Chereads / Unforgettable, You / Chapter 20 - 20 Dalam Mimpi

Chapter 20 - 20 Dalam Mimpi

Sampai malam Anya tidak sadar kalau dompetnya hilang karena dia membayar taksi dengan uang elektronik.

"Anya, ada tukang ojek nganterin paket," ucap mama sembari membuka pintu kamar. Anya menerima paket berbungkus kertas kado hello kitty itu kemudian membukanya. Mama beranjak dari kamar meninggalkan hanya sendiri.

Dia terkejut melihat dompet biru muda setelah membuang bungkus kertas kado ke lantai. Dia segera memeriksa kartu identitas dan kartu ATM. Semuanya lengkap, seingatnya masih ada uang sebanyak dua ratus ribu di dalam tapi kini sudah raib dan berganti selembar kertas bertuliskan "Anya, maaf uangnya aku pinjam buat beli popok dan susu buat anakku. - Cesa -"

Anya membacanya dengan geram, wanita itu tetap sama seperti masa SMA. Dia semakin lancang karena telah memakai uang Anya tanpa izin. Cukup, nominal itu ia gunakan untuk mengetahui watak teman lamanya. Apalagi Anya tidak sempat meminta kontak Cesa. Masalah uang bisa dicari, toh juga Cesa lebih membutuhkan tapi yang membuat kecewa adalah tingkah lancangnya. Anya harus sabar sampai gaji pertamanya datang.

Tanpa terasa sudah pukul sembilan malam, rasa kantuk tidak bisa ia tahan. Seumur hidupnya ia tidak pernah begadang. Namun saat dirinya hilang kesadaran maka di situlah halusinasinya dimulai.

\*\*

"Anya apa-apaan ini?" tanya pak Tommy sembari membuka pintu kamar Anya dengan kasar. Kabar memang menyebar secepat angin hingga fotonya berdua pak Jamal tersebar di grup pertemanan pak Tommy dengan sesama kalangan guru.

Anya terperanjat, masalah yang dianggap sudah selesai di sekolah ternyata bergulir lagi dan kembali panas kali ini di grup diluar kendalinya. Dia memperhatikan foto yang diperlihatkan papanya, pose foto yang sulit dijelaskan. Memang saat foto itu diambil ada pak Tommy di sana tapi mungkin saat dia ada di toilet kemudian pengambil foto pas sekali memotret kebersamaan antara Anya dan pak Jamal.

"Pa, masalah ini sudah selesai," ucap Anya. Pak Tommy antara marah dan malu tapi saat menyangkal tidak ada yang percaya padanya.

"Ini bisa sampai ke grup chat papa, bikin malu aja!"

"Aku nggak tahu, Pa!" sanggah Anya. Dia merasa semua itu bukan salahnya.

"Pa, Papa percaya Anya?" tanya Anya dengan tatapan memelas. Dia hanya seorang gadis polos yang terkena fitnah. Semua itu tidak sesuai dengan kenyataan. Sebuah foto tidak akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Papa percaya, Nak. Kamu itu pacaran aja nggak pernah, masa tiba-tiba mau sama guru?" tanya pak Tommy. Dia berpindah duduk ke tempat tidur Anya, mencoba mencari jalan keluar.

"Anya punya pacar?"

Ditanya begitu dia malah senyum-senyum sendiri, teringat akan Bobby yang tadi siang mengajaknya berpacaran. Tangannya menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Lah, malah senyum-senyum sendiri," balas pak Tommy sambil tertawa kecil.

"Namanya Bobby, rumahnya di Blok AA," jawab Anya.

"Blok AA bukannya golongan rumah mewah?" ucap pak Tommy.

"Iya, rumahnya di perumahan sini, Pa."

"Masalahnya dia mau nggak tunangan sama kamu?"

"Hah? Tunangan?" sambut Anya kaget. Dia hanya anak SMA yang baru mengiyakan permintaan pacaran dan malamnya langsung diminta tunangan.

"Iya, paling tidak ada foto dan cincin yang membuktikan kamu sudah ada calon. Untuk mengalihkan gosip yang ada karena pak Jamal punya istri dan anak.

"Aku panggil Bobby ke sini ya, Pa?" ucapnya dengan nada penuh harap.

"Boleh, sekarang masih jam tujuh."

Tak butuh waktu lama, begitu menerima chat dari Anya, Bobby segera datang bertamu. Dia mengenakan baju casual dan celana jeans. Dia datang menemui Anya dan pak Tommy di ruang tamu. Ia duduk sendiri di seberang sedangkan Anya duduk bersama pak Tommy.

"Nak Bobby apa kabar?"

"Baik, Om."

"Sejak kapan kalian pacaran?" tanya pak Tommy dengan tatapan tajam seakan tak rela anaknya punya orang lain yang disukai. Baginya, Anya tetap gadis kecil miliknya. Namun dari segi usia memang ia sudah memasuki usia puber sehingga sudah pantas untuk jatuh cinta. Dan pilihan ayah jatuh pada pria yang di depannya kali ini. Badannya tinggi tegap dengan kulit putih dan mata yang sipit. Pantas saja kalau hanya suka kalau fisiknya menarik seperti ini.

"Baru aja sih, Om. Itupun ngalir aja, nggak langsung kita resmikan pacaran," ujar Bobby yakin.

"Kita masih malu-malu, Pa," sela Anya.

"Kalau begitu resmikan," pinta pak Tommy. Bobby merespon dengan membelalakkan matanya.

"Resmikan gimana?" tanya Bobby. Dia langsung berpikir tentang nikah muda sementara dirinya belum bisa menjadi pemimpin rumah tangga. Gimana mau nikah, masih sering makan pas jam sekolah?

"Anya ini dapat gosip yang menjatuhkan jadinya fitnah maka harus direndam dengan berita pertunangan paling tidak fotonya karena saya tahu kamu belum siap," ujar pak Tommy. Dia paham kalau Bobby masih siswa SMK yang dia belum paham adalah Bobby anak orang kaya. Dia adalah anak pertama dari pemilik perumahan tempat mereka tinggal.

"Boleh saja, Om. Saya sudah cukup lama tahu tentang gosip nggak bener malah ujung-ujungnya jadi fitnah Dajjal," kelakar Bobby.

Dia mengangguk pasti, ia sudah tahu dengan gosip itu dan tak disangka mulai dari pura-pura pacaran sampai sekarang harus setidaknya ada foto tunangan untuk meredakan gosip yang ada.

"Masalah itu sudah diselesaika sama guru BK tapi ternyata bergulir lagi setelah foto itu sampai ke grup chat papa," Anya menjelaskan.

"Iya, seperti akun gosip lambe turah, satu kali posting bisa diperbanyak lalu tersebar," kata Bobby.

"Wah, update juga kamu sampai tahu akun seperti itu," ujar pak Tommy.

"Tontonan pas gabut, Om."

Mereka tertawa bersama karena tingkah Bobby memang konyol. Dia selalu mengeluarkan jokes yang tak terduga. Tak disangka kalau Bobby yang berpenampilan seperti itu adalah anak orang kaya. Menurutnya tidak penting terlihat kaya di penampilan yang penting ada uang banyak dalam dompetnya.

Begitu Anya membuka mata terlihat langit-langit kamar. Dia kembali berhalusinasi tentang masa remajanya. Mimpi itu kembali datang menggambarkan potongan kejadian saat dia masih remaja, ini sering terjadi bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi ke psikiater untuk mengobati yang jadi pikirannya selama ini. Kenapa setiap tertidur meski hanya istirahat siang beberapa menit bayang masa lalu itu selalu datang?

Tidak ada yang tahu bahkan Jenan yang sekarang menjadi calon suaminya. Dia menyimpan semua itu untuk dirinya sendiri tapi kalau sampai terjadi sesering ini dia harus menghubungi ahlinya. Kalau orang bilang dia tidak move on tapi dia merasa ini harus lebih dari sekedar move on. Hidup memang berlanjut tapi Bobby tidak terlupakan baginya. Terlebih saat setiap tidur mimpi itu selalu datang sejak kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya.