"Ini adalah tempat main orang-orang seperti kami, Lova." Pemuda itu menyela kalimatnya, dia tersenyum miring pada Lova. "Orang-orang seperti kami dan anak-anak konglomerat selalu datang ke tempat ini hanya untuk menghabiskan uangnya, sedangkan kamu datang ke sini hanya untuk melihat?"
Dia tertawa kecil pada gadis yang hanya diam membisu sembari mengerutkan keningnya.
"Itulah sebabnya kamu tidak bisa mendekati kakakku, Lova. Jangan bermimpi untuk menjadi tuan putri dengan Pritam adalah pangerannya."
Mendengar kalimat itu tentu saja seperti layaknya hinaan untuk dirinya. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia benar-benar ingin mengumpati laki-laki yang ada di depannya.
Ranu memberi kode pada penjaga etalase untuk kembali memasukkan kalungnya, tentu saja dia juga tidak akan membelikan itu untuk Lova.
Sudah jelas bahwa kedatangannya kemari hanya untuk menghina gadis itu agar menjauh dari kakaknya.