Dua jam berlalu, saat Alena baru saja ingin memejamkan matanya, terdengar suara sang Jenderal seperti sedang mengigau. Secara perlahan Alena beranjak dari tempat tidurnya, dan melangkah menuju kamar Jenderal.
Saat membuka pintu kamar benar saja, Jenderal Kim sedang mengigau, dan terlihat pucat sekali. Alena bergegas mendekat dan menyentuh kening Jenderal, ternyata suhu tubuh Jenderal sangat panas sekali. Alena lalu mengambil alat pengukur suhu, dan saat dicek terlihat suhu tubuh sang Jenderal sangat panas kisaran 40 derajat.
"Dari mana aku dapatkan uang sebesar itu"Jenderal mengigau.
"Jenderal Kim, bangun dulu, badan Jenderal sangat panas ini, minum obatnya dulu Jenderal".
"Akhhhh... Alena kepalaku pusing sekali, tolong obatnya".
"Ini ada dua obat yang satu buat panas dan sakit kepala".
"Hmm... Okay aku minum dulu".
"Jenderal sebenarnya ada apa, berat sekali sepertinya ya masalah mengurus negara".
"Aku tidak apa-apa, sudah kau rehatlah".
"Mana bisa aku rehat, baru ingin menutup mata, Jenderal mengigau keras sekali dan membahas masalah uang. Jenderal Kim, aku tahu mungkin aku ini tidak paham masalah negara, tetapi setidaknya Jenderal kalau ada beban pikiran jangan dipendam sendiri, mana tahu aku bisa membantu Jenderal".
"Yakin kau bisa membantuku?"
"Ya sebenarnya ada masalah apa, cerita saja Jenderal".
"Singkat cerita dana anggaran untuk bantuan logistik ke Ukraina yang sedang terkena dampak ledakan, dipakai oleh orang kepercayaanku, dana itu tidak sedikit belum lagi ditambah ada dana pribadiku. Aku tidak mungkin meminta dana anggaran lagi, dan juga tidak mungkin memakai dana tabunganku untuk menggantinya, karena ayah harus terus berobat".
"Hmm... lalu berapa yang Jenderal butuhkan, kebetulan aku punya simpanan tanah peninggalan kakekku, lumayan besar dan bersertifikat, jadi bisa kita gadai atau jual ke bank surat tanahnya".
"Jangan Alena biarkan saja ini urusanku, aku yang harus bertanggung jawab. Nilainya sekitar 42 juta Won. Biarkan saja nanti aku menjual mobil mewahku dan rumahku yang satu lagi".
"Jenderal ijinkan aku membantu, Tuan Ha sudah banyak membantu keluargaku, jadi sudah waktunya aku membalas budi. Kebetulan belum lama aku ditawarkan pinjaman dari bank, jumlahnya lumayan besar, dan sepertinya cukup untuk mengganti anggaran logistik yang Jenderal sebutkan tadi".
"Tetapi kalau menggadaikan surat tanah, itu akan memakan waktu. Lusa sudah harus mengirim logistik bantuannya".
"Tenang saja, aku mengenal orang banknya, karena dia sendiri yang mau membeli tanah itu, jadi tidak perlu kita gadai, lagi pula itu hanya kebun kosong, belum terpikir buatku untuk membuat usaha. Jadi Jenderal silahkan pakai dulu, kalau mau besok aku urus semuanya. Tetapi hutang-hutangku lunas juga ya, bagaimana deal ya".
"Okay hutangmu lunas, tetapi dana penjualan tanahmu, tetap aku ganti dengan cara mencicil ya, karena pantang buatku dibantu seorang wanita".
"Ya sudah terserah Jenderal Kim saja, sebentar aku telfon sahabatku dulu ya yang mau beli tanahnya".
"Okay".
Selang beberapa menit Alena menelfon temannya yang bekerja sebagai Manager Bank, dia kembali lagi ke kamar Jenderal.
"Hmm...okay dananya sudah dia transfer ke rekeningku, besok dananya bisa untuk membayar penggantian dana anggaran logistik yang sudah disalahgunakan untuk kebutuhan pribadi. Ya sudah tersenyumlah Jenderal, aku lebih suka Jenderal kalau sedang marah-marah, dari pada melihat Jenderal sedih seperti ini. Satu masalah terselesaikan, hmm sekarang Jenderal bisa istirahat dengan tenang ya, sudah jangan dipikirkan lagi".
"Okay terima kasih Alena, sekarang silahkan kau rehatlah. Ini sudah malam, nanti kau sakit. Aku sudah lebih baik sekarang".
"Siap laksanakan Jenderal".
Baru saja ingin keluar kamar Jenderal, Jenderal Kim memanggil Alena lagi.
"Alena tunggu dulu, tolong ambilkan headphoneku yang ada di atas lemari, aku ingin mendengarkan musik sejenak, tetapi kalau kau tidak bisa, ambil saja kursi dekat lemari pakaikanku itu, lalu naik dan ambilkan ya".
"Baik Jenderal".
Saat kedua kakinya Alena sudah menaiki kursi itu, tiba-tiba dia tak sengaja terjatuh karena salah satu kakinya terpeleset, dengan sigap Jenderal menangkap Alena, walau sebenarnya kondisi badannya masih panas dingin.
Dan mereka jatuh berdua ke bawah lantai, saling berpelukan. Jantung mereka saling berdetak kencang, kedua mata bertemu, bibir mereka hanya berjarak berapa mili saja, Jenderal dan Alena lumayan lama mematung diam seribu bahasa.
"Ooppss sorry ya Alena, aku tidak bermaksud kurang sopan padamu".
"Ahhh iya maafkan aku juga Jenderal, tadi terpeleset".
"Ya sudah kau rehatlah, biar aku saja yang mengambil headphonenya".
"Jenderal apa sudah merasa lebih baik keadaannya. Kalau masih pusing kita pergi ke dokter saja".
"Tidak perlu, aku sudah lebih baik, terima kasih, sekarang kau rehatlah".
"Siap Jenderal Kim".
Melihat Alena sudah keluar dari kamarnya, Jenderal menepuk dadanya.
" Hufttttt....hampir saja nyaris aku mencium Alena, ada apa aku ini, aku tidak boleh lemah karena wanita. Aku Jenderal Kim, harus mementingkan urusan negaraku. Wanita terkadang hanya bisa menjadi beban pikiranku, semenjak penghianatan itu, aku sudah malas dengan cinta, tetapi kenapa tadi jantungku berdekup kencang, dan aku merasakan Alena juga seperti itu, aahhh sudahlah jadi ngelantur omonganku".Ucap Jenderal Kim
Alena yang sudah berada di kamarnya lagi, dia pun mengingat kejadian malam ini, baru kali ini Alena merasakan pelukan seorang lelaki, entah mengapa Alena juga merasakan hal aneh saat berada di pelukan sang Jenderal yang terkadang menyebalkan itu.
"Aiisshhh...kenapa bisa terpeleset sich aku tadi, padahal aku tidak pakai sepatu hak tinggi. Jangan sampai aku jatuh cinta dengan Jenderal yang menjengkelkan itu, bisa mati berdiri kalau sampai aku menjadi kekasihnya, yang ada aku setiap hari pasti kena marah. Hadehhh... jujur sebenarnya kalau dilihat-lihat Jenderal Kim memang tampan, tetapi kalau sudah muncul amarahnya, sumpah jangankan melihat wajahnya, mendengar langkah sepatunya saja, aku sudah malas. Ahhh sudahlah kenapa aku jadi membahas Jenderal Kim, aku harus bisa sukses, dan aku harus mencari pacar yang bisa melindungiku dari Jenderal Kim. Mudah-mudahan saja dalam waktu dekat ini, atau saat aku kuliah nanti, aku sudah mempunyai pacar. Ya sudah berdoa saja, semoga aku bisa segera bebas dari rumah ini, dan menjalani kehidupanku seperti biasa"ucap Alena.
Akhirnya Alena pun tertidur, tak lama dia bermimpi, dia melihat Jenderal sedang terluka parah, Jenderal disekap dan banyak luka memar, namun saat Alena ingin menolong sang Jenderal, tiba-tiba dia melihat makam bertuliskan Kim.
Alena pun terbangun dengan napas terengah-engah. Dia berlari menuju kamar Jenderal, namun saat masuk ke kamar itu, Jenderal sudah tertidur dengan nyenyak.
"Ya Tuhan apa arti mimpi tadi, jujur walau terkadang menyebalkan, tetapi aku tidak pernah ingin Jenderal terluka sedikit pun, mulai sekarang aku akan terus menjaga Jenderal, dan apapun masalahnya aku akan menolongnya".Gumam Alena
Setelah melihat Jenderal sudah tertidur pulas, Alena kembali ke ke kamarnya lagi dan melanjutkan istirahatnya , karena besok dia harus bangun tepat waktu untuk menyiapkan segala keperluan Jenderal.