Chereads / Unforgettable, You / Chapter 10 - 10 Waktu Berdua

Chapter 10 - 10 Waktu Berdua

Pemandangan itu sungguh indah di matanya. Mendung tipis membuat hari semakin sendu. Terlihat di depan matanya, gedung bertingkat seolah menyentuh awan padahal jarak antara langit dengan bumi begitu jauhnya. Sangat cerdas manusia memiliki Karunia hingga bisa membangun gedung setinggi itu. Tidak ada yang terjadi dalam ruang bianglala kecuali Anya yang terkagum dengan pemandangan di depan matanya sedangkan Bobby malah menikmati pemandangan ciptaan Tuhan di sebelahnya.

"Bob," Anya menoleh. Dia langsung sadar kalau Bobby sedang memandangi dirinya dengan tatapan lembut.

"I-iya?" ucap Bobby salah tingkah. Dia menggaruk kepalanya meski tidak terasa gatal. Bibirnya menyunggingkan senyum malu. Terasa kalau jantung mereka berdegup kencang secara tiba-tiba. Entah apa maksudnya yang jelas saat ini mereka hanya berdua dalam ruangan yang berputar. Ada banyak kesempatan untuk kontak fisik tapi Bobby bukan pria yang suka memanfaatkan kesempatan.

"Makasih, ya. Aku kira trauma nggak bisa hilang tapi ternyata aku bisa menghadapi semuanya. Kalau saja kamu nggak ngajak aku ke sini mungkin aku selamanya akan takut sama bianglala," ucap Anya hingga membuat wajah Bobby memerah seperti kepiting rebus.

"Padahal aku nggak tahu apa-apa tentang kamu kita aja baru kenal," kata Bobby.

"Semua berawal dari nggak kenal tapi lama-lama akan jadi kenal buktinya sekarang kamu sudah tahu kelemahanku adalah Bianglala tapi karena kamu aja ke sini aku jadi nggak selemah itu," kata Anya.

Tangan mobil lancang, dia segera menggenggam jemari Anya dengan erat seolah menandakan bahwa dia memang selalu ada untuk Anya.

Hati tak bisa dibohongi, mereka sedang dilanda kemesraan yang manis sesuai usia puber mereka. Tidak ada yang berlebihan, mereka saling senyum dan menunjukkan bahwa mereka saling jatuh cinta. Benih cinta sudah mulai bermunculan di hati masing-masing. Tak disangka secepat ini padahal perjalanan mereka masih panjang sehingga banyak waktu untuk jatuh cinta lebih dalam. Namun waktu tak mungkin disia-siakan. Kebersamaan mereka sebagai sepasang remaja dalam film dengan musik latar lagu favorit masing-masing.

Sudah tiga putaran dan sementara lagi bianglala akan selesai. Anya sangat berterima kasih pada Bu Upi karena hanya perlu satu kali putaran naik Bianglala untuk menyembuhkan traumanya.

"Makasih banyak, kamu memang dikirim Tuhan untuk menyembuhkan trauma," kata Anya begitu keluar dari bianglala. Tangannya masih bergandengan dengan Bobby. Mereka nampak begitu manis. Anya sedikit malu-malu, dia baru pertama kali merasakan sesuatu yang berbeda dengan lawan jenis makanya rumor merebut suami orang apalagi guru sendiri terdengar sangat konyol.

Pura-pura jadi pacar Bobby ternyata ampuh untuk menepis rumor yang ada. Namun semua gerak-gerik Anya memang selalu jadi perbincangan terlebih dia jadi pacar murid SMK 21 yang terkenal sangar dan barbar.

"Aku selalu jadi bulan-bulanan, Kak. Mungkin aku napas aja jadi omongan anak sekelas," curhat Anya.

"Namanya juga orang cantik pasti ada aja yang iri," kata Bobby. Memang benar, kecantikan Anya tak bisa dipungkiri. Raut wajahnya yang menyenangkan seketika mampu membuat orang bertanya-tanya. Kenapa Anya punya wajah secantik itu?

"Biasa aja, Kak. Secantik apapun kalau tua pasti keriput," sanggah Anya.

"Masih lama kali," kata Bobby.

Kencan itu berlanjut. Mereka naik komedi putar. Anya dan Bobby naik kuda bersebelahan. Masih mulai berputar, Anya menyunggingkan senyum bahagia, Bobby mengulurkan tangan lalu disambut oleh Anya. Keduanya saling bertatapan. Ada binar indah yang terjalin.

Kehadiran Anya membuat Bobby sadar kalau tak perlu ke surga untuk bertemu dengan bidadari. Cukup menikmati pemandangan yang ada di depan mata.

Sudah dua putaran, waktunya mereka turun dari wahana. Masih banyak wahana lain yang harus dicoba. Perut mereka sudah terisi sejak pagi sehingga bebas naik wahana manapun. Sungguh hari yang menyenangkan.

Sementara itu di waktu yang sama, Nindya datang ke rumah Bobby.

"Tan, biar saya tunggu Bobby sampai pulang."

"Takutnya lama karena dia pergi ke Dufan," tolak mama Bobby.

"Saya ada yang perlu disampaikan terkait sertifikat PKL," dustanya agar mendapat izin. Dia sedikit memaksa agar dapat kesempatan untuk bisa bicara empat mata.

"Baiklah, nanti kalau terlalu lama, kamu bisa pamit pulang," tegas mama Bobby.

"Baik, Tante."

Mama Bobby kembali ke dalam sementara Nindya menunggu di teras. Saat ini muncul rasa sesal dalam hatinya setelah mendepak Bobby dari sisinya demi rasa sesaat pada adik kelas.

Nindya ingin kembali saat Bobby sudah mulai ada perasaan pada Anya.

Tak dapat dipungkiri gelak tawa Anya begitu menyenangkan. Bobby ikut tertawa menyambutnya. Dunia seakan milik mereka berdua.

"Es krim?" tawar Bobby.

"Yang dilapisi coklat, ya?" pinta Anya.

"Terserah Tuan Putri," rayu Bobby sampai Anya tersipu dibuatnya. Tak lama Bobby kembali dengan dua es krim di tangannya.

Anya langsung menerima lalu mengigit puncak es krim.

"Buset, nggak sakit giginya?" tanya Bobby.

"Udah kebal," sahut Anya.

"Kita makan es krim lalu ke istana boneka, nggak takut kan?" tanya Bobby mengingat banyak yang takut dengan ekspresi boneka yang datar.

"Nggak, kalau istana boneka masih aman."

Mereka mengantri di depan wahana, begitu sudah masuk ke perahu, Anya memandangi boneka dengan ekspresi kagum. Lagu dunia fantasi membuatnya merasa damai seperti di negeri dongeng.

"Aku pernah bermimpi jadi kesatria di negeri dongeng seperti Alice in Wonderland," kata Anya.

"Wah, Biasanya cewek kayak kamu malah pengen jadi princess," sambut Bobby.

"Aku nggak mau diam dan menunggu keajaiban, aku harus menjemputnya dan mendapat apa yang diinginkan dengan usahaku sendiri."

"Aku kira kamu manja seperti princess," tebak Bobby berdasarkan raut wajah Anya yang imut.

"Kadang aku manja tapi aku tahu diri pada siapa aku harus manja," kata Anya.

"Kalau sama aku?" goda Bobby.

"Manja dikit, boleh?"

"Banyak juga nggak apa-apa," kata Bobby.

Mereka saling berpegangan tangan, semua terjadi begitu saja. Ini baru pertama kali bagi Anya sedangkan bagi bobby ini adalah yang kedua karena Nindya sudah mendapat tempat di posisi pertama dari hati Bobby. Bukan salah jodoh jika Nindya lebih dulu hadir di hati Bobby tapi yang pertama belum tentu jadi yang terakhir. Namun terlalu cepat menyimpulkan jika Anya hanya untuk Bobby. Perjalanan masih panjang karena mereka masih sangat muda. Nikmati saja semua cerita karena waktu memang tidak bisa diulang lagi.

Sudah pukul dua siang, Nindya masih setia menunggu. Mama Bobby Sampai menawarkan makan siang sekaligus heran apa yang ingin disampaikan sehingga Gadis itu rela menunggu begitu lama. Mama Bobby merasa kalau yang disampaikan bukan lantaran kegiatan sekolah melainkan masalah hati. Mengingat anaknya punya sifat "buaya" dalam melontarkan rayuan.

"Nak, ayo makan dulu."

Nindya hanya bisa tersenyum sungkan, rasa lapar tak bisa dihindari.