Chereads / I'm Yours (perjuangan cinta) / Chapter 32 - 32 Regas Menclaim Eli

Chapter 32 - 32 Regas Menclaim Eli

Selesai pernikahan, Regas tarik tangan Eli menuju kolam renang. Apalagi respon Eli, tentu looked Regas jengah. Mata melotot tajam. Kalau bukan sebab Regas mengancam, sudah Eli serang pusaka Regas biar tidak melakukan apapun.

Kena fisik luar dalam.

Di hari pernikahan, bukannya dekat Talie, Regas malah menarik perempuan lain.

Salah. Eli harus menghentikan kegilaan Regas.

"Kau sudah menikah, temui Talie."

"Kau pikir kami bodoh?"

Eli terdiam. Dalam pikirannya, Regas dan Taile membuat perjanjian. Sebuah persetujuan pernikahan.

"Ini pernikahan bisnis, tak masalah di dalamnya mengandung unsur bisnis pula. Anak baru menetas itu sudah punya pacar matang. Sejauh mana hubungan mereka, aku tak peduli. Aku tak mau dapat barang bekas."

Sengaja Regas tekan kalimat barang bekas, seolah menyinggung Eli soal status. Eli barang bekas pakai Regas.

Sejenak Eli termenung, berselang beberapa detik kemudian, Eli tatap lurus Regas. Sassy mode on. Eli don't care.

"Oke. Tidak ada hubungannya denganku Regas. Terserah kalian, mau menikah sungguhan atau di atas perjanjian, aku tak peduli."

"Hey, jaga mulut kamu."

Eli senyum miring, smirk mematikan. Sejenak Regas terdiam, ia tatap lurus Eli. Agak kaget lihat senyum Eli. Eli punya duality mematikan. Eli tak berkutik saat Regas menarik pinggangnya. Bukan pelukan, Regas mengarahkan Eli ke kolam. Posisi Eli di pelukan Regas. Sedikit Regas bergerak, salah satu dari mereka jatuh ke kolam.

"Kau tidak bisa berenang."

Eli tersenyum miris. "Kau ingin membunuhku?"

Regas menggeleng. "Tidak." Pandangan Regas turun ke perut Eli. "Dalam tubuhmu ada benihku, mana mungkin aku membunuhmu."

"Regas." suara Eli melemah. Takut.

Pegangan Eli ke jas tuxedo Regas kuat. Eli takut. Tak Eli tampik, kenangan saat masih kecil hampir mati tenggelam menghantui pikiran. Otak Eli seketika beku. Eli takut.

"Melihat keakraban Ara dan Demian. Aku yakin dia melakukan sesuatu. Sebelum ini mereka tak pernah kenal. Kau menyuruh Ara, adikku melakukan hal aneh-aneh, kau memanfaatkannya?"

"Tidak."

"Benarkah?"

Pegangan Regas melonggar. Hanya Eli yang harus kaut-kuat pegang lelaki itu. "Regas." suara Eli menusuk. "Aku akan pergi, jangan siksa aku begini."

"Oke, aku terima ucapanmu. Sekarang hal yang lebih penting. Kau tahu kesalahan yang lebih fatal?"

Dahi Eli saling berkerutan.

"Apa?"

Regas gemas. Tanpa sadar ia senyum. Wajah alami khas orang takut, Regas terhibur. Saat Eli takut, Regas selalu terhibur. Sebelah tangan Regas tak lagi menahan tubuh Eli. Tangan tersebut Regas pakai usap perlahan wajah Eli, tak ingin jatuh, harus Eli yang berpegang kaut-kuat ke Regas.

"Jangan banyak gerak sayang, tubuhmu tidak seringan yang kau pikir."

"Regas!"

Kesabaran Eli habis. Regas lebih tak sabar. Regas marah. "Kau dekat Azka. Kau mau mengulang kejadian di masa lalu? Uncle Radit dan Dad memperebutkan Mom. Harus aku dan Azka ulangi?"

"You crazy." Eli hendak berontak. Ia tak sanggup. Regas menggila.

"Kalian."

Eli kaget, tiba-tiba muncul seseorang. Begitu pula Regas. Eli bergerak sedikit untuk memastikan, fokus terpecah, alhasil keduanya terjatuh.

Byurr.

Eli pasrah, jika itu akhir hidupnya, Eli dengan senang hati berucap selamat tinggal. Eli habis, Eli tak peduli, toh ia pantas. Perempuan tak punya harga diri, Eli pantas mati. Tak ada yang lebih gila dari Eli. Tindakan ekstrem.

Di ambang batas, bisa Eli rasakan tubuhnya ditarik. Eli masih sadar. Ia pun masih sempat berucap dengan dirinya, meski dalam hati.

"Syukurlah, aku tidak mati." Eli bergumam.

"Hah."

Banyak-banyak Eli hirup oksigen guna kebutuhan pasokan paru-paru. Dapat Eli lihat Talie mengamati mereka. Posisi khas orang angkuh. Tangan melipat di dada. Sifat menyebalkan perempuan itu tak ada duanya.

Sampai daratan Eli dibantu Regas. "Kau tak apa-apa. kita ke rumah sakit."

Eli membuang wajah sekaligus menjauh saat Regas hendak mengangkat tubuhnya. Pergerakan Regas terhenti.

"Ck, ck, ck. Ini yang katamu pacar? Dia bahkan enggan menatap wajahmu." Suara kekehan terdengar. Talie menghina.

Tatapan datar Eli berubah tajam. Cara Eli lihat Taile seolah perempun itu musuh. Mau di kehidupan apapun, Talie tetap musuh.

"Tutup mulutmu Natalie Davidson Medika. Kau tak berhak ikut campur."

Dapat tatapan tajam, Taile kicep. Tak Talie tampik, ia sedikit takut. Eli menguar aura gelap.

"Ups, sorry." Talie menutup mulut. "Nikmati waktu kalian. Maaf aku menganggu sebentar. Tak masalah." Tangan Nata diayunkan. Membuat gerakan tak usah khawatir. "Tak apa-apa, cukup nyaman dengan diri sendiri. Hidup tak sangat buruk. Aku bukan niat ganggu, lho."

"Pergi Talie, sebelum kesabaranku habis." Rahang tegas menggerutuk. Gigi saling bergesek.

Eli kalut, Regas bisa sangat tega. Tak jarang main tangan. Harus segera Eli hentikan.

"Huh, gak usah ngusir. Aku pergi kok." Taile mengibaskan rambut cuek. Tak peduli. Sebelum itu, ia lihat Eli sebentar. Tanpa memutar tubuh Taile berucap. Ekspresi wajah sangat menyebalkan. Gelar ratu julid cocok disematkan untuk Natalie.

"Semangat El. Hidup keras."

Eli terdiam seribu bahasa. Angin berhembus menyisakan Eli dan Regas. Tubuh Eli mengigil. Tak tersinggung penolakan Eli, Regas rengkuh tubuh Eli. Eli diam, air mata mengumpul. Tinggal sebentar maka keluar.

"Kau tega, Regas."

Sama-sama basah, Eli menenggelamkan diri di dada bidang Regas. Dingin malah menguatkan Eli, setidaknya air matanya bercampur baju mereka yang sama-sama basah.

"Eli kenapa?"

Rein berencana memastikan keadaan Eli. Eli sudah lama tak terlihat, Rein khawatir. Tahu-tahu, Rein lihat Eli basah kuyup berasa Regas.

"Kau apakan Eli, Regas?" Rein bertanya. Pergerakan Regas konstan. Rein khawatir, hendak ia dekati Eli.

"No Mom. Jangan mendekat."

Pergerakan Rein terhenti.

Regas jawab pendek. Terlihat tak ingin bahas hal itu berlama-lama. Tujuan Regas kamar.

"Sedikit pelajaran."

"Regas lepaskan Eli, biar Mom yang menjaganya."

"Mom. Aku menghargaimu. Jangan takut, aku tak akan menyakiti Eli."

Eli serba salah. Masih menenggelamkan kepala di dada bidang Regas, Eli beranikan berucap. Tak mau terjadi pertengkaran. Eli harus melakukan sesuatu. Eli butuh ketenangan.

"No problem Mom, aku ikut Regas, Mom tak usah khawatir."

"Eli." Rein keras kepala. Tidak, ia tak bisa membiarkan Eli.

Regas mendelik, sesaat kemudian tatapan tersebut berubah sendu. Regas belum lama dapat kasih sayang Rein. Adaptasi Regas lebih banyak berpengaruh. Regas sadar, hal itu pula yang buat ia kurang akrab dengan Rein.

Eli tahu dinamika emosi Regas. Saat emosi Regas sedang tak baik, Eli yang harus tekan. Eli berjanji pada Rein. Cukup Eli. Tak apa-apa berkorban.

"Mom, kami permisi."

"Regas. Kau sudah menikah dengan Talie. Hargai dia."

Regas mendekat ke Rein. "Mom, kami menikah kontrak."

Rein terdiam membisu. Eli juga tak kalah kaget. Ingin mencegah, sudah terlambat.

*****