenyum tipis, "mas bersih-bersih dulu gih,, aku udah siapin makan malam..."

"makannya nanti aja ya Mir.. mas masih kenyang..." Damar mengucapkan dengan penuh hati-hati takut istrinya tersinggung.

Benar saja, mimik wajah berseri itu tiba-tiba mendung.

"tadi Kinanti udah bawak bekal, jadi bekal dari kamu kami makan sebelum pulang..." Damar coba menjelaskan.

Miranda hanya diam.

"maaf ya ..."

"ya mas... ngga apa-apa.. salah aku juga yang ngga nanya lagi .."

"makasih ya .." Damar mengecup dahi wanita yang sedari tadi telah menunggu kepulangan nya.

Kinanti seperti angin saja, dia berdiri menyaksikan kemesraan dua orang didepannya.

Damar segera melangkah ke kamarnya dan Miranda untuk membersihkan diri. Kinanti terpaku. Seharusnya sang suami pergi ke kamarnya.

.

Dalam bilik kamar, Kinanti berusaha untuk tidak merasa sedih ataupun berkecil hati. Semua hanya masalah waktu, Damar belum terbiasa dengan kehadiran dirinya.

Ia menatap diri dicermin.

"kau hanya perlu bersabar Kinan..." gumamnya lalu melangkah ke kamar mandi, dia butuh air segar untuk menjernihkan pikiran.

.

Beberapa jam sudah berlalu sejak kepulangan mereka. Tidak ada tanda-tanda bahwa suaminya ingat bahwa malam ini jadwal mereka bersama.

Kinanti masuk kerumah utama, dia mencari Damar ke kamar Putri kecil, tetapi tidak ada, hanya ada suster Ana yang mempersiapkan keperluan putri kecil sebelum tidur.

"sus,, Amanda dimana??" tanya Kinanti pada suster Ana

"diruang main tadi Bu, sama bapak dan ibu Mira...."

"oke . diruang bermain ya... makasih ya sus.."

"iya Bu..."

Kinanti menyeret langkah keruang bermain putri kecil.

"hahhaha .. sekarang papa yang akan jadi singa .. Adek jadi Kelinci kecil yang ketakutan.... hauuummmmm" Damar mengejar putri kecil yang berlarian di ruang bermain.

"ayooo Adek... kita lari....!!!" Miranda menggendong tubuh mungil itu.

"haauuummmmm.... "

"lebih cepat dek ..!!!"

"hahahhahaha...."

Terdengar suara tawa dari tiga orang didalam sana. Kinanti mengintip dari balik kaca besar diruang itu .

Keluarga mereka memang tampak bahagia dan harmonis, posisinya yang berusaha berada diantara mereka memang tidak seharusnya.

Tapi dia punya satu alasan untuk memiliki seorang Damar. Semoga saja, kelak kesalahan nya akan dimaafkan.

Mata Kinanti berkaca. "maafkan aku mas..." lirihnya, pedar begitu terasa tatkala ia harus melihat Damar berulang kali memeluk tubuh istri lalu menciumi pipi kemerahan itu beberapa kali.

Sementara sejak mereka menikah, sampai detik ini, Damar tetap menjaga jarak dengannya. Dia masih belum tersentuh.

.

Kinanti menyeret langkah kembali kekamar. meletakkan piyama biru untuk suaminya diatas nakas, lalu ia duduk lesehan dekat sebuah meja. Mengeluarkan buku bersampul biru dengan hiasan bulu-bulu. Ia menarik nafas panjang mulai menulis disana.

.

Damar membuka pintu kamar perlahan, kalau tidak Miranda yang mengingatkan mungkin dia akan lupa bahwa malam ini dia harus tidur dikamar istri mudanya.

Terlihat kepala Kinanti yang terkulai diatas meja, rambut dengan warna kecoklatan berserakan diwajah cantik itu. Damar mengangkat tubuh Kinanti ke ranjang king size berlapis sprai polos berwarna hijau.

Sejenak ia pandangi kepolosan diwajah gadis yang terpulas, mungkin jiwanya sudah berkelana ketempat lain.

Berulang kali sukmanya berperang hebat, sungguh ia ingin memperlakukan Kinanti selayaknya istri. Tapi, batinnya belum siap untuk berbagi cinta.

Jemarinya mengelus lembut dahi istri muda. Hatinya didera rasa bersalah, bahkan meskipun berada dalam bilik yang sama, tidak terjadi apapun diantara mereka, Damar lebih memilih tidur di sofa.

deg!

Netranya menangkap piyama yang disiapkan Kinanti diatas nakas. Damar hendak beranjak, namun tangan lembut Kinanti menghalaunya.

"jangan pergi ....." sepasang mata itu masih terkatup namun lisannya terus mengucapkan sepenggal kata 'jangan pergi....'

Cukup lama Damar tidak melepaskan tangan lembut itu. Sampai ia bisa lolos dan tidur di sofa.