"Lova Tilotama Surendra," jawabnya. Yang terucap dari celah bibirnya terdengar begitu tegas, dia tidak punya keraguan sedikitpun. Bahkan pandangan matanya seakan ikut berbicara, bahwa nama yang baru saja disebut adalah pilihan terakhir yang tidak akan pernah bisa diganggu gugat oleh siapapun. Bahkan orang tuanya sekalipun.
"Dia adalah nama gadis yang ingin aku nikahi." Pritam meneruskan kalimatnya, dia sepertinya ingin semua yang dia katakan menjadi kenyataan. Semua yang diharapkan harus ada di depan matanya. Tidak peduli mau orang tuanya setuju atau tidak.
"Katakan apa kelebihannya?" tanyanya, menatap wajah sang putra yang terlihat begitu santai. Dia bahkan duduk dengan cara yang khas, ongkang-ongkang kaki seperti layaknya bos yang bertemu dengan karyawannya. "Dia anak pejabat? Atau dia anak konglomerat?"
"Kenapa aku harus mencari wanita yang seperti itu?" Pritam membantah. "Memangnya itu akan berpengaruh pada keluarga kita yang sudah kaya?"