Clemira dan abangnya kini sedang menikmati sarapan pagi mereka di meja makan.
"Nanti abang antar kamu ke sekolah kamu ya. Today is your first day in Senior High School hmm," ucap abang Clemira, Alvan.
"Aku udah besar bang. Udah SMA. Masa iya sih harus selalu dianter sama abang," ucap Clemira menolak.
"Sedewasa apa pun kamu, kamu tetaplah adik abang. Seorang adik perempuan abang yang harus selalu abang lindungi. Abang akan menjadi sayap pelindung kamu selamanya," ucap Alvan.
Clemira tersenyum haru mendengar perkataan abangnya. Ia lalu bangkit dari posisi duduknya dan memeluk abangnya.
"Cle sayang sama abang." ucap Clemira.
Alvan membalas pelukan sang adik.
"Abang lebih sayang banget sama kamu. Cup." ucapnya mengecup puncak kepala Clemira.
Alvan lalu melerai pelukan tersebut dan membimbing Clemira untuk duduk di kursi sebelahnya. Mereka berhadapan.
"Kamu harus bisa menjadi perempuan yang hebat. Perempuan yang tangguh dan serba bisa. Namun, sehebat apa pun kamu nanti. Abang harap kamu tetap membutuhkan abang. Jangan pernah lupakan abang. Kamu boleh melakukan apa saja. Apa saja yang kamu mau. Tapi, jangan lupa untuk bertanya pada abang terlebih dahulu sebagai tanda sayang dan hormat kamu sama abang. Kamu paham kan?" tanya Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Iya bang. Cle paham. Cle janji. Cle akan menjadi perempuan hebat. Cle akan membuat abang bangga karena punya Cle. Cle gak akan pernah mengecewakan abang." ucap Clemira.
Alvan tersenyum lalu mengangguk.
"One thing. Kita boleh baik ke siapa saja. Tapi kita tidak boleh terlalu baik. Karena hal yang berlebihan itu tidak baik. Terkadang, kebaikan yang berlebih akan membuat orang mencari cela untuk memanfaatkan kita. Makanya, kita perlu bijak dalam berbuat baik. You know what I mean." ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Cle paham bang. Kita boleh baik dan harus baik bahkan. Tapi ketika ada orang yang jahat sama kita, kita juga berhak untuk membalasnya guna untuk melindungi diri kita. Benar gak bang?" tanya Clemira.
Alvan tersenyum lalu mengangguk.
"Iya adik abang tersayang. Kalau ada yang jahatin kita, lindungi diri kita dengan melawannya. Gak perlu balas perbuatannya, cukup lindungi diri kita dengan cara apa pun asal jangan sampai berlebihan." ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Siap bos. Cle sudah selesai bang. Boleh antar Cle ke sekolah sekarang?" tanya Clemira dengan matanya yang berkedip dengan gemas.
Alvan tertawa kecil lalu mengangguk.
"Of course." ucapnya lalu sedikit mengacak hijab adiknya.
"Abang ih kebiasaan." ucap Clemira seraya merapikan hijabnya yang sedikit berantakan karena perbuatan Alvan.
Mereka lalu bangkit dari posisi duduk mereka.
"Tidak ada yang tertinggal kan dik? Pastikan semuanya terlebih dahulu sebelum kita pergi." ucap Alvan.
Clemira menggeleng.
"Gak ada kok bang. Udah semua." ucap Clemira.
Alvan pun mengangguk.
"Oke kita berangkat sekarang. Hari ini abang pakai mobil karena abang ada pekerjaan di luar dengan perjalanan yang cukup panjang. Mungkin abang akan pulang sedikit larut. Nanti abang akan meminta Adnan untuk menjemput kamu ya." ucap Alvan.
Clemira menggeleng.
"Gak usah bang. Gak apa-apa kok. Cle bisa pulang sendiri." ucap Clemira.
"Abang khawatir dek. Gak apa-apa nanti kamu dijemput sama Adnan. Abang sudah pesan ke dia kok. Nanti kalau kamu sudah pulang, kamu hubungi abang saja supaya abang bisa menghubungi Adnan." ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Ya udah kalau gitu bang. Terserah abang aja," ucap Clemira.
"Kita berangkat sekarang ya," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Iya bang." ucap Clemira.
Mereka lalu melangkahkan kaki mereka ke luar rumah.
........
Seorang lelaki bertubuh tinggi atletis baru saja turun dari mobil sport miliknya.
Lelaki dengan gaya cool ini menggunakan kacamata hitam dengan tas punggung yang hanya ia sampirkan pada pundak kirinya.
Ia ke luar dari mobilnya dengan gaya coolnya lalu kembali menutup pintu mobilnya. Ia kemudian melangkahkan kakinya di halaman sekolah tersebut dan ditatap dengan tatapan memuja oleh beberapa murid perempuan yang berada di sana.
"Ganteng banget."
"Fix, most wanted sekolah ini."
"Kayak oppa oppa."
Dan blablabla
Tatapan tersebut tak direspon sama sekali olehnya dan hanya diabaikan olehnya.
Ketika dirinya sedang berjalan di koridor, seseorang memanggil namanya.
"Rizan!"
Langkah kaki Rizan terhenti saat ia mengenali suara tersebut.
Dengan cepat orang yang tadi memanggil namanya menghampiri dirinya.
"Huft finally. Baru datang juga lo?" tanyanya.
Rizan mengangguk. Mereka lalu kembali berjalan.
"Hari ini kita ngemos kan Zan?" tanya Sauqi.
Rizan pun mengangguk.
"Hmm. Lo panggil yang lainnya untuk atur semuanya. Gue mau sarapan dulu di ruangan." ucap Rizan.
"Sip. Gue temui mereka ya." ucap Sauqi.
Rizan pun mengangguk. Mereka lalu berpisah saat telah berada di depan ruang OSIS.
Rizan masuk ke dalam ruang OSIS, sedangkan Sauqi pergi ke tempat lain.
Rizan memasuki ruangan tersebut dengan santai lalu kembali menutup pintu.
Menu sarapan telah tersedia di mejanya dan ia pun dengan segera menyantap sarapannya.
.......
Mobil Alvan berhenti di dekat gerbang sekolah Clemira.
"Makasih ya bang. Abang hati-hati ya. Pelan-pelan aja bawa mobilnya." ucap Clemira.
Alvan tersenyum lalu mengangguk.
"Iya dik. Kamu juga hati-hati. Jaga diri kamu baik-baik selama berada di sekolah ini. Kalau ada yang jahat, lakukan hal yang membuat diri kamu tetap terlindungi atau hubungi abang. Be smart," ucap Alvan.
Clemira pun mengangguk.
"Iya abang. Abang tenang aja ya. Gak usah cemaskan Clemira. Clemira akan baik-baik aja kok di sini. Abang semangat kerjanya ya terus nanti kalau aku libur, kita liburan ya bang. Heheh," ucap Clemira.
"Iya siap adikku tersayang. Ya udah kamu belajar gih yang benar. Cup." ucap Alvan lalu mengecup kening Clemira.
Setelah itu, Clemira menyalim tangan Alvan.
"Assalamualaikum." ucap Clemira.
"Waalaikumsalam." ucap Alvan.
Clemira lalu turun dari mobil Alvan. Ia kemudian melangkahkan kakinya memasuki area sekolah dan menuju ke ruang kelasnya yang telah diinformasikan sebelumnya melalui grup kelas.
.......
Rizan pun telah selesai melakukan sarapan. Bungkusan makanannya juga telah dibersihkan oleh petugas kebersihan di sekolah tersebut.
Rizan meraih ponselnya dan mengirimkan sesuatu pada grupnya.
Tak lama, pintu ruangan tersebut diketuk oleh seseorang.
"Masuk!" sahut Rizan dari dalam ruangan tersebut.
Sauqi dan beberapa anggota OSIS lainnya pun memasuki ruangan tersebut.
"Jam berapa dimulai Zan?" tanya Sauqi.
"Tujuh tiga puluh. Lima menit lagi. Pastikan semua murid baru telah hadir sebelum acara ini kita mulai. Setiap kelas didampingi oleh dua orang anggota OSIS. Gue udah bagi timnya di grup dan kalian bisa cek sekarang juga di sana." ucap Rizan.
Mereka pun mengangguk paham.
"Kalau ada yang mau ditanyakan, tanya langsung ke gue sebelum acara ini kita mulai." ucap Rizan lagi.
"Nanti kita tour school dulu kan Zan?"
"Hmm." balas Rizan hanya dengan deheman saja.
Mereka pun kembali mengangguk.
........