Masih di kediaman Jendral Kim, Alena sudah terbangun tepat pukul 05.30 pagi, segera dia menuju kamarnya Jenderal, untuk menyiapkan semuanya. Saat memasuki kamar sang Jenderal, Alena terkejut melihat Jenderal Kim tertidur di lantai, dengan tubuh yang langsing , dia segera berlari mengangkat sang Jenderal ke posisi semula yaitu ke tempat tidur dengan susah payah.
Namun saat baru saja menyentuh tubuhnya sang Jenderal, suhu tubuhnya Jenderal masih sangat panas dan belum turun suhu tubuhnya. Alena segera menidurkan Jenderal dengan susah payah memapah tubuh Jenderal Kim yang tinggi namun akhirnya bisa, walaupun sangat menguras tenaga, dan sepertinya Jenderal Kim sakit, baru saja ingin mengambil obat, tiba-tiba tangan Jenderal menahan tangan Alena.
"Akkhhhsss...Alena kau kah itu"dengan wajah pucat dan lemas
"Ya Jenderal ini aku, aku ingin mengambil obat dulu buat Jenderal dulu ya, dan memanggil Pak Choi, supaya Jenderal bisa dibawa ke dokter ya, atau panggil dokter pribadi Jenderal. Tubuh Jenderal sangat panas sekali".
"Hmm Alena jangan aku tidak perlu dokter, hal ini sudah biasa Alena, jikalau aku terlalu lelah, aku pasti akan jatuh sakit".
"Jenderal tetapi suhu tubuhmu sangat panas ini, aku tidak mau kalau sampai Jenderal sakit, negara masih membutuhkan Jenderal".
Dengan sekejap tangan kekar Jenderal menarik tangan Alena dan tak sengaja jatuh ke pelukan hangat sang Jenderal.
"Jenderal Kim, jangan seperti ini, lepaskan aku".
"Heiii...kenapa kau begitu kawatir akan diriku, hmm..jelaskan padaku, kalau sampai aku sakit dan tidak kunjung sembuh, bagaimana perasaanmu".
"Awww..lepaskan Jenderal, ya..aku biasa-biasa saja, siapa yang perduli, aku hanya bilang negara masih membutuhkan Jenderal".
"Heheeee..lihat wajahmu mulai memerah, kau pikir aku tidak tahu semalam kau datang diam - diam mengendap ke kamarku dan mengintipku, apakah aku sudah benar-benar tidur pulas".
"Ahh tidak..Jenderal salah lihat itu, aku ada di kamarku".
"Yakin kau tidak datang ke kamarku semalam, aku ada rekaman cctv yang kapan saja bisa aku lihat, masih juga tidak mau mengakuinya!"
"Hmm..ya aku akui , tetapi aku hanya ingin memastikan saja, karena Jenderal sempat mengigau".
"Hmm..kawatir ya, aku senang dikawatirkan oleh wanita muda yang unik sepertimu, walau terkadang cerewet seperti ayam berkokok".
"Jenderal aku mohon lepaskan pelukanmu, kita bukan sepasang kekasih"
"Ohhh jadi begitu ya, kalau kau dan aku sudah menjadi kekasih, aku boleh memelukmu seperti ini".
"Ahh..tidak, aku hanya ingin berpelukan dengan lelaki pilihanku".
"Ohh ya, memang ada lelaki yang menyukai wanita yang tidak disiplin sepertimu, tinggi juga pas - pasan, kau ini hanya cantik, tetapi bentuk tubuhmu sangat tanggung, berapa tinggimu".
"Sudah ahh Jenderal lepaskan aku, terus saja mengejekku, aku mohon lepaslah Jenderal, jangan sampai aku teriak ya".
"Hahaha...teriaklah, sampai kapanpun tidak akan ada yang menolongmu, kau tahu kenapa, kalau wanita yang sudah ada dalam pelukanku, tidak akan aku lepaskan, aku hanya ingin memelukmu saja, terima kasih kau sudah bersedia merawatku, walau aku tahu mungkin kau tidak nyaman di rumah ini, aku mohon jangan pernah pergi dariku ya".
"Apa maksudnnya Jenderal, sudah aku bilang lepaskan lama-lama aku sesak bernafas nanti".
"Hmm..baiklah aku lepaskan pelukannya, namun tetaplah di sini, ada yang ingin aku tanyakan padamu".
"Iya Jenderal mau bertanya apa, aku sembari mengambil obat ya".
"Iya.., tetapi sepertinya aku tidak berangkat bertugas dulu, aku kurang sehat".
"Ya sudah jangan dulu bertugas Jenderal, aku akan merawat Jenderal sampai pulih, ini diminum dulu obatnya, lalu kita ke dokter ya".
"Hmm..tidak perlu Alena, aku tidak apa-apa, kau duduklah di sebelahku, aku ingin bicara serius".
"Iya Jenderal bicaralah".
"Hmm...apakah kau sudah mempunyai kekasih, dan seperti apa lelaki impianmu itu, apakah harus dari kalangan pengusaha atau miliarder".
"Hmm untuk saat ini aku belum memikirkan pacar dulu Jenderal, aku mau fokus kuliah dokter dulu, impianku ingin menjadi dokter terbaik specialis bedah syaraf. Dan lelaki impianku tidak harus dari kalangan miliarder, tetapi yang terpenting, dia tidak pernah melukaiku, bisa menjaga perasaanku, dan tidak berlaku kasar padaku".
"Ohh seperti itu ya, tetapi andaikan saja ada lelaki yang sangat mencintaimu, tetapi terkadang dia suka marah, bagaimana!"
"Aku belum bisa menjawab apa-apa Jenderal, tetapi kalau dia suka marah mungkin ada alasannya, asalkan dia tidak kasar, dia tulus mencintaikku, aku akan mencintainya, karena disaat aku mencintai seseorang, nyawa pun akan aku berikan dan aku juga akan menjaga hatiku hanya untuknya".
Jenderal Kim lalu memegang tangan Alena dan menatap lembut wajah Alena yang terlihat sangat sempurna seperti malaikat.
"Aiisshhhhh...Jenderal mengapa menatapku seperti itu, sudah jangan dekat-dekat"
"Kenapa...takut ya denganku, takut aku gigit ya".
"Apaan sich ahh, Jenderal sudah aku mau ke dapur dulu, aku mau buatkan sup ayam untuk Jenderal".
"Ssstttt...sudahlah jangan kemana-mana, di sinilah dulu, aku sedang tidak selera makan, jadi kau tidak perlu memasak ya".
"Tidak...aku harus tetap memasak, Jenderal harus makan, kalau tidak bagaimana nanti kau akan sembuh".
"Hmm..kawatir lagi ya, aku sudah terbiasa makan terlambat, apabila sedang bertugas, aku suka telat makan bahkan suka lupa makan, itulah sebabnya aku jadi punya sakit lambung"
"Makannya Jenderal harus makan, jangan tidak makan".
"Aku hanya butuh pelukan, bukan makanan".
"Hadehhh..Jenderal aku bukan istrimu, aku hanya asistenmu di sini dan aku hanya istri kontrakmu".
Jenderal menarik tubuh alena lagi, kali ini memegang pinggangnya Alena, dan entah mengapa seperti ada magnet, Alena tak kuasa melepas pelukan Jenderal, hal yang tidak disangka-sangka, Alena memberanikan diri, menatap wajah Jenderal Kim dan membelai rambut sang Jenderal, dan memberikan kecupan lembut di kening Jenderal.
"Mmmuuuaaahhh""Alena mencium lembut kening sang Jenderal, hmm apakah ini sudah membuat Jenderal nyaman!
"Iyaah, dan sudah lama aku tidak memeluk erat seorang wanita, Alena aku ..menyukaimu, aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama".
"Jenderal kalau memang kehadiranku bisa membuatmu nyaman, aku akan selalu memberikan kenyamanan padamu, namun kalau untuk menjadi kekasih, aku belum siap, aku merasa tidak pantas saja menjadi kekasihmu".
"Mmuuaacchh"Jenderal mencium lembut bibir Alena, ceritalah kenapa kau merasa seperti itu, aku ini lelaki yang pakai logika aku tidak perduli dengan masa lalu wanita yang aku sayangi, kalau aku sudah nyaman , aku pasti akan menyayanginya, karena bagiku cinta tak bersyarat apapun".
"Benarkah seperti itu".
"Iya..aku mohon jangan tinggalkanku, aku sadar terkadang aku menyebalkan, tetapi dibalik itu semua, aku hanya ingin selalu dekat denganmu".
Lalu Alena memberanikan diri merebahkan Jenderal Kim lalu perlahan memegang kedua tangan sang Jenderal dan meletakkannya di atas kasur, Alena mencium lembut bibir Jenderal, lalu mereka saling bertukar saliva. Dan perlahan Alena dan Jenderal saling menanggalkan pakaian mereka.
"Hmm...aku sangat bahagia, bisa dicintai wanita muda sepertimu".
"Ya..tetapi masa laluku sempat kelam, aku pernah dijebak seorang teman, dan akhirnya aku terhanyut akan dunia malam, aku selalu merahasiakannya dari ayah dan ibu, karena pada saat itu, setelah aku mengenal pergaulan bebas, aku menjadi senang akan bercinta, sehingga menjadi candu bagiku".
"Waw ..lalu usia berapa pada saat kau mulai mengenal Pria dan mungkin kau sudah tidur dengannya?"
"Ya...aku sudah tidak memiliki kesucian dari umurku 16 tahun tepatnya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, tetapi aku hanya memberikan kepada lelaki yang benar-benar bisa membuat jantungku berdekup kencang".
"Ohh ya, berarti aku boleh mendapatkannya, aku merasakan detak jantungmu berpacu, hahaha ternyata aku salah menilaimu, kau ternyata tak selugu yang aku bayangkan, aku pikir kau wanita muda yang polos, ternyata sudah mengenal asmara dan masalah bercinta".
"Karena pergaulan yang salah, aku sudah rusak Jenderal".
"Heeii..sssttt sudahlah..jangan dibahas lagi, itu hanya masa lalu, sekarang pakai saja bajumu lagi, aku mulai sekarang yang akan menjagamu, namun jangan sekarang bercintanya, waktuku belum banyak untukmu, aku ingin saat bercinta denganmu, aku benar-benar punya waktu banyak,mmuuacchh"Jenderal mencium kening, hidung dan bibir sexy milik Alena.
"Baiklah Jenderal".
"Ingat mulai sekarang tubuhmu hanya boleh untukku, kau jaga baik-baik, aku mencintaimu Alena, aku tidak ingin kau pergi dariku, jangan tinggalkan aku ya, meskipun terkadang aku menyebalkan".
"Tergantung Jenderal Kim".
"Maksudmu tergantug bagaimana!"
"Kalau Jenderal terus menyakiti dan menyebalkan terus, aku akan pergi".
"Eiitsss...janganlah, wajar terkadang aku sedikit keras, aku ini didikan militer, aku akan berusaha menjadi yang terbaik bagimu. Ingat pesanku satu, jangan pernah pergi keluar dengan lelaki lain kecuali denganku. Aku ini tipe cemburuan, jangan membuatku marah ya, mulai sekarang jangan lagi membuka auratmu kepada lelaki lain, karena hanya aku yang berhak melihat semua keindahanmu".
"Ya siap Jenderal".
"Ya sudah masaklah, aku lapar".
"Hahaha..tadi katanya tidak lapar".
"Hehehee...gara-gara kita berciuman tadi sedikit mengurangi energiku. Hmm satu hal lagi, jangan pernah mengganti wangi parhummu ya, aku suka aromanya".
"Ya Jenderal, ya sudah lepaskan dulu pelukannya, aku mau masak".
"Hehehee...iya , kau sudah menjadi canduku, ya sudah masaklah yang enak ya".
"Baik Jenderal".