"Mbak Lova!"
Suara itu menghentikan langkah kakinya, membuat pandangan yang menoleh ke arah sumber suara. Dari ujung sana, tempatnya dari tangga yang menjadi akses untuk pergi ke lantai tiga begitu juga dengan sebaliknya, seorang gadis turun dari sana dengan mengenakan pakaian yang begitu rapi.
Lova diam di tempatnya, tentu saja dia menunggu gadis itu untuk datang padanya sebab itulah yang diperkirakan olehnya tatkala melihat langkah kakinya mengarah padanya.
"Mbak Lova gak kerja?" tanyanya pada Lova. Dia berhenti tak jauh dari posisi lawan bicaranya itu berada.
Ekspresi wajahnya kembali lagi, setelah beberapa hari dia menemuinya dengan ekspresi wajah pucat bagaikan orang yang sedang sakit. Dia juga tidak murah senyum saat itu, bahkan membentak dirinya dan terkesan tidak acuh dengan semuanya. Tidak mau memperdulikan semua kebaikan yang dilakukan oleh Lova.
