Ruangan utama di dalam penthouse itu saat ini sudah tak lagi sepi. Kehadiran delapan wajah baru tampak memenuhi ruang meeting. Ray masih hanya diam, matanya terus memindai pada mereka yang duduk di sekitarnya, di sekeliling meja besar dengan berbagai sikap.
Sebagian wajah, yang ia kenal, menampakkan ekspresi penuh kebencian yang tak tertutupi, sementara wajah-wajah baru disana, tampak memandanginya dengan berbagai campuran rasa takjub, penasaran dan banyak lainnya.
"Bagus juga kau ingat kalau kau masih punya saudara di dunia ini, Boy. Apa kau menunggu kami semua mati dulu sebelum akhirnya muncul seperti ini? Apa, mau meningkatkan efek dramatis seperti biasanya? Biar kami memohon-mohon padamu supaya menyelamatkan keadaan seperti yang biasanya kau suka? Bajingan tak punya hati! Entah kenapa Tuhan masih menjaga setan seperti kau tetap sehat dan bernafas seperti sekarang!!!" geram sosok berbadan kekar yang duduk di ujung meja, berseberangan dengan Ray.
Tapi Ray cuma tersenyum kecil mendengar cercaan ini dan mengacuhkannya. Datang dari orang ini, kurang lebih artinya hanya akan sama dengan, 'selamat datang kembali, saudaraku. Senang kau masih hidup sampai saat ini.'
Kithul, penderita scizoprenia akut yang menjurus ke arah gejala Multiple Personality Disorder ini tak berubah terlalu banyak dari sosok gila yang ada dalam ingatannya.
Sangat kejam dan memiliki imajinasi yang sangat kreatif ketika harus menimbulkan rasa sakit pada lawan-lawannya, namun setia tanpa tanding dan dukungan terbaik bagi mereka yang ia anggap kawan. Tiga tahun lebih tua dari Ray, baik dari segi umur ataupun senioritas dalam organisasi.
Pria bertubuh kekar dengan kulit putih inilah cikal bakal awal team mercenary, yang dikembangkan dari segerombolan bocah tukang berkelahi yang dulunya di kenal sebagai geng Night Boys, geng bocah yang ditakuti dan menguasai banyak daerah di kota Gudeg ini.
Memiliki rekor berkelahi tanpa pernah kalah, atau minimal tak membiarkan musuhnya bisa membanggakan telah pernah mengalahkannya dalam perkelahian dan terkenal karena kebiasaannya meminta kenang-kenangan dari setiap lawan yang ia kalahkan dalam bentuk satu ruas jari kelingking. Hal yang menurutnya bukanlah sebuah siksaan sama sekali.
Menurutnya, dengan memenggal 1 ruas itu, Kithul merasa kalau dia membantu lawan-lawannya dengan apa yang ia lakukan.
Ia akan selalu berkata, "Jari kelingking itu sesuatu yang melambangkan rasa inferior, kecil, lemah dan tak berguna. Ketika aku menghilangkan itu, bukankah berarti aku menghilangkan kelemahan orang-orang ini?"
Berasal dari orang gila, maka tak perlu menyangkal pendapat itu sama sekali. Dan tentu saja, menjadikan pria itu sebagai sosok yang sama sekali tak boleh dipilih sebagai lawan jika masih menginginkan jari tangan yang lengkap.
Cuma Ray satu-satunya manusia yang pernah mengalahkannya dan hidup sampai saat ini.
Tapi terlepas dari sifat kejam dan mentalnya yang terganggu, pria ini selalu menganggap integritas dan kesetiaan sebagai udara untuk bernafas, air untuk diminum dan makanan untuk membuatnya tetap hidup. Ia akan memilih mati berkali-kali sebelum melanggar salah satunya.
"Abang, tak boleh bicara sekasar itu. Bang Ray nggak seperti itu. Dia sudah..."
"Diam kamu, Drama queen tolol!" sentak Kithul pada sosok wanita cantik berambut panjang yang duduk 3 kursi darinya.
"Jaga mulut dan kelakuanmu pada jalurnya, Thul. Aku terlalu capek saat ini, dan sedang malas berbicara dengan orang gila sepertimu!" dengus wanita itu sambil mencibirkan bibirnya yang indah.
Ehm, gadis salah jalan ini sekarang jadi wanita cantik, desah batin Ray.
Penceng, wanita ini adalah salah satu dari tiga serangkai dedengkot Night Boys.
Tapi meski wanita, tak banyak orang yang mau berurusan dengannya. Setahun lebih muda dari Ray, tapi hampir seluruh hidupnya, ia tinggal dengan Bapak, yang memungut dan membesarkannya bagai anaknya sendiri.
Penceng mendapatkan nama julukannya dengan jalan yang akan membuat orang mundur teratur dan beranjak sejauh mungkin darinya. Tak ada yang bisa memperkirakan kapan wanita itu akan meledak dan berubah menjadi sosok keji, yang suka meninggalkan luka di tempat-tempat yang terlihat pada tubuh orang-orang yang kebetulan menyinggungnya. Apalagi ketika kemudian ia mendapatkan pendidikan lanjutan di sekolah tinggi ilmu kedokteran, yang memberinya pengetahuan tentang beragam cara membuat luka yang tampak mengerikan tanpa membahayakan nyawa korban-korbannya. Harimau ganas itu seakan mendapatkan empat set sayap tambahan, dan membuat musuh-musuh organisasi benar-benar menghilangkan keinginan untuk menyinggungnya sama sekali. Berurusan dengan wanita ini sama dengan merayu masa depan suram dan tak ada yang menginginkan hal itu. Itulah yang membuat gadis setinggi nyaris 175 cm dengan badan menggoda dan wajah tanpa dosa ini mendapatkan namanya, Penceng, alias miring...
Hati Ray menghangat ketika melihat wajah-wajah ini. Selain Destiny, dua orang inilah yang paling ia rindukan dari dunia ini. Masa yang pernah mereka lewati bersama meninggalkan bekas yang dalam, membentuk karakter Ray hingga menjadikannya setangguh baja seperti hari ini.
Tapi ketika ia mengingat bagaimana Tujuh dan Delapan tak lagi duduk di antara mereka saat ini, amarah mulai membara dalam hatinya. Meski ia tak terlalu mengenal mereka berdua, team 10 adalah bayi yang ia besarkan sendiri...
"Let's just cut the shit out." dengus Ray kaku.
Ruangan yang sebelumnya ramai oleh perdebatan kedua mahluk ajaib yang tak pernah mau saling mengalah itu langsung hening ketika wajah-wajah itu mulai menyala penuh antisipasi.
"Aku sudah berjanji pada Bapak di hari aku menerima konsekuensi atas keinginanku untuk pergi, untuk tak lagi ikut campur dalam organisasi. Aku hanya disini karena ada yang ingin berurusan dan melukai saudara-saudaraku. Jadi hilangkan pemikiran kalau aku kembali dalam pikiranmu." kata Ray tenang, yang segera memadamkan cahaya harapan yang sejenak muncul di wajah-wajah penuh antisipasi itu, khususnya di wajah-wajah baru yang turut hadir disana. Sementara Destiny, Kithul, Penceng dan bahkan Jack, sama sekali tak terpengaruh sedikitpun.
Ketika SD sudah menduduki kursi itu, selamanya ia akan menjadi sosoknya yang dulu. Smiling Demon yang sama, yang akan menuntut harga darah untuk semuanya, dan itu sudah cukup bagi mereka.
Mendapati reaksi yang ia harapkan cuma muncul dari wajah-wajah baru, mau tak mau Ray mendesah dalam hati. Mereka terlalu mengenalnya. Bahkan ia sendiri tak akan berani bilang kalau ia akan bisa menjaga dirinya tetap tak terlibat...
"Ceritakan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku mau tahu apa yang membuat semua hal ini terjadi. Hindari detail informasi tentang organisasi dan pergerakannya. Just tell me about Rafa!"
**********
Turun dari bis kota dengan diiringi pandangan tak rela dari banyak penumpang bis yang sudah terlanjur menganggap Ray sebagai serigala besar yang jahat, bahkan ketika Nadia sendiri sudah menjelaskan dan meluruskan kesalahpahaman itu, benar-benar membuat Ray mengeluarkan keringat dingin. Konsentrasi kebencian yang semuanya tertumpah pada Ray, membuatnya merasa perlu untuk menimbang ulang kekuatan persatuan ibu-ibu dan penumpang bis yang kebanyakan wanita ini. Pemuda itu hanya bisa terus menunduk ketika beragam nasehat untuk Nadia dan ancaman untuknya beterbangan dari mereka, bahkan ketika bis sudah berjalan.
"Awas ya, kalau sampai Mbak Nadia nangis lagi, tak tetaki (kusunati) sampai habis!"
"Mbak Nadia, nanti kalau anak nakal itu mengganggumu lagi, bilang sama Ibu. Biar Ibu yang hukum."
"Kamu itu beruntung, Mbak Nadia yang cantik itu mau sama kamu. Jagain baik-baik!"
Tak mampu berkata, Ray cuma bisa mengangguk-angguk, sementara Nadia terus tersenyum dengan wajah memerah, separuh malu dan separuh senang ketika bis kota yang ternyata membawa mereka jauh ke pinggir selatan kota itu berlalu dari pandangan.
Sebenarnya, apa yang ada di depan mata Ray saat ini sangatlah indah.
Melihat gadis itu tertawa lepas ketika bercanda dengan ibu-ibu dan banyak kenalan baru yang ia dapatkan secara tak sengaja itu sungguh terasa menyegarkan. Meski enggan mengakui, Ray yakin kalau saja kondisinya berbeda, mungkin ia akan menjadi salah satu anggota fans garis keras gadis ini juga.
"Bear tahu kita sekarang ada dimana?"
Tersentak dari lamunan indahnya, Ray tertawa kecil tanpa mampu ia tahan.
"Ini ujung paling selatan kota kita, Nad. Bukannya tadi kau sudah tanya sama Mama barumu?"
Nadia terkikik mendengar jawaban Ray. Memang ada satu ibu yang terus meminta gadis itu untuk jadi menantunya saja, dan ketika Nadia terus menolak, akhirnya ganti meminta gadis jadi anak perempuannya saja.
"Jahat ih. Nad nggak tanya. Takutnya kalau tanya, jadi ketahuan kalau Nad nggak ngerti jalan. Bayangin kalau terus maksa Nad ikut pulang ke rumah dia?"
Sekarang ganti Ray yang terbahak-bahak. Mimik wajah dan cara Nadia menggambarkan wanita tadi terlihat sedemikian polos, yang membuat Ray sedikit banyak makin sulit menahan rasa tertarik pada gadis ini. Terlepas dari semuanya, Nadia memang terlalu mempesona.
"Ehm, kamu suka Mie Ayam nggak, Nad? Kamu pasti lapar. Kan tadi belum jadi makan ya?" tanya Ray sambil terus berusaha menahan diri untuk tak mengagumi wajah cantik gadis itu.
"Suka! Ayo, Bear. Emang Bear tahu tempat ini ya?"
"Rumah kawanku ada di belakang pasar itu." jawab Ray tanpa menjelaskan apapun. Reflek, ia menggandeng tangan Nadia dan menyeberangi jalan antar provinsi yang lumayan ramai itu untuk menuju ke sebuah warung yang ramai pemgunjung.
Sementara Nadia, yang sebelumnya kaget ketika menyadari tangannya di genggam oleh pujaan hatinya, segera mengikuti langkah Ray. Dan ketika ia merasa kalau pemuda itu hendak melepaskan tangannya setelah mereka menyeberangi jalan, ia segera menggamitnya, tak mengijinkan genggaman tangan Ray terlepas darinya.
Tanpa mampu melakukan apapun, Ray cuma bisa tersenyum lemah. Pikirannya terus berkecamuk.
Rangkaian kejadian hari ini benar-benar tak terduga, meski mungkin jika ada guru yang mengetahui kalau ia sudah menyebabkan siswi favorit mereka nglayap di jam sekolah begini, mungkin mereka akan tetap nekat memberikan hukuman, apapun resikonya. Belum lagi masalah-maaalah seperti kemarahan para fans gadis ini,
Tapi akhirnya ia cuma bisa mendesah dalam hati. Tak ada gunanya dipikirkan sekarang. Ia cuma akan beradaptasi saja kedepannya.